53||IDLTI

128 16 0
                                    

Aku mau nyoba up 2000 words buat ini cerita.

Semoga bisa.

Aku pake sudut pandang Namamu ya :)

Bruk....

Berkali - kali aku mencoba jalan sendiri, selangkah dua langkah menjauh dari ranjangku namun lagi - lagi aku terjatuh. Aku merasakan kedua kakiku mati rasa, seperti tidak berguna adanya mereka di tubuhku. Aku benar - benar lelah, aku mencoba lagi selangkah dua langkah namun tetap sama. Jatuh lagi.

Aku merasakan nyeri di lututku karena sudah sekitar 10 kali aku jatuh tersungkur di lantai dingin rumah sakit.

Perlahan aku menompang kedua tanganku kemudian perlahan meluruskan kedua kakiku. Aku merenung melihat sekeliling, sepi sunyi.

Aku gadis lumpuh. Aku sebatang kara,  aku sudah tidak punya siapa - siapa lagi dalam hidupku. Apakah aku melakukan dosa di masa lalu? Sehingga kini yang kudapati berkali - kali rasa sakit dan kecewa.

Tak lama kemudian kulihat pintu terbuka dan kurasakan ada yang mendekat.

"Kau tidak apa - apa?" suara itu terdengar jelas di gendang telingaku. Kemudian sosok itu merengkuh tubuhku yang kian lemah.

"Hiks, aku lumpuh." Pertahananku telah runtuh, air mataku jatuh. Aku tidak bisa lagi menahan semua ini. Rasanya kesal, sakit, kecewa bercampur aduk dalam hatiku.

Jaemin merengkuhku dalam pelukannya, sesekali ia mengusap rambutku dengan lembut. Entah mengapa rasanya nyaman, padahal sebenarnya hatiku sangat membencinya. Aku masih sangat gengsi, entahlah aku memang labil dalam perasaan.

"Tidak apa - apa, aku akan membantumu sembuh." Ujarnya sambil memelukku lebih erat. Ia menggendongku menuju ranjang, dan meletakkanku perlahan seakan aku ini adalah benda rapuh yang tidak boleh hancur.

"Sudah makan?" tanyanya memecah suasana yang benar - benar canggung. Seakan kita adalah orang yang barusan bertemu, padahal setiap hari pria yang kulihat hanyalah dia. Dari bangun tidur dan tidur lagi meski kita bukan apa - apa hanya sebatas bos dan sekretarisnya.

Aku mengangguk pelan, karena tadi suster memang sudah menyuapiku makanan rumah sakit. Entahlah, aku juga tidak peduli aku benar - benar tidak peduli soal makanan. Aku hanya sedang bersedih atas takdirku. Setelahnya aku hanya diam saja sambil memejamkan mata.

________

Aku tidak sadar, kalau sedari tadi aku tidur karena lelah bersedih. Aku membuka mata, dan mendapati bahwa langit sudah sore. Aku tidur sangat lama, badanku terasa kaku dan pegal. Aku benar - benar bosan, sangat bosan rasanya ingin menghancurkan sesuatu tapi aku tidak berdaya benar - benar tidak berdaya.

Air mataku jatuh lagi, bahkan dadaku rasanya sesak aku seperti tidak memiliki harapan lagi dalam hidupku.

Jglek, pintu rumah sakit terbuka pandangan mataku terkunci melihat pria itu mendekat ke arahku.

"Kenapa menangis?" tanyanya sambil menyentuh tanganku yang tidak diinfus. Aku menggeleng, sekuat tenaga aku menggigit bibir agar tangisku tidak meledak. Namun sia - sia bahkan mataku sampai terasa bengkak karena tangis ini sakit rasanya.

"Menangislah sepuasmu, aku akan menemanimu." Tutur Jaemin lembut sementara aku tidak mempedulikannya aku hanya terus menangis sambil sesekali meremas seprai. Jaemin mengambil kedua tanganku dan ia letakkan pada kedua pundaknya.

"Jangan meremas seprai, kau sakiti saja aku sepuasmu agar kau lega," ujarnya. Aku menggeleng dan bergidik ngeri bagiku dia sangat lebay.

"Lebay," ujarku sambil mendengus kesal. Sementara Jaemin malah tertawa padahal tidak ada yang lucu. Ia kemudian mengeluarkan sebuah kotak makanan.

I DON'T LIKE THE IDOL || NA JAEMIN || ENDOnde histórias criam vida. Descubra agora