six

13.5K 1.6K 159
                                    

Karena banyak yang komen bothered pain, jadi ini hadiahnya.

Sorry ya, hadiahnya telat.. ini gue barusan ngetik karena gue lagi marah-marah, sekian.

!!! Di bawah bakal ada fashblack, buat yang belum tau, setiap kalimat yang diawali garis miring, artinya akan terjadi flashback, adegan mundurnya waktu akan berakhir dengan sangat halus tanpa kalimat flashback off, terima kasih. !!!

Vote sama komennya jangan lupa!

Enjoy it~

bye!

---

Mata bak rubah itu melihat ke arah sang anak dengan pandangan sendu, sejak tujuh tahun hidupnya berjalan dengan Jisung hanya berdua, Renjun tak pernah lagi memikirkan kalau suatu saat, Lee Jeno akan kembali.

"Matanya masih sembab, bangun tidur kepalamu pasti pusing, sayangnya Mama.." tangan lentiknya mengelus pelan rambut sang anak.

Renjun menghela napas, perlahan dirinya turun dari atas kasur itu.

Iya, Renjun tidak jadi pergi malam ini. Bukan hanya karena ancaman Jeno, tapi lelaki cantik itu bahkan tidak tau ini di mana, ditambah hujan di luar seakan mengamuk. Jadi lah dia memutuskan untuk menginap.

Kalau bisa, besok dirinya akan pergi tanpa sepengetahuan Jeno bersama dengan Jisung.

Pintu putih itu dia buka, walau Renjun tidak tau di mana letak dapur di rumah ini, setidaknya dia akan berusaha mencari air hangat untuk mengompres mata Jisung.

Kepalanya bergerak ke sana ke mari mencari keberadaan pelayan yang tadi sempat menunggu Jeno saat mereka tiba, sekedar ingin bertanya di mana dapurnya. Tapi aneh, tak satu pelayan pun tampak, rumah itu terasa sangat sepi.

"Sedang apa?"

Renjun tersentak, sontak membalik tubuhnya hanya untuk mendapati Jeno yang kini berdiri dengan kaos putih dan celana training. Sepertinya Pria itu hendak istirahat.

"Dapurmu di mana?"

"Ayo aku antarkan."

"Aku hanya tanya, aku bisa pergi sendiri. Beritahu saja di mana letaknya."

Jeno yang keras kepala, mana mungkin mau menurut.

Lengan kurus Renjun dia tarik tanpa persetujuan sang empu, protesan Renjun pun hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.

Keduanya berjalan menuruni tangga dengan Renjun yang berusaha mengejar langkah Jeno di depannya.

"Ini."

Renjun menarik lengannya kuat hingga terlepas dari genggaman Jeno, tidak terima diperlakukan seenaknya oleh Pria menyebalkan ini.

"Terima kasih." Ucapnya ketus, lalu mulai mencari stok air panas.

Jeno yang melihat gelagat si mungil sama sekali tak berniat untuk pergi, dirinya bahkan kini sudah duduk di salah satu kursi pantri sambil melipat tangan di depan dadan, memperhatikan setiap gerak-gerik kekasihnya itu.

"Rumah sebesar ini, pantri sebagus ini, tapi tidak ada persediaan air panas?" Renjun menggerutu dengan dirinya sendiri, lalu kembali berjalan menuju mesin penyaji air, "pecat saja semua pelayanmu itu!"

Jeno mengerutkan dahi saat Renjun tiba-tiba menoleh ke arahnya dengan wajah kesal.

"Kenapa?"

"Dispensernya tidak menyala! Persediaan air panas tidak ada, pekerjaan semudah ini saja mereka tidak becus? Kau ini mempekerjakan mereka hanya untuk menghamburkan uang ya?!" Omel Renjun.

Bothered Pain [NOREN ft. Jisung]✓ [Sudah Terbit]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora