59||IDLTI

138 15 0
                                    

Aku tersenyum, kala melihat wajah damai Jaemin yang masih terpejam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum, kala melihat wajah damai Jaemin yang masih terpejam. Semalaman ia begadhang mengurusku yang tiba - tiba demam. Ia bahkan barusan selesai dengan urusan kantornya, kemudian mengurusku dengan sepenuh hati. Ya Tuhan, apa yang kuperbuat di masa laluku sehingga aku bisa mendapatkan suami sesempurna seorang Na Jaemin?

Tanganku terulur mengelus surai rambutnya yang halus. Dahi Nana, alis Nana, mata Nana, pipi Nana, hidung Nana, bibir Nana, dagu Nana. Entah mengapa aku mulai menyukai semua yang ada pada diri Nana. Aku sangat menyayanginya. Kurasa, aku memang telah jatuh dalam hati seorang Na Jaemin.

Emhhh, Jaemin menggeliat membuatku kaget dan langsung memejamkan mata.

"Sayang, aku tahu kau sudah bangun." Ucap Jaemin sambil mengelus rambutku. Mataku terbuka, entah mengapa aku tertawa karena Jaemin memergokiku yang pura - pura tidur lagi. Aku sangat malu.

"Mau sarapan apa sayang?" tanya Jaemin sambil menatap manik mataku dalam - dalam. Aku yang tersipu segera memeluk pinggangnya dan menenggelamkan wajahku pada dada bidangnya.

Jaemin mengusap - usap punggungku sambil memberikan kecupan bertubi - tubi di pucuk kepalaku. Aku semakin memeluknya erat. Aroma tubuhnya benar - benar menenangkanku, ketika aku sakit entah mengapa saat menghirup aroma tubuh Jaemin tiba - tiba aku merasa lebih tenang dan pusingku berangsur menghilang.

"Belum lapar sayang?" Selalu, setiap pagi Jaemin menanyakanku soal sarapan, sarapan, dan sarapan. Padahal aku belum lapar dan masih ingin cuddling seperti ini.

Aku menggeleng, kemudian melonggarkan pelukanku.

"Tapi aku mau salad buah, mayonaise nya yang banyak ya. Manis," Aku sangat menyukai semua masakan Jaemin yang selalu cocok di mulutku. Aku merasa bersalah karena selama ini selalu dia yang memasak, sebenarnya Jaemin yang melarangku untuk berkutik di dapur sebelum aku sembuh total. Ia takut nanti aku terjatuh dan alat - alat didapur juga berbahaya. Aku sadar, Jaemin itu possesif tapi manis.

Dengan semangat ia duduk di tepi ranjang, tak lupa merentangkan tangannya ke atas. Entah mengapa jam - jam pagi di hari libur seperti ini membuat ingin bermalas - malasan saja seharian.

"Nana, gendong." Manjaku saat ia hendak pergi meninggalkan kamar. Jaemin terkekeh kemudian berjongkok di depanku. Aku dengan senang hati mengulurkan tanganku memeluk lehernya. Aku sangat senang ketika Jaemin menggendongku di punggungnya seperti ini. Punggung pria ini sangat hangat dirasa ditubuhku. Aku sangat menyukainya, tubuhku yang dingin akhirnya menghangat karena punggungnya.

Hingga pada akhirnya, semangkuk salad terhidang di hadapanku. Dengan senang hati aku segera memakannya dengan lahap.

"Astaga sayang, apa kau sangat lapar?" tanya Jaemin sambil mengelap ujung bibirku dengan tangannya. Hal itu selalu sukses membuatku merona, kenapa sih ia tidak jijik sama sekali. "Nana, kenapa kau menyekat bekas mayonaise di bibirku itukan jorok." Ujarku memberanikan diri bertanya apa alasannya.

I DON'T LIKE THE IDOL || NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang