Mengambil Asa (Part 1)

Start from the beginning
                                    

"Kayaknya lagi mumet nih.." gelak Arya sedikit menyindir Fakhri.

"Nggak sih.. Harus lebih banyak effort aja akhir-akhir ini dan seterusnya.." ucap Fakhri.

"Bukannya rumah istri-istrimu gak terlalu berjauhan ya?" tanya Aden.

Fakhri mengangguk saja sambil membuka laptopnya. Fakhri enggan menjawab karena memang ia merasa tidak perlu menjawab hal yang sudah diketahui 2 orang di hadapannya itu.

"Tapi aku masih gak habis pikir gimana bisa Anaya mau jadi yang kedua ya..." kata Arya.

"Anaya itu bukan yang kedua... Ayolah, dia kan yang lebih awal yang kenal Fakhri, bukan si Ziyah... Lagian si Anaya menjalin hubungan dengan Fakhri juga lebih lama dibanding si Ziyah.. Gimana ceritanya si Anaya jadi yang kedua... Di dalam hati terdalamnya Fakhri tuh ya cuma si Anaya.. Ngakunya sih gitu.." ucap Aden yang tidak setuju dengan perkataan Arya.

"Ya gimana ceritanya, Ziyah itu yang akad duluan sama Fakhri kok. Baru setelah itu si Fakhri nikahin Anaya.." ujar Arya sambil melirik Fakhri yang sedang memakai earphone.

Fakhri seperti malas ikut dalam pembicaraan teman-temannya itu dan lebih memilih untuk memeriksa deadline klien-kliennya.

"Ya.. Kalau jadi Fakhri aku benar-benar bingung sih.. Ziyah itu kan baik banget, mana iya-iya aja pas Si Fakhri mau nikahin Anaya... Si Anaya itu juga gitu... Kaya, cantik, baik, mandiri juga,,, pokoknya gak ada kurangnya... tuh cewek yang awalnya niat pisah juga eh ternyata iya-iya aja balik lagi sama nih orang.." kata Aden dengan sedikit membesarkan intonasi suaranya agar Fakhri mendengar perkataannya.

"Woy... Dengar gak?" tepuk Arya yang mulai merasa ingin melibatkan Fakhri dalam pembicaraan mereka.

Fakhri melirik sinis pada kedua orang yang metapnya penuh tanya. Tangan Fakhri mulai melepas earphone yang hanya sejenak bertengger di telinganya.

"Apa?" tanya Fakhri sinis.

"Apa ya gak denger tadi? Terus, sebenarnya rahasianya apa?" tanya Aden.

"Gimana bisa dua perempuan itu benar-benar nurut ke kamu..?" tanya Aden lagi.

"Emang perlu aku kasih tahu? Ganggu aja kalian..." gerutu Fakhri yang enggan menjawab pertanyaan Aden.

"Ayolah.." ucap Aden seperti merengek karena ia benar-benar penasaran pada apa yang dilakukan Fakhri hingga kemudian ia benar-benar memiliki dua istri.

"Ini tuh kantor ya... Jangan bahas perihal pribadi.." kata Fakhri datar. Fakhri mulai menunjukkan raut mengintimidasi sebagai leader dari teman-temannya itu.

"Ini kan udah bukan jam kantor... lagian aku penasaran juga, kamu gak capek? Seminggu bolak-balik gitu? Kamu benar-benar gak nentukan waktu kunjungan kamu lho... alasannya karena si Ara yang sering rewel kalau gak ketemu kamu.. dan kamu juga yang pengen nemenin Anaya karena gak ingin Anaya merasakan apa yang dirasa oleh Ziyah... Gak habis pikir aku tuh.." ujar Arya panjang lebar.

"...." Fakhri masih enggan menjawab.

"Kalau aku sih pasti capek.." kata Aden yang kemudian harus menerima tatapan tajam Arya.

"Jujur aja deh Ri.. Kamu gak capek?" tanya Arya lagi lebih singkat pada temannya itu.

Fakhri menghela nafas cukup dalam.

"So tired. Tapi ini sudah tanggung jawabku.. Aku ingin menunjukkan pada Ziyah bahwa dia dan Ara sangat berarti untukku, begitu pun dengan Anaya.. Aku ingin Anaya masih melihatku sebagai suami yang menyayanginya..." ujar Fakhri sambil menatap cangkir kopi yang nyaris habis di hadapannya.

Kesempatan?Where stories live. Discover now