chapter 7 : girls squad

77 9 9
                                    

~Happy Reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Happy Reading~

Pagi menggulingkan malam, sore menenggelamkan siang. Hari demi hari perlakuan Olivia dan teman-teman sekelasnya semakin keterlaluan pada Ariel. Mulai dari disiram air saat ia di toilet, tas nya di buang ke atas genteng sekolah, mukanya dicoret-coret dengan spidol, bangkunya dikasih lem, rambutnya di tempeli permen karet dan masih banyak lagi.

Sudah seminggu ini Ariel bersekolah di SMA SHS, dan masih sama ia belum memiliki teman, bahkan teman mengobrol pun tidak ada. Tanpa ada yang tahu bahwa sebenarnya ia mengalami tekanan batin sini.

Tak apa katanya, masih ada yang lebih penting. Ia harus fokus mengejar ketertinggalan pelajarannya selama semester ini. Ia juga harus beradaptasi kembali dengan kurikulum dan pembelajaran di Indonesia.

Ia melangkahkan kakinya pelan di koridor kelas. Masih terlalu pagi memang, tapi tak apa. ia hanya tidak ingin ayahnya terlambat masuk kerja.

Baru saja ia membuka pintu kelas ia sudah dihadiahi oleh tangan-tangan jahil yang bergerak lincah mengguyurkan tepung ke seluruh badan Ariel. Dilemparkan nya telur busuk itu ke puncak kepala Ariel. Bau menyengat itu menyeruak hingga ke sela-sela hidung. Semua orang di kelas itu tertawa puas.

Tidak, ia tidak sedang ulang tahun hari ini. Tapi mengapa mereka berbuat seperti ini?

Badannya mematung. Rambutnya, seragamnya, sepatunya, dan tasnya kini kotor dan juga bau. Menyedihkan sekali. Ia sudah seperti pisang goreng berbalut tepung yang siap dicelupkan ke dalam minyak panas.

Ariel hanya bisa menunduk dan menangis dalam diam. Kalau bullying kemarin ia masih bisa tahan, namun yang ini sudah benar benar kelewatan.

"Ada apa ini?" Tanya Pak Edi keheranan, beliau adalah gururu Biologi yang kebetulan sedang lewat di depan kelas ini.

"Eumm..." Ariel bingung harus menjawab apa.

"Eh anu pak ini si Ariel lagi ulang tahun pak," alibi Olivia, si biang kerok yang telah merencanakan ini semua.

"Ohh benar begitu Ariel?" Tanya Pak Edi memastikan.

Karena lama tak menjawab, tangan Lea bergerak ke belakang tengkuk kepala Ariel dan memaksa kepala itu untuk mengangguk.

"Itu kenapa kok matanya merah? Jangan-jangan.."

"Enggak pak, itu dia terharu pak karena kita kasih surprise hehe," Lea memotong pembicaraan pak Edi sebelum beliau berpikir yang tidak-tidak.

Pak Edi mengerutkan dahinya seolah tak percaya. Ia menatap manik Ariel. Membuat Ariel sedikit takut.

"S-saya emm mata saya kelilipan pak jadi agak merah."

Pak Edi menghela napas. "Ohh, kalo gitu selamat ulang tahun ya nak Ariel." Pak Edi menjabat tangan Ariel.

"I-ya terima kasih Pak."

GEVARIEL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang