44||IDLTI

95 17 0
                                    

"Siapa yang menyuruhmu membuat kopi?" tanya Jaemin dengan pandangan dingin saat melihat Namamu menaruh secangkir kopi di atas mejanya. Gadis itu berusaha tersenyum, sudah biasa bos nya itu bersikap tidak ramah padanya. "Baik tuan, maafkan saya." Dengan sabar Namamu mengambil cangkir berisi kopi itu lagi, ia kemudian melangkah pelan menuju meja bar yang ada didapur pribadi ruangan Jaemin.

Akhirnya Namamu menghabiskan kopi itu dari pada mubazir, sayang jika dibuang. Baru tiga sesapan tiba - tiba ia melihat bos nya itu memasuki dapur dengan muka galak. "Loh kenapa diminum? Bukannya itu milikku?" ujar Jaemin sambil melotot, dengan kesal Jaemin merebut cangkir itu dari tangan Namamu. Gadis itu kaget, itukan bekasnya tadi. Bisa - bisa bosnya muntah.

"Maaf tuan, itu sudah saya minum tadi." Ujar Namamu, Jaemin melebarkan mata pria itu segera menaruh cangkir yang ia rebut tadi di atas meja dan meninggalkan Namamu. Sementara Namamu hanya bisa menggelengkan kepalanya, bos nya itu galak namun terkadang aneh. Dan Namamu sering bergidik ngeri jika tiba - tiba bos nya itu mendadak bersikap ramah jika didepan rekan kerjanya.

"Silahkan tuan, kopinya." Ujar Namamu dengan pelan menaruh secangkir kopi di atas meja Jaemin. Pria itu hanya berdehem, bagi Namamu deheman sudah sangat berharga karena biasanya bosnya hanya diam tanpa suara apapun.

Sore hari telah tiba, suasana kantor sudah semakin sepi. Namamu segera memasukkan berkas berkas yang menumpuk di atas meja kerjanya kedalam rak kaca didalam ruangannya. Gadis itu meregangkan kedua tangannya ke atas setelah selesai membereskan banyak berkas yang menumpuk.

Bruusshhh, hujan turun dengan deras seperti tadi pagi. Namamu memandang air hujan yang turun serta langit yang mendung dari kaca ruangan kerjanya. Pemandangannya langsung tertuju pada jalanan kota.

"Kau pulang dengan siapa?" suara seorang pria mengudara di ruangannya. Beserta rintik hujan yang sedikit terdengar dari luar. Namamu menoleh ke arah bosnya itu melihat pria itu sudah mengganti jasnya dengan hoodie berwarna hijau mint.

Namamu tersenyum dan menggeleng. "Biasa tuan, saya sendiri naik bus mungkin sore ini menunggu hujan reda dulu. Karena saya takut ibu khawatir jika saya hujan - hujanan lagi." Namamu berkata sambil merapikan beberapa berkas yang tersisa dimeja.

"Hmm, kalau begitu aku duluan." Jaemin berlalu meninggalkan Namamu yang masih sendiri diruangannya. Gadis itu hanya menghela napas panjang, ia pikir bosnya ingin memberinya tumpangan. Cih jangan harap ya Namamu.

Triiiiing, ponsel Namamu berbunyi. Ia segera merogoh saku jasnya. Tertera nama Hyunjin disitu, gadis itu menarik senyumnya ia pikir adiknya merindukannya.

YEOBOSEO

KAK!! KAKAK!! KAKAK CEPAT LIHAT BERITA HIKS....

Hah? Maksudmu berita apa jin?

Cepat kak, hiks ibu kak. Ibu,, ibu kecelakaan.

DUAAARRRRRR.......

Belum sempat Namamu berucap suatu kata lagi ada suara ledakan di seberang telpon. Sambungan pun terputus, gadis itu merasakan cemas seketika.

Hyunjin!!

Yeoboseo?

Tidak ada suara lagi, segera Namamu berlari keluar ruangannya. Ia bahkan memencet lift seperti orang kesetanan. Ia berlari seperti adegan film horror dimana pemain film sedang dikejar oleh hantu. Ia melihat hujan yang semakin deras. Tanpa berpikir apa - apa, Namamu segera berlari menerobos hujan. Ia menunggu bus, namun tak ada satupun bus yang berhenti.

Gadis itu merogoh isi tasnya, mengeluarkan ponsel dan segera menghubungi taksi.

Tak lama kemudian taksi datang, ia segera masuk dalam keadaan baju yang basah terkena hujan. Untung saja ia menggunakan jas.

"Mau kemana nona?" tanya supir taksi, Namamu menengok arlojinya.

"Paman, apakah paman mendengarkan suatu berita hari ini?" ujar Namamu membuat supir taksi itu mengangguk.

"Hari ini ada dua kecelakaan, tadi pagi kecelakaan pesawat jurusan California dan barusan ini ada kebakaran yang menyebabkan ledakan besar di universitas seoul."

DEG

Namamu sebisa mungkin menahan air matanya agar tidak terjatuh. Jantungnya melemah seketika. "Paman, kalau boleh tahu korban ledakan di universitas seoul dilarikan ke rumah sakit mana?" Namamu bertanya dengan wajah penuh kecemasan.

_______________

Dan disinilah Namamu, bersimpuh di hadapan dua nisan sekaligus. Ada Ibunya dan juga adiknya, apa semiris ini hidupnya? Kehilangan dua orang sekaligus dalam satu waktu. Dan, kini seorang Namamu adalah sebatang kara.

Namamu berjalan gontai, dengan pakaian serba hitam. Ia barusan pulang dari makam berteman kesendirian. Tidak ada satupun orang yang merangkulnya sekarang. Dan kini, ia harus menjalani hidupnya yang sepi sunyi.

Kriiieettttt

Namamu membuka pintu rumah, ia segera memasuki kamarnya. Mengganti baju dan mandi. Setelah selesai ia merebahkan diri di kasur nyamannya. Menatap langit - langit dengan tatapan kosong.

Miris, itu yang dirasakan Namamu sekarang. Gadis itu berusaha tersenyum tipis namun tak dapat dipungkiri bahwa air matanya lolos begitu saja. Membanjiri pelupuk matanya dan mulai mengalir ke bawah. Ia terisak pilu sambil meringkuk, belum sempat ia membalas jasa ibunya. Belum sempat pula ia membuat adiknya bahagia.

Entah mengapa semua terjadi seakan hanya mimpi, ketika Namamu terbangun di pagi hari. Tiada sapaan hangat itu, tiada canda tawa seorang adik yang selalu menjahili sang kakak. Tiada suara mesin roti panggang disertai tawa ibu yang membahagiakan.

Tiada suara dentingan sendok Hyunjin yang sering membuat telinga Namamu penging mendengarnya. Sekarang semuanya hilang begitu saja. Seperti angin di musim panas. Hanya lewat sebentar. Namun, semua kenangan itu masih bisa Namamu rasakan.

Perlahan gadis itu mengelap air mata yang membanjiri mata indahnya itu. Ia menarik napas panjang kemudian berusaha menguatkan dirinya.

Kini, gadis itu menjalankan kehidupannya seorang diri. Bagaimana lanjutan kisah hidup seorang Namamu yang ditinggal oleh Ibu dan Adiknya?

💚I Don't Like The Idol💚

I DON'T LIKE THE IDOL || NA JAEMIN || ENDOnde histórias criam vida. Descubra agora