Bab 18

3.8K 249 6
                                    

Ig : @nis_liha
@wattapdnisliha

HAPPY READING!

-----

"Kalau cinta itu diperjuangin jangan diliatin doang!"

~Gistara Arabhita

Helaan napas lega keluar dari mulut seorang lelaki bermata cokelat khas blasteran yang kini duduk di sofa dengan kamera yang masih terkalung di lehernya. Harsa bisa tidur tenang malam nanti karena telah menyelesaikan project fotonya hari ini.

Meskipun, sesi kedua pemotretan tadi ia sempat frustasi menghadapi Gista yang awalnya tidak bisa membangun kemistri dengan Manggala. Gista tidak  mau disuruh berpose romantis dengan Manggala. Tersenyum saja enggan. Hanya berekspresi datar seperti foto KTP.

Setelah berkali-kali ia dan Ganes menegur Gista. Barulah cewek itu mau mengikuti arahannya.

"Oke. Thanks, ya atas kerja samanya. Gue nggak nyangka. Ternyata hasilnya bagus juga. Ya, walaupun harus ada beberapa kendala," ujar Harsa sembari terkekeh dan melakukan jabat tangan ala pria dengan Ganes.

"Sama-sama. Harusnya gue sekeluarga yang berterima kasih karena lo mau nerima Gista buat jadi model." Ganes melepas jabatan tangannya dengan Harsa.

"Dan sorry kalau sikap Gista tadi nggak profesional. Ya, lo pasti udah tahu dari Wira kalau Gista itu... emm... ceweknya jutek."

Harsa menepuk punggung cowok berjaket kebanggaan Balapati itu pelan. Kemudian terkekeh, "Iya, nggak  papa, Nes. Gue ngerti kok."

"Tapi, gue masih nggak enak sama lo, Bang."

"Gista tadi mungkin mood-nya lagi buruk aja. Lagian setelah lo kasih wejangan dia bisa profesional kok. Hasilnya juga bagus banget. Melebihi ekspektasi gue waktu lihat kejudesan dia."

Ganes mengangguk. "Oke. Gue pamit dulu kalau gitu. Keburu singanya ngamuk. Bisa- bisa gue yang diterkam," kelakar cowok berjaket Balapati itu lalu melangkahkan kakinya keluar ruangan.

Singa yang Ganes maksud adalah Gista. Cewek itu sudah melenggang terlebih dahulu setelah berganti pakian dan berpamitan dengan Wira ala kadarnya.

***

Mendongakkan kepalanya mata gadis berkuncir satu itu tak berkedip memandang langit biru dengan sebaran awan putih yang serupa kapas di atas sana. Mata dengan bulu lentik yang tertanam di kelopaknya itu pun menutup dengan pelan. Dadannya bergerak naik seiring tarikan napas pelan dari hidungnya. Lalu, bergerak turun ketika napas itu ia keluarkan melalui mulutnya.

Hal itu Gista lakukan selama beberapa menit. Sampai dirasa perasaannya mulai tenang. Dan rasa sesak di dadanya berangsur pulih.

Setelah kenangan tentang satu silam yang membuat dadanya sesak itu mulai memudar dari kepalanya. Barulah Gista membuka kembali kelopak matanya. Ia sedikit menyipitkan mata ketika angin berembus dengan kencang menerpa wajah.

Untuk beberapa saat gadis itu hanya terdiam dengan posisi duduk bersandar pada kaca depan mobil. Iya, Gista sekarang tengah duduk di atas kap mobil dengan kaki yang diselonjorkan dan kedua tangan yang ditekuk di belakang kepala dijadikan bantal.

Sampai gebrakan keras yang seseorang timbulkan membuat gadis itu terlonjak dan nyaris melompat dari atas kap mobil.

"GANES!" bentak Gista melihat sepupu laknatnya yang sudah berdiri di samping kap mobil.

"Lo ngagetin gue tau nggak?! Kalo gue jantungan lo mau tanggung jawab?!"

Bukannya meminta maaf cowok dengan sekantung belanjaan di masing-masing tangannya itu malah cengengesan tidak jelas.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang