37||IDLTI

105 18 2
                                    

Seorang gadis tengah duduk di pekarangan rumahnya. Ia tersenyum sesekali melihat ikan - ikan yang berenang di kolam depan rumahnya itu. Tangannya meraih butiran - butiran bulat berwarna merah dari sebuah wadah kemudian butiran itu ia lempar ke kolam ikan. Segera koi koi gemuk itu saling berebut makanan menciptakan suara air yang semakin syahdu.

"Namamu," panggil seorang wanita paruh baya yang kurang lebih selama satu tahun ini telah merawat Namamu seperti anaknya sendiri. "Ne eomma, ada apa?" tanya Namamu sambil berdiri dari teras menghampiri wanita paruh baya yang sekarang menjadi ibunya itu.

"Tolong antarkan makan siang ini untuk Hyunjin ya nak, dia pasti sangat kelelahan bekerja di sawah." Ujar eomma menyodorkan rantang bertingkat pada gadis cantik itu. Namamu mengangguk, ia segera keluar dari rumahnya mengambil sepeda dan mengayuhnya ke tempat biasanya.

"Hyunjiiiiiin," panggil namamu dari ujung sawah sana. Gadis itu sangat ceria, auranya benar - benar membangkitkan semangat untuk orang - orang disekitarnya.

"Kak Namamu," ujar Hyunjin dengan semangat ia keluar dari medan sawahnya. Mencuci kakinya yang penuh lumpur sampai bersih kemudian menghampiri kakaknya yang sedang duduk di sebuah gubuk tua.

"Makan siang dulu dongsaeng," Namamu menepuk punggung Hyunjin adik laki - lakinya itu sudah sangat berkeringat hebat. Wajahnya pun sudah mulai melemas karena terik matahari.

"Ibu dirumah kak?" tanya Hyunjin sambil melahap makanannya ia seperti orang yang tidak makan seminggu. Namamu terkekeh gemas pada adiknya itu.

"Iyaa eomma dirumah, tadi aku suruh mengantarkan makananmu jadilah aku kesini hehe bagaimana kerjaanmu hari ini?" tanya Namamu.

Hyunjin tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. "Hari ini penanaman benih padi lagi jadi aku harus bolak balik mengatur mesin nya. Simpel sih tapi tidak semudah itu mengoperasikannya." Ujar Hyunjin di balas anggukan oleh kakaknya yang cantik jelita itu.

Setelah bercengkrama dengan banyak canda tawa kakak beradik itu melanjutkan aktivitasnya dengan bersepeda mengelilingi pedesaan yang dingin nan asri.

Hyunjin mengendarai sepeda itu sementara kakaknya membonceng di belakang sambil sesekali tertawa jika melihat sesuatu yang lucu di jalanan seperti anak kambing tersasar, bebek yang keluar dari barisannya dan lain - lain. Entahlah kakak beradik itu sangat receh.

Hingga malam pun tiba, sang ibu dan kedua anaknya itu tengah melaksanakan makan malam.

"Ibu, kenapa kakak belum juga menikah? Hyunjin ingin punya adik lagi." Seru Hyunjin sambil mengunyah makannya.

Sang ibu terbatuk - batuk. Ia menatap anak laki - lakinya yang sedari tadi makan sambil tersenyum sementara anak perempuannya hanya menatapnya dengan tatapan datar.

"Menikah itu apa?" tanya Namamu. Hyunjin melebarkan mata sambil menutup mulutnya ia tidak percaya, sang kakak yang sudah berumur 20 tahunan bahkan tidak tahu makna menikah. Laki - laki itu segera menengokkan kepalanya ke arah ibunya meminta penjelasan. Sang ibu menghela napas sambil menggeleng.

"Waktunya tidur anak - anak ibu," ujar sang ibu mencium kening Namamu dan Hyunjin bergantian. Segera anak - anaknya kembali ke kamar masing - masing.

Waktu sudah semakin larut, namun seorang perempuan paruh baya bernama Hwang So Jin itu belum bisa menutup matanya. Setiap malam wanita itu selalu dipenuhi bayang - bayang kesalahan dan takut kehilangan.

Mengingat kejadian satu tahun yang lalu.

"Sayang aku berangkat dulu yaa, tolong jaga Hyunjin. Doakan aku agar selamat," ujar seorang pria yang sudah lengkap mengenakan jasnya ia berniat melakukan perjalanan bisnis ke California.

"Jangan lama - lama, aku tidak betah jika tidak ada kau dirumah ini." Ujar Hwang So Jin sambil menghela napas panjang. Suaminya itu tersenyum sambil memeluknya.

"Ayah mau kemana?" ujar Hyunjin sambil menggendong tas sekolahnya. Sang ayah tersenyum menatap anaknya itu.

"Ayah kerja dulu ya nak, Hyunjin jaga ibu okay? Selama ayah tidak ada Hyunjin harus menjadi anak baik dan seterusnya. Sayangi, jaga, dan lindungi ibumu ya nak." Sang ayah memeluk anak laki - lakinya itu. Hyunjin mengangguk. "Baik ayah, Hyunjin akan selalu menjadi anak baik."

"Sayang, besok saat aku pulang buat anak perempuan yuk." Ujar sang suami sambil tertawa.

"Iya aku juga sangat menginginkan anak perempuan," ujar Hwang So Jin.

Seminggu berlalu.

Hwang So Jin tersenyum membaca pesan singkat dari suaminya.

Sayang aku sudah hampir pulang nih, doakan sampai Korea dengan selamat ya.

Hingga keesokan harinya.

HOT NEWS KECELAKAAN PESAWAT PERJALANAN CALIFORNIA MENUJU KOREA TERJADI.

DIDUGA KECELAKAAN TERSEBUT AKIBAT KEBOCORAN PADA TANKI AFTUR.

PESAWAT KEHILANGAN KENDALI DAN LEPAS LANDAS DI PERAIRAN XX

Lemas, itu yang dirasakan Hwang So Jin sekarang. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Suaminya turut menjadi korban kecelakaan tersebut.

"Tuannn! Bagaimana keadaan suami saya."

"Mohon maaf nyonya siapa nama suami anda?" tanya sang petugas.

"Hwang Jun Jae," wanita itu terisak kencang.

"Maaf nona, korban belum ditemukan."

Bagai petir yang menyambar, hati Hwang So Jin benar - benar terluka hari ini. Ia sudah kehilangan suaminya yang selama ini sangat ia cintai.

Hwang So Jin berjalan gontai meninggalkan kerumunan orang - orang yang tengah bersedih hati. Padangannya kosong, ia menjauh dari kerumunan namun tetap melangkahkan kaki menuju perairan yang lebih jauh lagi.

Hingga, dahinya mengerut melihat sosok wanita muda yang pingsan di pinggir perairan tersebut.

💚

"Emmhh," Namamu menggeliat kala merasakan pusing teramat sangat di kepalanya.

"Ss.. Siapa kau?" tanya Namamu.

"Aku ibumu, bagaimana keadaanmu sayang?" tanya Hwang So Jin.

"A.. Aku siapa? Kau ibuku?" tanya Namamu lagi sambil menyentuh kepalanya.

"Namamu adalah Hwang Namamu"

Mengingat itu semua Hwang So Jin ingin sekali menangis, entah mengapa semenjak mengenal Namamu ia sangat ingin menjadikannya seperti anak perempuannya sendiri. Gadis itu sangat cantik, baik dan juga ceria membuat dirinya bisa sedikit terhibur melupakan kematian suaminya.

"Nona Hwang, jasad suami anda telah ditemukan." Seorang polisi berkunjung ke rumahnya.

"Ibu apakah itu makam ayah?" tanya Namamu, gadis itu terlihat dewasa namun wajahnya masih seperti anak usia SMA. Hwang So Jin sangat menyayangi Namamu.

Hingga saat ini, rasanya ia enggan melepaskan gadis itu.

Semenjak kematian suaminya, Hyunjin anak laki - lakinya itu tidak melanjutkan kuliahnya. Padahal cita - citanya sehabis SMA adalah berkuliah di jurusan bisnis seperti ayahnya.

"Maafkan aku, Namamu." Hwang So Jin mengelus kepala gadis yang sedang terlelap itu.

💚I Don't Like The Idol💚


I DON'T LIKE THE IDOL || NA JAEMIN || ENDOnde histórias criam vida. Descubra agora