31

2.2K 428 38
                                    

Daripada ingin menghentikan rumbling, sejujurnya [Name] lebih ingin memukul penulis sialan itu hingga dia berhenti menulis adegan demi adegan yang membuatnya mempertaruhkan nyawa.

[Name] bukanlah pemeran utama yang memiliki armor tokoh utama yang selalu bisa membuatnuya selamat dari segala marabahaya. Dia hanyalah seorang peran figuran yang nyempil di tengah-tengah para tokoh utama.

Dan bahkan setelah di buat mempertaruhkan nyawa hingga kehilangan satu mata, penulis sialan itu masih saja bisa melupakan buku ini hingga berbulan-bulan. [Name] bahkan sudah lupa kapan terakhir kali dirinya dibaca oleh para pembaca.

Kebadasan [Name] sepertinya sudah dilupakan oleh mereka.

"Katakan pada kami dimana Eren Yeager!"

Muak dengan kenyataan harus menyebrangi laut secepat mungkin. Magath membekap mulut Yelena dan membantingnya ke tanah. Yelena adalah satu-satunya pihak Zeke yang seharusnya tau dimana Eren dan kakaknya itu berada.

"Aku akan terus mematahkan setiap tulang di tanganmu hingga kau bicara."

Suasana berubah tegang. Hange yang melihat hal itu sontak meneriaki nama sang jendral, sebuah upaya untuk menghentikan tindakan Magath yang agresif di tengah-tengah suasana tegang seperti ini.

Namun percuma saja sebab Magath sudah terbawa oleh emosi.

"Kau tidak perlu takut, aku tak akan membunuhmu."

Yelena berkeringat dingin, bibirnya mengulas senyum penuh ketakutan. [Name] bisa melihat mata Yelena yang berair, efek dari bekapan sang jendral.

"Aku lega. Aku merubah fikiranku, aku tak mau mati hingga aku bisa melihat dengan kepalaku sendiri bagaimana ini akan berakhir."

Wah, jika kau membaca manga, kau pasti sudah mati sejak lama Yelena.

"Jika kau mau membawaku juga, aku mungkin akan mengatakan dimana lokasi Eren."

[Name] mendengus, ia tidak ingin ikut campur dengan keributan tidak penting yang membuang-buang waktu seperti ini. Tokoh utama kita ini justru sibuk mengelap pedang maneuver gearnya. Benda ini sudah lama tidak dipakai karena sekarang musuh mereka bukan lagi tentang titan. Yah, walaupun sebentar lagi benda ini akan kembali berguna.

Magath berbalik, menatap empat sekawan yang tengah berdiri terdiam.

"Connie, Armin, Mikasa, Jean."

Raut penyesalan terlihat jelas diwajah sang jendral. Matanya yang kerap kali menampilkan tatapan berani kini nampak redup.

"Aku minta maaf atas sikap kalian tadi malam. Kami telah salah. Bicara soal keadilan dengan sombongnya dan sekarang telah jadi seperi ini pun aku masih terus bersikeras dan mencoba membuktikan bahwa kami benar. Karena aku takut untuk melihat langsung pada diriku sendiri, Marleyan yang buruk."

Netra [eye colour] itu melirik sang jendral. [Name] suka momen dimana akhirnya mereka tau siapa yang salah di sini. Bukan berarti Paradise merupakan pihak yang paling benar, namun faktanya paradise di zaman sekarang tidak tahu menahu dengan sejarah leluhur mereka.

"Kalian semua tidak salah."

Mereka bahkan tidak melakukan kesalahan apapun namun harus berada di bawah bayang-bayang titan.

"Pieck, Annie, Reiner. Kalian juga tidak ada alasan kenapa kalian harus menanggung beban kebencian seluruh dunia ini. Tapi tetap saja, kita punya tanggung jawab untuk melupakan sejarah bodoh yang berlumuran darah ini dan menyalurkannya ke generasi masa depan."

Magath terdiam sesaat. Kini ia beralih menatap sang pelintas dimensi yang masih sibuk menatap kearah pelabuhan.

Sejenak berhipotesa dalam kepala, apakah gadis itu sudah tau mengenai hal ini sejak dulu? Karena Magath dengar bahwa dia adalah bukti adanya kehidupan di dimensi lain.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 10, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ISEKAI | AOT X ReadersWhere stories live. Discover now