Chapter 6 : bully

70 6 0
                                    

~Happy Reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Happy Reading~

Hari ini cuaca panas. Semua siswa yang berada di kelas itu mengeluh lantaran pelajaran kali ini terasa satu jam lebih lama dari biasanya. Pembelajaran matematika yang membuat semua siswa dikelas 12-IPS.1 itu merasa muak dan bosan.

Geva menenggelamkan wajahnya di meja. Menghalangi wajahnya dengan buku cetak yang tebal. Beberapa kali ia menguap dan memejamkan matanya.

"Geva! Coba kamu kerjakan soal di papan tulis!" ujar Pak Bardi ditengah-tengah pembelajaran berlangsung.

Ken yang duduk di sebelah kanan Geva menyikut lengan Geva. Berusaha menyadarkan Geva dari tidurnya, sehingga Geva sadar bahwa Pak Bardi sudah berdiri di depannya.

Ale yang berada di dibelakangnya pun berdehem.

Geva mengangkat wajahnya bingung.

"Maju, kerjain soal di papan tulis," suruh pria tua itu dengan nada sedikit kesal.

Lagi-lagi Geva menutup mulutnya. Menguap. Ia merapikan sedikit tatanan rambutnya serta kerah baju yang sedikit berantakan. Dengan malas ia melangkahkan kakinya pelan. Ia maju ke depan kelas, mengambil spidol di meja dan berdiri mematung di depan papan tulis.

Sudah lima menit berjalan, namun papan tulis itu masih bersih dan suci. Ia bingung. Tidak ada satupun materi yang masuk ke otaknya pagi ini.

Pria tua itu duduk di kursinya dan mulai membaca buku. Pasti anak bandel dan tukang tidur itu tidak bisa menyelesaikan soal itu. Batinnya.

"Silahkan kamu berdiri terus disitu sampai kamu bisa ngerjain soal di papan tulis," jelas guru matematika itu.

Geva melotot. Ia membalikkan tubuhnya. Melirik ke arah meja Ale dan Ken. Tidak ada yang bisa di andalkan kecuali mereka. Geva mengisyaratkan dengan matanya agar kedua temannya itu membantunya.

Ale dan Ken saling menatap, kemudian menatap Geva bingung, mereka berdua mengisyaratkan dengan mulutnya. Mereka menggerakkan mulutnya tanpa suara. 'Gua gak tau' 'gak bisa'

Geva mendengus sebal kemudian melirik ke arah pria tua itu. Pria itu sibuk berkutik dengan bukunya. Inilah saat yang tepat untuk Geva mengeluarkan senjatanya. Ia menggigit bibir bawahnya. Secara sembunyi-sembunyi ia mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

Ia mulai mengetik sesuatu di sana. Akhirnya ia menemukan jawaban atas soal di papan tulis. Ia mulai menuliskan jawaban dari ponsel itu ke papan tulis.

Lalu dengan cepat ia menaruh ponsel itu ke saku celananya kembali. Misi aman dan terkendali. Pak Bardi masih setia membaca buku didepannya. Semua siswa menatap Geva heran. Mereka tahu Geva melakukan kecurangan itu, namun semua siswa memilih diam dan tidak berani melaporkan kejadian itu, karena Geva bisa saja menghajar habis-habisan jika ada seseorang yang mengusiknya.

GEVARIEL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang