41||IDLTI

100 18 0
                                    

Bingung, itu yang dirasakan Hwang So Jin saat ini. Ia sangat bingung bagaimana ia jujur pada Namamu, sedari tadi malam ia belum bisa memejamkan matanya.

Sinar matahari telah menelisik melalui celah gorden. Gadis cantik bernama Namamu itu perlahan membuka mata indahnya. Ia menggeliat pelan, setelah itu perlahan mendudukkan dirinya.

"Hooaam," ia merentangkan tangannya ke atas. Merasakan tulang belulangnya bergemeretakan karena pegal dan lelah. Setiap hari ia bekerja tanpa henti dan sering pulang malam hari. Semua itu ia lakukan karena ingin membalas jasa - jasa ibunya. Ia tidak boleh mengeluh.

Namamu berjalan pelan ke arah pintu kamar ia membuka gagang pintu perlahan. Tenggorokannya terasa kering sekali, ia butuh air putih.

"Ah," Namamu mendesah kala air minum yang menyegarkan itu telah membasahi tenggorokannya. Ia tersenyum sambil melirik mentari yang terlihat dari arah jendela.

"Ibu tidak apa - apa? Mengapa mata ibu sembab dan ada lingkaran hitam. Ibu lembur?" tanya gadis itu dengan polosnya saat sang ibu memasuki dapur.

"Ibu hanya masih ngantuk nak," ujar ibu berbasa - basi. Namamu memeluk erat sang ibu, menyalurkan rasa sayangnya. Hwang So Jin merasa hatinya porak - poranda, ia benar - benar tidak rela jika gadis di pelukannya kini pada akhirnya akan membencinya. Sungguh ia tidak rela.

💚

Namamu, gadis itu berjalan riang ke taman pedesaan. Ia sangat bosan hari ini, karena minggu libur jadi ia tidak memiliki pekerjaan. Jadi, ia memutuskan untuk refreshing sejenak.

Gadis cantik berambut panjang se bahu itu melangkah riang menyusuri area taman pedesaan, senyuman manis terus mengembang di pipinya. Ia melihat kupu - kupu, lebah, belalang, kucing yang bersembunyi di semak - semak dan beberapa kumbang yang menempel di daun.

Tiba - tiba ia merasa lapar yang amat sangat. Namamu memegang perut kosongnya sambil meringis. Gadis itu menengok ke kanan dan kekiri, mencari sebuah warung yang bisa menuntaskan rasa laparnya.

Gadis itu tersenyum lembut ketika matanya menangkap penjual odading, sushi dan lain - lainnya. Dengan riang gadis itu melangkah menuju warung yang terletak tak jauh dari tempat berdirinya sekarang.

"Ahjussi, aku ingin membeli 5 tusuk." Ujar Namamu dengan semangat, ahjussi penjual mengangguk dan segera membuatkan pesanan Namamu.

Pesanan telah jadi, gadis itu memberikan selembar uang 100.000 won. "Kembaliannya untuk ahjussi saja," ujar Namamu dan segera melangkahkan kakinya.

"Hah, serius nona? Terimakasih ya." Teriak ahjussi karena Namamu sudah berjalan agak jauh dari stand nya.

Mata Namamu berbinar kala melihat pedagang es krim di ujung area taman sana. Ia segera melangkahkan kakinya menunju kedai es krim tersebut. Ia melihat gambar menu es krim yang terpampang di depan kedai tersebut dan tertarik membeli es krim rasa melon.

"Es krim melon 1," antusias Namamu pak penjual es krim tersenyum sembari mengangguk.

"Mau toping apa nona?" tanya penjual Namamu menggeleng ia memilih tanpa topping.

Setelah mendapat pesanannya Namamu segera membayar dan membalikkan badan namun alangkah terkejutnya ia saat melihat seorang anak balita menangis. Namamu menunduk mensejajarkan tingginya dengan anak itu,  dengan pelan gadis cantik bermarga Hwang itu mengelus kepala anak kecil tersebut.

"Aigooo kenapa kau menangis sayang?" ucap Namamu dengan lembut dan penuh kasih sayang. Anak tersebut sesegukan sambil mengusap pipi gembulnya yang terbanjiri air mata. Namamu tersenyum melihat anak itu, lucu sekali.

"Hiks, pa.. paman nakal paman galak sama Mochi." Ujarnya seolah mengadu kepada sang ibu, Namamu mengerutkan kening. Paman? Apa dia sedang marah dengan pamannya?

"Dimana pa.... "

"Mochi, kau kemana saja paman mencarimu!" ujar seorang lelaki tiba - tiba. Namamu mendongakkan kepalanya ia melebarkan mata karena terkejut.

"Tuan Na," ujar Namamu sambil berdiri kemudian membungkukkan setengah badan kepada bosnya itu.

"Huaaaaa Mochi tidak mau sama paman. Galak, Mochi maunya sama kakak cantik." Ujar balita laki - laki berpipi gembul itu sambil memeluk kaki jenjang Namamu. Gadis itu terkekeh sambil menggelengkan kepala. Sementara Jaemin, pria itu terlihat merasa bersalah dan menggaruk kepalanya.

"Please Mochi, maafkan paman tadi marah - marah. Paman memang nakal, Mochi memaafkan paman ya? Nanti paman belikan apapun yang Mochi mau." Ujar Jaemin membujuk.

Namun nihil hasilnya, Mochi menggeleng keras sambil mempererat pelukannya pada kaki Namamu anak itu mendongakkan kepalanya dan menatap gadis itu dengan mata berbinar mencari pembelaan serta perlindungan.

"Mochi mau jalan - jalan dengan tante?" ucap Namamu sambil tersenyum lembut. Sementara balita itu mengangguk sambil tersenyum sampai matanya menyipit karena pipi gembulnya.

Jaemin terlihat sangat kesal, pasalnya sedari tadi Mochi benar - benar cuek dengannya. Balita itu terlihat terus menggantungkan diri pada Namamu seakan Jaemin sudah tidak ada lagi dalam kamus hidup balita itu.

"Enak sayang?" senyum Namamu mengembang kala melihat Mochi dengan bahagianya memakan es krim strawberry sementara di sebelah Mochi ada Jaemin dengan muka kesal plus pasrahnya membuat Namamu semakin geli akan sikap paman dan keponakannya itu.

Hari sudah semakin sore, Mochi tertidur dalam gendongan Namamu meskipun balita itu lumayan berat namun Namamu tetap tersenyum dan tak berniat sekalipun mengusik tidur anak itu.

"Bagaimana bisa kau membuatnya tidur semudah itu?" tanya Jaemin dengan tatapan kesalnya. Namamu menghela napas.

"Yang harus kau lakukan ketika bersama anak kecil bukan memarahinya namun menyayanginya sepenuh hati hingga ia lupa apa itu rasa sedih ataupun merasa bersalah." Ujar Namamu.

Jaemin menggaruk kepalanya, ia juga tidak tahu mengapa sekarang ia sedikit tidak suka bahkan sering tidak sabaran bersama anak kecil. Lagi - lagi ini menyangkut masa lalunya, Na Jaemin selalu flash back ketika ia dan Namamu ditugaskan ke acara UNICEF perwakilan korea saat ia masih menjadi Idol SM EMTERTAINMENT.

Park Namamu yang Jaemin kenal adalah seorang wanita yang sangat menyayangi anak kecil serta orang orang yang lebih muda darinya. Gadis itupun selalu bersikap lemah lembut terhadap neneknya ataupun orang tua lainnya.

Itu yang membuat Jaemin tertekan ketika bersama anak kecil ia akan terus memutar memori Namamu di otaknya.

Dan kini, gadis bermarga Hwang di hadapannya seakan menjadi titisan Park Namamu. Benar - benar sifat yang 100% sama, Jaemin semakin frustasi.

"Namamu," ucap Jaemin tiba - tiba setelah sekian lama keheningan menyergap mereka.

Gadis itu menoleh ke arah Jaemin yang duduk disebelahnya.

"Gomawo, telah menyenangkan anak dari adikku. Aku ini memang paman yang buruk," ujar Jaemin.

"Aaaa tidak apa - apa tuan, lagi pula aku juga sangat suka dengan anak kecil apalagi Mochi sangat menggemaskan." Namamu dengan pelan mengecup pipi balita yang berada dalam gendongannya itu sudah sangat pulas sekali tidurnya.

Deg

Hati Jaemin semakin tersayat, apalagi ketika gadis disampingnya mengaku sangat menyukai anak kecil. Oh Ya Tuhan Jaemin frustasi ia semakin merindukan pujaan hatinya yang sudah setahun menghilang tanpa kabar.

Apakah pria bermarga Na itu akan selamanya membujang? Ketahuilah ia memang berhati egois tingkat dewa. Ia tidak bisa menerima wanita lain selain Namamu.

💚I Don't Like The Idol💚

I DON'T LIKE THE IDOL || NA JAEMIN || ENDWhere stories live. Discover now