[16] Don't cry Jo❈

579 72 6
                                    

Bau obat tercampur dimana-mana dokter dan suster berlari untuk merawat pasien, dan tidak ada yang memperhatikan pria kecil yang tengah menaggis di samping bangsal.

Semuanya benar-benar sibuk mengurusi orang yang baru datang, mereka bilang itu adalah pasien istimewa dan semuanya datang untuk mencari muka, berusaha untuk terlihat bisa bekerja di depan orang itu dan meninggalkan tugas mereka yang sebenarnya.

Anak kecil itu tidak mengerti apapun dia hanya bisa melihat ibunya yang tengah sekarat di tinggal begitu saja oleh dokter yang sudah ia anggap paman sendiri.

"Sayang jangan menangis,, ibu baik-baik saja" wanita itu berusaha tersenyum untuk memenangkan putra nya, dia menahan rasa sakit dan terus membujuk putranya dengan mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

"Mengapa mereka meninggalkan ibu begitu saja? Mereka bahkan belum memberimu obat" matanya sangat basah karena berusaha menahan tangisan

"Mungkin mereka lupa membawa obatnya dan......" Wanita itu tidak bisa menyelesaikan kata-katanya ketika rasa sakit yang tajam memenuhi dadanya dan di susul dengan kejang-kejang yang hebat.

Anak itu terkejut dan buru-buru memencet bel darurat agar para dokter cepat sampai, dia bahkan tanpa henti membunyikan nya sampai seorang dokter muda menyuruhnya untuk keluar agar dia bisa memeriksa kondisi ibunya.

Anak itu dengan patuh duduk di ruang tunggu matanya tidak pernah lepas dari pintu bangsal sampai...

"Ana ga mau di suntik!!! Kalo bunda masih maksa, ana mau kabur aja dari rumah!!!" Gadis itu terus merengek tidak mau di suntik bahkan tubuhnya berguling-guling di lantai tanpa memperhatikan bajunya yang mahal telah menjadi kain pel.

"Ana kalo kamu gini terus Bunda marah loh"

"Yaudah marah aja, Ana ga takut ko" ucapnya sambil berkacak pinggang dan membuat ekspresi seolah-olah akan bertarung

Dan wanita di depan nya hanya bisa menghela napas dan berpikir kapan dia melahirkan anak yang keras kepala seperti ini

"Ana dengerin Bunda, kalo kamu ga di suntik nanti sakit kamu ga bakal sembuh, terus kalo ga sembuh kamu ga bisa main, ga bisa makan ayam goreng dan.... Kamu ga bisa makan eskrim vanila yang udah Bunda simpen di kulkas" wanita itu menekan kan semua hal yang membuat gadis itu berpikir.

"Tapi kalo Ana mau di suntik bunda harus beliin ayam goreng yang banyak" ucapnya sambil merentangkan tangannya lebar-lebar, wanita itu hanya mengangguk dan pergi mencari dokter yang entah kemana perginya, meninggalkan putri kecilnya duduk di sebelah anak tadi.

Gadis itu memperhatikan bahwa anak kecil di samping nya terus melihat ke arah pintu bangsal yang tertutup rapat, dan dengan sengaja ia menoel-noel pipi tembem anak itu dengan jarinya.

"Kamu ngapain si liat pintu itu terus,,, mending liat Ana yang cantik aja" lalu dia meletakan tangannya di kedua pipi sambil membuat wajah imut.

Anak itu hanya memperhatikan gerak-gerik gadis di sampingnya dia juga memperhatikan wajah merah dan hidung mampet pihak lain, tapi yang membuatnya kagum adalah mata indah milik gadis itu sama dengan milik ibunya.

"Achiii.......slurpp, bunda ko lama banget si Ana ga bisa napas kalo ingusnya ga ilang" dia terus bersin dan lendir ingus nya ia elapkan ke lengan bajunya Lalu dia melanjutkan untuk mengobrol dengan anak di sampingnya

"Oiya nama aku Ana nama kamu siapa?" Tanpa rasa jijik anak itu menjabat tangan penuh ingus dan memperkenalkan namanya.

"Joseph"suaranya sangat kecil dan Ana hanya bisa mendengar kata 'Jo' dari mulut anak itu.

Dokter keluar dengan banyak keringat dan Joseph yang melihat itu langsung menghampiri nya, dokter itu berbicara dengan nya sebentar lalu mempersilahkan dia untuk masuk, dan Ana juga mengikuti Joseph ke dalam ruangan.

Anak itu melihat wanita cantik dengan wajah pucat tertidur sangat damai seolah-olah dunia yang sibuk ini tidak bisa membangunkannya, walau begitu dia sebenarnya khawatir ibunya tidak pernah bisa membuka matanya lagi.

Air mata tiba-tiba mengalir dan sebelum itu mencapai pipinya, sebuah tangan mengusapnya dengan lembut

"Jangan nangis Jo, kamu jelek kalo nangis" Ana sebenarnya tidak tahu apa yang ia bicarakan karena kakak nya selalu mengatakan itu ketika ia rewel.

Mereka berdua berdua bermain sambil menunggu wanita cantik itu bangun dan tak lama Bundanya datang lalu membawanya pergi untuk bertemu dokter,

"Nanti kita main lagi ya Jo!" Setelahnya dia pergi meninggalkan anak itu dalam kesunyian, setiap hari sepulang sekolah ia terus menemani ibunya dan juga berharap gadis itu datang lagi untuk bermain dengan nya.

Dari hari ke bulan dan bulan ke tahun dia menunggu gadis itu kembali sampai dia menyadari bahwa gadis kecil yang ia jumpai di rumah sakit kini tengah berada di depan nya mengobati luka yang ada di tubuhnya.

Mereka sangat dekat, dia bahkan menahan napas ketika rambut gadis itu mendekat

"Aduh Jo, aku bener-bener minta maaf, aku ga tau kalo situasinya bakal kayak gini" dalam kata-kata terdapat kebenaran dan kebohongan, dia benar-benar ingin mengucapkan permintaan maaf, dia juga sebenarnya tahu hal ini akan terjadi tapi sistem sialan itu melarangnya untuk membantu!!!

"Sistem jangan melarang ku untuk membantunya kalau tidak, aku tidak akan bisa hidup lama"
Bukan kah itu bagus, jika kamu bisa menyelesaikan plot maka kamu adalah tuan rumah yang hebat^^  〕

"Aku pikir ini tidak sama dengan perkataan mu di awal"
Sebenarnya ketika saya menaggani  bug kemarin saya,,, tidak sengaja memutuskan sesuatu dan,,, plot dunia ini tiba-tiba kembali ke jalurnya saya benar-benar minta maaf T-T

Lily berpikir bahwa sistem sedang bercanda dan ketika ia memeriksa benda pipih di depannya ia merasa lega, karena semua tugas masih utuh tanpa ada yang menghilang

Kemudian Lily juga memeriksa sisa umur tubuhnya yang bergerak dan hanya menyisakan 4thn 11bln artinya dia benar-benar akan mati saat reuni sekolah!!!

"Sistem jika aku mati akankah jiwa ku kembali?"
Itu bisa saja kalau tubuh tuan rumah masih utuh dan tersimpan dengan baik

Lily merenungkan semuanya dan dengan hati-hati melihat protagonis dengan baju ketat dan wajah babak belur yang tidak enak di pandang

"Hah,,, mengapa nasib mu begitu malang"

Damn TransmigrasiWhere stories live. Discover now