Devan membuang napas kasar. "Kalau bukan keluarga udah gue bantai lo semuanya.

Laki-laki itu melepas jaket Balapati yang membalut tubuh atletisnya dan mengikat rambut gondrongya dengan karet gelang hitam hasil merampok di rumah Manggala tempo hari. Berdiri menuju kulkas di markas Balapati untuk mengambil air mineral langkahnya terhenti mendengar ucapan Magenta yang sedari tadi adem ayem.

"Bang tengkuk lo!"

Seluruh mata kini tertuju padanya.

Devan berbalik dengan sorot tajamnya. Laki-laki itu langsung mengambil ponsel di saku untuk melihat ada apa di tengkuknya. Namun, tetap saja ia tak bisa melihat apa-apa.

Ia makin dibuat penasaran kala tawa anak-anak Balapati itu makin menggema. Gista bahkan ikut terbahak bar-bar sambil menempeleng kepala Ganes dan Manggala bergantian.

Berjalan menuju kaca besar almari tempat penyimpanan stok jaket Balapati. Laki-laki itu berusaha melihat ada apa sebenarnya di tengkuknya. Matanya langsung melotot sempurna melihat ada bekas kecupan di tengkuknya. Lebih parahnya lagi ada bercak merah yang warnanhmya berbeda dari yang lainnya.

Sialan! Itu bekas cupang!

Karena tremor dan ketakutan dilecehkan oleh bencong ia tadi tidak bisa melawan saat pipi dan lehernya diserbu kecupan. Apalagi bukannya menolong semua teman laknatnya tadi hanya menonton dan malah mendokumentasikannya. Sampai satpam yang dipanggil oleh Sinta datang barulah mereka membantu.

Saking takutnya pada bencong Devan sampai tidak sadar jika bencong itu memberi tanda juga di tengkuknya. Mungkin mereka tadi tidak melihatnya karena tengkuknya tadi tertutup oleh rambutnya yang gondrong.

Sial. Devan sepertinya memang harus mandi kembang tujuh rupa malam ini juga.

****

"Gila! Cantik banget!" Janu berdecak kagum pada Gista yang berjalan di koridor dengan Anara di sebelahnya.

Cowok berambut klimis itu menggelengkan kepala seraya mulutnya berkomat-kamit terus mengucapkan kalimat "cantik".

"Yang mana?" goda Kaivan bersidekap di sebelahnya.

"Kanan apa kiri, Jan?" Ganes ikut menimpali.

"Kiri dong!" jawab Janu tanpa sadar dengan tatapan yang tak beralih barang sedetik pun.

"Eh." Sedetik kemudian cowok itu menoleh karena terkena jebakan batman Kaivan dan Ganes.

"Maksud gue itu yang kanan yang si Gista. Nggak kayak biasanya kali ini lebih feminim," ujarnya seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Ganes menipiskan bibir lalu menyeringai. "Gista apa Gista?"

Cowok bertubuh jakung itu menaikkan sebelah alisnya. Dia tahu arah pandang Janu yang sebenarnya itu bukan pada Gista, tapi pada Anara.

Wajah Janu memerah. Dia meringis malu karena ketahuan oleh Ganes dan Kaivan.

"Hehe iya si Jamingatun."

"Tapi, si Gista juga cantik kok hari ini," imbuhnya.

Gadis berambut panjang terurai dengan setelan putih selutut itu pun melambaikan tangannya pada mereka bertiga.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
GISTARA (END) Where stories live. Discover now