32 | Ngidam Pertama

Mulai dari awal
                                    

"Mommy mau El ijitin?"
( Mommy mau El pijitin )

Zea tersenyum tipis, lalu menggeleng cepat. "Nggak usah, sayang. Sini sama Mommy aja."

Drett! Drett! Drett!

"Mama Gina?" beo cewek itu, lalu dengan cepat Zea mengangkat panggilan tersebut.

"Sayang, besok kalo udah pulang sekolah kalian kesini ya? Soalnya Mama udah kangen banget sama kalian!"

Perempuan itu terkekeh pelan mendengarnya. "Iya Mah, nanti biar Zea coba bicara dulu sama Althan."

"Biar Mama aja yang bicara, Althanya mana sayang?"

"Althan langsung kekantor setelah pulang sekolah tadi Mah, katanya sih ada urusan mendadak di kantor." jelas Zea.

"Yaudah, nanti kamu sampein aja ya. Oh iya sayang jangan lupa jaga kesehatan ya, Mama seneng banget akhirnya mau nambah cucu lagi!"

Gina dan Fano memang sudah mengetahui tentang kabar bahagia dari anaknya, mereka bahkan ingin merayakanya dengan mengadakan syukuran.

Berbeda dengan Ardi dan Arini, keduanya masih tak bisa di hubungi sama sekali hingga saat ini.

Zea mengangguk. "Makasih, Mah."

"Elgara kemana, Ze?"

"Lagi asik main mobil-mobilan, Mah."

Gina tertawa ringan. "Yaudah kalo gitu sampai ketemu lagi besok ya, sayang!"

"Iya, Mah."

Tut.

Balita mendekat ke arah Zea. "Mommy udah mimi susu?" Elgara bertanya pada cewek itu.

Zea mengangguk, kemudian mencubit pipi bocah itu gemas sendiri, Elgara selalu mengingatkan Zea agar selalu meminum susu ibu hamil. Sepertinya, bocah itu meniru apa yang sering Althan lakukan.

Tangan Elgara mencoba mengelus perut Zea. "Dede, kalo udah besal mau gak ya main sama El?"

Zea mengangguk cepat. "Iya dong, dede kan mau mau main sama abangnya yang ganteng ini!"

Elgara tersenyum lebar, menampilkan deretan giginya. "Dedenya pelempuan, atau laki-laki Mommy?"

"Belum keliatan, sayang." jawab Zea.

Elgara mengangguk-ngangguk. "Nanti kalo pelempuan El ajakin main obil-obilan, kalo laki-laki El ajakin main belbi!"

Perempuan menggeleng-gelengkan kepalanya mendengarnya. "Salah dong, abang gimana sih. "

Bocah itu cengengesan tanpa dosa. "Belcanda Mommy, selius mulu ih. Bener kata Papa bumil cenci."
( Bercanda Mommy, serius mulu ih. Bener kata Papa bumil sensi )

Zea tertawa ringan, sungguh Althan selalu mengajarkan Elgara hal-hal yang bisa membuat Zea tersenyum, seperti sekarang ini.



☆☆☆☆


Althan membuka pintu kamarnya perlahan, objek pertama kali yang ia lihat. Zea yang sedang tertidur seraya memeluk tubuh Elgara.

Althan mendekat kearah Zea, laki-laki itu mencium dahi Zea dan Elgara secara bergantian.

"A—althan, kamu udah pulang?" Zea langsung mengubah posisinya menjadi duduk.

Althan jadi merasa bersalah, lagi-lagi Zea terbangun karna ulahnya, padahal laki-laki itu sudah berusaha agar tak menimbulkan suara apapun.

"Tidur lagi, hm?" tanya Althan.

Zea menggeleng pelan, perempuan itu langsung memeluk tubuh Althan posesif. "Kamu lama banget!"

Cowok itu membalas pulukan istrinya. "Sabar ya, aku kan lagi cari uang buat keluarga kecil kita."

"Kengen tau!" Zea mengadu.

Althan terkekeh, sembari mencubit pelan panggal hidung Zea. "Aku juga kangen banget sama istriku yang mungil ini."

Zea tetsenyum tipis kemudian mengusap-ngusap lembut rambut suaminya. "Kamu mau aku buatin sesuatu?"

Laki-laki itu menggeleng. "Enggak usah sayang, biar nanti aku buat sendiri aja."

"Enggak, kamu kan pasti capek!"

"Nggak usah, capek aku udah hilang gara-gara liat istriku yang cantik ini." ucapnya seraya mengecup Zea cukup lama.

Zea memalingkan wajahnya, sial jantungnya berdetak sangat cepat, tak seperti bisanya. "Ck, malah bercanda."

Althan tak membalas, mata cowok itu beralih pada perut Zea. "Kamu udah makan?"

"Susu ibu hamilnya juga udah di minum?" cowok itu bertanya, dan langsung mendapatkan anggukan dari Zea.

Althan mengangkat kaos Zea sedikit, laki-laki itu mengusap perut Zea lembut. "Perut kamu kapan gedenya? Gak sabar liat perut kamu buncit!" sepertinya sekarang Althan memiliki hobi mengelus perut Zea.

Zea Reflek mengalungkan tangannya ke leher Althan. "Nanti kalo udah masuk empat bulan kayanya udah mulai ngebentuk."

Althan kembali menurunkan kaos Zea yang sempat ia angkat keatas. "Dedenya gak rewel kan, hm?"

Zea tampak berpikir mengingat-ngingat tadi ia sempet ngidam apa yah?

"Enggak sih, tapi tadi sempet mau beli mie ayam tapi gak jadi."

"Kenapa gak jadi?" tanya Althan.

"Soalnya yang aku minta gak ada." jawab Zea lagi mengingat itu Zea mendadak menjadi sedih kembali.

"Emang yang kamu minta kaya gimana?"

"Yah mie ayam---tapi gak pake mie sama ayamnya!"

Althan langsung menepuk dahinya sendiri. "Kalo gak pake mie sama ayam. Itu namanya bukan mie ayam, sayang."

"Ih mie ayam Althan, tapi gak pake mie sama ayam!"

Sudah dipastikan kalau Althan tertekan.







Tbc ..







Setelah sekian abad akhirnya ada waktu juga buat ngetik, maaf ya luv 💗

Jangan lupa spam next di sini!

Target 2k komen ya!

Jangan lupa kasih bintang ☆ dan berkomentar 💬, see u di next chapter luvluv!

ALTHAN: Best Papa ! [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang