Harapan yang Tersimpan

Start bij het begin
                                    

Sudah lebih dari 1 bulan Indra berada di Swiss. Sejak kepergiannya ia tidak pernah kembali ke Indonesia. Bukannya Indra sudah tidak ada urusan lagi di Indonesia, tetapi Indra memang tidak ingin pulang.

Indra mencoba menikmati seluruh hari-harinya dengan monoton. Pagi hingga siang itu dia harus mengerjakan laporan-laporan yang menumpuk terkait akuisisi kepemimpinannya di perusahaan barunya, sementara di sore hari akan lebih banyak ia habiskan untuk menghadiri rapat yang padat. Di malam hari lagi-lagi Indra termenung di sudut ranjangnya dengan lampu kamar yang tidak menyala.

Drrrt drrtt...

"Jangan lupa mampir... kamu sudah janji... Sudah ada Miranda di sini.." kata pesan yang baru masuk di handphone Indra.

Indra baru teringat bahwa ia ada janji dengan saudaranya, Joe. Indra pun bergegas untuk segera berangkat ke tempat tinggal sepupunya itu.

========================================

====================

=====================

==============

.

.

"Terima kasih Pak.. Bagaimana pun ini kalung yang bagus, sayang saya tidak bisa memakainya.. Saya menghargai apa yang Pak Indra rasakan terhadap saya, terima kasih atas hadiah dan segalanya.. Saya juga mendoakan Pak Indra untuk bahagia karena Pak Indra yang baik pantas untuk mendapatkan kebahagiaan itu.. Selamat menikmati waktu Anda di Swiss.." pesan dari Anaya yang Indra baca itu masih ia simpan. Indra tak lagi pernah menghubungi Anaya.

Indra hanya menghela nafas dan mencoba untuk menguatkan batinnya. Cintanya belum padam sama sekali untuk Anaya. Dan Indra benci itu. Suasana malam di apartemen Joe rasanya tidak ada bedanya dengan suasana apartemennya. 

"Terima kasih Pak, atas kemurahan hati Pak Indra sehingga saya dapat resign lebih cepat, kurang lebih 2 pekan lagi saya resmi resign dari perusahaan.." pesan dari Anaya lagi-lagi mengusik ingatan Indra saat ia sedang menghabiskan malam yang panjang di apartemen saudaranya itu

"Apa wanita itu begitu spesial?" tanya Miranda. Wanita blasteran Indo-Jerman di sampingnya yang ikut menikmati suasana malam di apartemen milik Joe, saudara Indra. Bicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia adalah hal yang mudah bagi wanita itu.

"Ya Ann.." Jawab Indra datar. Ann adalah nama panggilan Miranda. Miranda tersenyum tidak habis pikir pada Indra yang seperti benar-benar cinta buta pada wanita itu.

Yang dimaksud oleh Miranda adalah Anaya. Setiap orang yang kenal baik dengan Indra pasti mengenal sosok Anaya meskipun tidak detail. Indra selalu menyinggung nama Anaya tiap ditanya alasan kedatangannya ke Swiss. "Ini karena cintaku tak berbalas. Namanya Anaya, sayang dia sudah bersuami, bahkan aku mencintai istri orang yang sedang mengandung buah cinta pasangannya" Hanya itu yang disebut oleh Indra tiap orang-orang terdekatnya bertanya mengenai alasan kedatangan Indra dan penyebab kemurungan Indra sejak ia tiba di Swiss.

"Sepertinya memang wanita itu benar-benar mengagumkan.. bahkan perubahan kamu yang awalnya suka minum, sekarang hilang sama sekali... Dia sukses mengendalikan hidupmu, bahkan aku tidak pernah bisa melakukan itu..." tutur Miranda.

Indra menggeleng, "Anaya tidak pernah mengendalikanku, berbeda dengan orang-orang yang sangat ingin mengendalikanku bahkan mempengaruhiku. Sikap acuhnya yang buat aku ingin selalu berbenah hingga ia mau melihatku..." tutur Indra.

"Tapi, dia sama sekali tidak pernah melihatku Ann" ujar Indra lagi sambil memandang pemandangan malam pusat kota Swiss dengan datar,

Miranda memandang Indra dengan khawatir pada Indra. Teman masa kecilnya itu benar-benar sudah terkena perangkap wanita itu.

Kesempatan?Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu