Bab 84

3.1K 197 28
                                    

HAPPY READING!

-----

"Cukup melihatmu bahagia. Aku pun bahagia."

~Manggala Alsaki Kavindra

Belasan dress dengan berbagai macam model sudah Gista coba, tetapi Manggala dkk selalu mengatakan kalau dress-nya tidak cocok dengannya. Sebenarnya sih hanya Manggala yang kebanyakan komen mulai dari dress-nya terlalu ketat, tipis, nerawang, pendek, dan lain sebagainya.

"Gimana? Cantik nggak Gista?" tanya Anara setelah membantu Gista memakai dress di ruang ganti.

Sore ini Gista, Anara, Anika, Ganes, Kaivan, Magenta, Janu, dan Devan tengah berada di butik milik mamanya Manggala. Berhubung besok adalah final putra-putri sekolah maka dari itu Manggala membawa mereka ke sini untuk memilih baju yang akan dikenakan.

Setelah melewati proses seleksi satu minggu lalu terpilihlah empat orang perempuan dan laki-laki yang akan masuk ke babak final. Dua perempuan di antaranya adalah Gista dan Bianca. Sedangkan untuk laki-laki  salah satunya adalah Manggala.

"Buseett cantik banget adek gue," puji Ganes berdecak kagum akan kecantikan Gista.

"Kayak bidadari," celetuk Janu.

Gista yang memutar badannya sambil memegang dress-nya langsung tersipu malu.

"Yaudah gue pake ini aja ya besok. Capek gue ganti-ganti mulu," keluh gadis itu kemudian berlalu hendak mengganti pakaiannya.

"Tunggu!" interupsi Manggala yang kini telah berdiri dari duduknya.

Cowok itu menggeleng menatap teman-temannya yang mengatakan kalau pakaian yang dikenakan Gista sekarang sudah cocok. Padahal, menurut Manggala jauh dari kata cocok.

"Ganti yang lain aja, Gis!" ucapnya membuat semua menganga.

Ini sudah genap baju ke dua puluh masih saja tidak cocok di mata Manggala. Sebenarnya apa sih mau cowok itu?

Dress yang Gista kenakan sekarang juga tidak ketat, tipis, pendek, ataupun menerawang. Panjangnya saja sampai separuh betis. Apalagi yang salah?

"Aduh, Gal. Udah ini aja kenapa sih capek tauk dari tadi kita cuman duduk nungguin Gista gonta-ganti maju. Kek manequin idup," cerocos Janu mengipasi wajahnya dengan kipas milik salah satu pelayan butik.

Kaivan mengangguk setuju. "Lagian ini juga bagus loh, Gal."

"Bagus mata lo silinder," protes Manggala.

"Lo nggak liat punggungnya Gista kelihatan. Dari depan emang oke panjang dan dan gak ketat. Tapi, seharusnya di belakang bagian punggung itu jangan bolong. Ada tile-nya gitu biar nggak ke-ekspos banget."

"Ya elah dikit doang itu, Gal." Janu mengomentari.

"Enggak!"

Manggala kembali menyuruh Gista mengganti pakaiannya. Sebelumnya ia telah meminta salah satu pelayan butik untuk memanggil mamanya dan meminta agar sang mama membawakan Gista dress rancangan perempuan itu yang merupakan pesanan orang.

Sinta sempat menawari dress lain yang lebih pas dan cocok untuk Gista juga tidak terbuka, tapi Manggala tetap meminta dress itu.

"Nanti kalo yang pesen marah bilang aja sama Gala biar aku ganti, Ma," bujuk Manggala sehingga Sinta menuruti permintaan putra bungsunya yang tengah dimabuk asmara tersebut.

Dari kemarin Manggala memang sudah rewel. Efek jatuh cinta pada Gista memang membuat laki-laki itu menjadi lebih manja. Padahal, biasanya sok cool.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang