39||IDLTI

112 17 0
                                    

Namamu terdiam, ia sedang berpikir. Sesekali ia mendongakkan kepalanya sambil terus berpikir keras untuk keputusan yang ia ambil.

Setengah jam yang lalu.

Ting tong, bel rumah berbunyi. Segera Namamu berlari menuju pintu depan dan membukakannya. Ia tersenyum kala melihat teman ibunya datang lagi, kali ini hanya berdua bersama anak laki - lakinya yang sudah dewasa itu.

"Apakah nona mencari ibu?" tanya Namamu dengan senyuman khasnya.

"Aku mencarimu," ujar wanita paruh baya itu. Namamu memasang wajah bingung. "Mencariku?" ia menunjuk dirinya sendiri.

Wanita paruh baya bernama Na Saera itu mengangguk, setelah itu Namamu mempersilahkan ibu dan anak itu masuk.

"Bagaimana keputusanmu? Apa kau menyetujui anakmu menjadi sekretaris anakku?" ujar Na Saera menatap Hwang So Jin penuh harap.

So jin tersenyum, pandangannya menuju ke arah anak perempuannya yang masih bingung.

"Jadi, begini Namamu anak teman ibu ini yang bernama Na Jaemin memiliki perusahaan dia sebagai ketua atau CEO nya dan sekarang ia sedang bingung mencari sekretaris baru. Nah maukah kau menjadi sekretarisnya?" tanya So Jin dengan lembut dan hati - hati.

Namamu masih berpikir, sebenarnya ia tidak tahu bagaimana menjadi sekretaris itu. Tapi mencoba tidak ada salahnya lagi pula umurnya sudah sangat pantas untuk bekerja.

Namamu mengangguk, membuat kedua ibu itu tersenyum. Sementara Jaemin hanya menampakkan wajah datarnya.

💚

"Jadi nona, pekerjaanmu lebih ke sekretaris pribadi. Kau harus menyiapkan segala kebutuhanku. Menata jadwalku sedemikian rupa. Dan menemaniku rapat serta perjalanan bisnis ke luar negeri," terang Jaemin yang masih fokus ke layar tabnya.

"Emh, oh jadi aku harus menyiapkan apa saja?" tanya Namamu masih memasang wajah bingung. Jaemin tersenyum miring sebenarnya kalau bukan paksaan ibunya ia tidak akan menjadikan Namamu sekretarisnya. Jaemin sangat malas berhubungan dengan wanita. Semua ini gara - gara wanita masa lalu yang sampai saat ini masih terus bersemayam di hatinya.

"Iya nona, setiap pagi kau harus ke mansionku! Mempersiapkan segala kebutuhanku, setelah itu kau dikantor memastikan bahwa jadwalku terjalankan dengan baik tanpa masalah dan jangan lupa selalu membuatkan aku minuman dan makanan. Mengerti?" tegas Jaemin. Gadis itu mengangguk mengerti.

Tak terasa hari sudah siang, ini hari pertamanya Namamu bekerja sebagai sekretaris Jaemin. Ia sedari tadi sudah sibuk berkutat dengan tabnya menata jadwal Jaemin sedemikian lupa dan tidak boleh sampai terlewat. Setelah itu Namamu juga menata jadwal baju kantor Jaemin sehari - harinya. Terakhir ia mengatur menu makanan dan minuman yang harus ia buat.

"Minumannya tuan," ujar Namamu sembari menaruh teh camomile di atas meja kerja Jaemin. Pria itu mengangguk. "Tuan suka es atau hangat?" tanya Namamu lagi. Jaemin berdecak kesal, ia sangat tidak suka wanita yang selalu bertanya. Menganggu saja.

Karena Jaemin tidak merespon Namamu segera meninggalkan ruangan CEO nya itu.

Jaemin mendesah kasar, ia memijat pelipisnya hari ini sungguh menyebalkan ada pihak yang membatalkan proyek begitu saja. Padahal Jaemin sudah mengeluarkan dana sebesar 10 milyar.

Pria itu segera meneguk teh yang dibuatkan sekretarisnya tadi. Ia melebarkan mata, mengapa teh ini rasanya seperti buatan Park Namamu. Terasa tidak pahit tidak juga manis, sangat pas dilidah Jaemin.

"Ah tidak - tidak, mungkin hanya perasaanku saja karena aku terlalu haus." Ujarnya.

Setelah itu Jaemin kembali berkutat pada layar laptopnya.

💚

"Kau pulang dengan siapa?" tanya Jaemin saat kantor benar - benar sepi. Hanya ada dia dan Namamu saja yang sedang membereskan ruangannya.

"Aku naik bus," ujar Namamu sambil membereskan berkas Jaemin yang berantakan di meja. Pria itu mengangguk dan langsung pergi meninggalkan Namamu.

Sepanjang perjalanan Jaemin merasa ada sesuatu yang mengganjal. Entah iya atau tidak sekretarisnya itu suaranya sama dengan wanita masa lalunya. Jaemin membenturkan kepalanya di stir mobil. Bagaimana bisa ia membanding - bandingkan wanita pujaannya dulu dengan sekretarisnya sekarang ini. Itu pasti kesalahan.

"Bagaimana pekerjaanmu nak?" tanya Ibu Jaemin setelah anaknya masuk rumah. Jaemin tersenyum manis, sejahat apapun dirinya akan lemah jika sudah berada di hadapan ibunya.

"Baik bu," ujarnya singkat namun tetap tersenyum pria itu melepas jas kerjanya.

"Bagaimana sekretaris barumu?" tanya ibunya lagi.

"Ya begitu, seperti sekretaris pada umumnya." Ujar Jaemin.

Ibunya berdehem.

Sementara di sisi lain.

"Bagaimana hari pertamamu menjadi sekretaris nak?" tanya Ibu Namamu.

Gadis itu tersenyum, mau sedingin apapun bosnya namun ia tidak boleh mengeluh. Dalam pikiran nya sang ibu sudah banyak berjasa dengannya maka dari itu kini saatnya ia bekerja dan membalas segala jasa ibunya.

"Syukurlah ibu, Namamu sangat suka pekerjaan itu. Tuan Na juga sangat baik," ujar Namamu. Sang ibu tersenyum lega mendapatkan penuturan dari anaknya. Malah tadi wanita paruh baya itu sempat berpikir bahwa Namamu hanya terpaksa menerima tawaran temannya itu.

💚I Don't Like The Idol💚

I DON'T LIKE THE IDOL || NA JAEMIN || ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora