18 | Bayi Besar

Mulai dari awal
                                    

Cewek itu dengan refleks menginjak sebelah kaki Althan. "Modus lo!"

"Lo juga nyaman kan?"

Zea mencibir pelan. "Dih, enggak ya!"

"Enggak salah lagi, kan?" Cowok itu kembali menggoda istrinya, Althan memang sangat suka membuat Zea kesal.

"Ih, Althan!"

Althan terkekeh ringan. "Udah ayo pulang, hujanya juga udah mulai reda." katanya.

Althan melepaskan pelukannya, setelah itu memakaikan helm untuk Zea. "Ayo pulang!"

Zea berniat melepaskan jaket Althan, namun tangannya lebih dulu ditahan oleh Althan. "Pake aja, nanti lo sakit."

Zea mengangkat satu alisnya. "Kalo lo gak pake jaket nanti lo juga sakit."

"Gak papa, asal jangan lo yang sakit."

Perempuan itu mendengar ucapan Althan barusan. "Tapi—" belum sempat selesai berbicara Althan lebih dulu memotongnya.

"Banyak omong lo, ayo pulang nanti kejebak hujan lagi!"

Zea mengangguk saja, perempuan langsung duduk diatas motor Althan. Setelah itu Althan melajukan motornya kembali.

☆☆☆☆

"Pusing." adu Althan, laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya kepada Zea.

Memang setelah pulang sekolah tadi laki-laki itu langsung mengeluh karna pusing.

"Minggir dulu makanya, gue mau ambilin baju anget buat lo." Zea berujar.

Althan perlahan melepaskan pelukanya, dengan cepat Zea beranjak dari tempat tidur untuk mengambil baju hangat.

"Nih pake dulu bajunya!" suruh Zea sembari menyodorkan pakaian hangat kepada Althan.

"Gak bisa Ze, kepala gue pusing."

Zea menghembuskan nafas kasar, lalu membantu Althan memakai pakaian hangat itu.

Setelah selesai, Zea duduk disamping laki-laki itu sembari mengambil kompresan yang sudah tersedia diatas nakas.

Gadis itu meletakannya diatas dahi Althan. Lalu menarik selimut sampai sedada Althan.

"Zea!" panggil Althan menghentikan pergerakan cewek itu.

"Mau kemana lagi, tungguin gue tidur sini!" Althan memeluk pinggang ramping Zea, merengek layaknya anak kecil.

"Gue mau ambil obat, sebentar ya?"

Althan menggeleng, cowok itu semakin menguatkan pelukanya pada Zea. "Gak mau minum obat, mau lo aja!"

"Nanti demam lo makin tinggi Althan, minum obat dulu ya?" bujuk perempuan itu.

Althan tetap menggeleng. "Gak mau, temenin gue tidur aja sini!"

"Minum obat dulu, nanti gue temenin tidur."

Cowok itu kembali menggeleng kuat, sungguh saat ini Althan terlihat seperti anak kecil. "Gue gak mau minum obat, pahit!"

Zea menghela nafas panjang. "Yaudah kalo gitu, gimana kalo lo makan bubur ayam?"

"Nanti aja." jawab Althan pelan.

"Kepala gue pusing." keluhnya lagi.

Perempuan itu langsung membaringkan tubuhnya disebelah Althan, posisi tidur Zea memunggungi suaminya.

Althan mendekati Zea. "Dosa munggungin suami." bisik Althan, tangan besar itu memeluk tubuh kecil Zea dari belakang.

Zea tersenyum tipis, perempuan itu membiarkan Althan tidur dengan posisi yang seperti itu.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu laki-laki tertidur, derus nafasnya mulai teratur. Sudah tak ada lagi pergerakan karna uring-uringan, itu artinya Althan sudah berada dialam bawah sadar.

Zea turun dari tempat tidurnya, perempuan itu langsung turun kebawah karna mendengar suara ketukan pintu dari bawah.

"Mama?" beonya.

"Ayo Mah, masuk dulu." ucap Zea seraya menyalimi lembut punggung tangan mertuanya itu.

Gina menggeleng pelan. "Mama mau nganterin Elgara aja, soalnya dari tadi dia pengen pulang terus."

Memang setelah terjebak hujan tadi, Zea dan Althan tak langsung menjemput Elgara dirumah Mamanya. Niatnya nanti malam saja, tapi Althan malah mendadak menjadi demam seperti ini.

"Nanti kapan-kapan Mama mampir ya, sekarang Mama lagi ada urusan." pamit wanita itu.

Zea mengangguk. "Iya Mah, maaf jadi ngerepotin." ucap gadis itu tak enak hati.

"Gak papa sayang, yaudah kalo gitu Mama langsung pulang ya."

"Hati-hati Mah." ucapnya.

Kini Zea beralih menatap Elgara yang sedang tersenyum kearahnya. "Mommy, papa lama!"

Perempuan itu mencubit pipi Elgara pelan seraya menggendong tubuh balita itu. "Maaf ya sayang, soalnya papa lagi sakit."

"Papa akit?" tanya bocah itu.
(Papa sakit)

Zea mengangguk pelan. "Mau liat papa?" ucapnya yang langsung diangguki bocah itu.

Bocah itu turun dari gendongan Zea berusaha naik keatas ranjang tempat tidurnya. "Mommy, papa bobo?" tanya balita itu sembari memandang wajah Althan lekat.

"Jangan berisik ya sayang, soalnya Papa baru aja tidur." ucap Zea pelan.

Elgara mengangguk, balita itu mengubah posisinya menjadi tidur disebelah Althan.

"Papa, ngan kit dong."
(Papa, jangan sakit dong)
ujarnya sembari memeluk tangan Althan hati-hati, tak mau mengganggu papanya yang baru saja tertidur.






Tbc ...






Jangan lupa follow wattpad Rienlita sama instagram @rienlita.wp ya !

Spam emoji warna biru 💙💎💍🐳☁ di sini !!

Target 1k komen untuk next !

Jangan lupa kasih ☆ dan komentarnya ya 💬, see you di next chapter !

ALTHAN: Best Papa ! [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang