seven

12.5K 1.5K 180
                                    

Vote dan komen jangan lupa!!

Enjoy it~

Yang puasa mohon ditutup dulu, ntar aja bacanya pas buka ya.

———

Pagi buta sekali, harapan Renjun sudah pupus dibawa angin fajar. Tungkainya melemah dengan kepala yang pening bukan main.

Wajahnya menoleh pelan, mendapati sang anak yang masih tidur dengan nyenyaknya, mata cipit yang selalu menyorot penuh perhatian pada dirinya, kini masih terpejam sangat damai.

Helaan napas gusar keluar, berteman dengan telapak tangan yang terasa panas juga memerah akibat mengerahkan semua usaha untuk membobol semua akses keluar dari kamar itu.

Bagaimana tidak? Si brengsek bajingan Lee itu, menutup semua akses di kamar yang dia dan Jisung tempati agar mereka tidak punya celah untuk keluar.

Lelaki manis itu berdecak dongkol, langkahnya kembali bergerak menuju pintu yang sejak tadi dia coba buka, walau tau ujungnya hanya mustahil yang dia dapat.

Clek!

Matanya membulat, kali ini kata mustahil seakan pamit undur diri, hampir senang saat engsel pintu itu dapat terbuka, namun semua harapan seakan pupus ketika sosok yang dia harap musnah dari dunia, menampakkan wujudnya di depan sana.

"Pagi, Sayang."

Wajah masam menjadi sambutan untuk Jeno. Renjun bahkan tidak mau repot-repot memberi barang seulas senyum untuk si tuan rumah.

"Bajingan, perusak pagiku."

Dengan tanpa disangka, tangan kanan si dominan terangkat, menangkup rahang kecil si manis dalam satu genggaman, "bicara yang baik, Huang!"

Renjun menepis kasar genggaman Jeno hingga terlepas, walau jantung sempat berdetak dengan cepat, wajah tak senang tetap menjadi topeng pelindungnya, "sangat kasar. Minggir! Biarkan aku dan anakku pergi dari sini."

Jeno memejamkan matanya sejenak, harusnya ini menjadi pagi manis untuk mereka, tidak bisakah si Huang ini mau menurut untuk kembali bersama dirinya dan saling mencintai seperti dahulu kala?

"Baik, kau ingin pergi kan?"

Jeno mengangguk pelan, lalu begitu saja menarik lengan kurus Renjun untuk membawa lelaki itu keluar dari kamarnya.

Si manis dibuat tidak percaya dengan apa yang Jeno lalukan, kepalanya sempat menoleh ke arah kasur tempat Jisung masih terlelap, sebelum akhirnya raut cemas membingkai wajah ayunya.

"Jeno!"

Tungkai si dominan masih bergerak tanpa mau beri sedikit iba, saat seruan dari orang yang dia seret menggema memanggil namanya.

Jeno yang telah dilanda kesal bahkan saat matahari belum sepenuhnya terbit, tanpa pikir panjang membawa tubuh ringkih si Huang dengan sebuah tarikan sepihak hingga menuju pintu luar.

Dibukanya pintu dengan bahan kayu berharga mahal itu dengan tergesah, lalu sedikit mendorong tubuh kurus Renjun untuk keluar dari sana.

"Pergi, pergi sekarang, aku memberimu akses langsung," ujar Jeno seraya memasukkan perlahan kedua tangannya ke dalam kantung celana..

Renjun menggeleng, "dasar gila! Anakku masih di dalam!"

"Jisung tidak akan ikut denganmu."

"Jeno, berhenti melibatkan Jisung!"

"Apa? Sudah kubilang kan, anakku akan tinggal bersamaku."

Renjun menarik napas berat, pening semakin melanda kepalanya, hidup tenang yang dia rasakan selama beberapa tahun belakangan, kenapa kembali pupus begini?

Bothered Pain [NOREN ft. Jisung]✓ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now