13

3.7K 948 96
                                    

Baik Mikasa atau Armin selalu berfikir bahwa [Name] memang seharusnya tidak ada disini.

Pertemuan mereka bisa dibilang hal yang sangat luar biasa mengejutkan. Siapa sangka ada manusia dengan pakaian aneh yang secara tiba-tiba muncul di kapal? Padahal sudah jelas tidak ada satupun pasukan pengintai yang melihat gadis itu masuk.

Dari semua itu, yang paling aneh adalah saat dimana gadis itu mengatakan fakta yang mencegangkan.

Sang pelintas dimensi katanya.

Mereka tidak ingin mempercayai hal itu. Tapi, ketika iris mata mereka bersiborok dengan netra [eye colour] yang begitu jernih. Mereka langsung sadar bahwa [Name] memang bukan bagian dari mereka.

Bukan bagian dari dunia ini.

Perkataan [Name] saat berada di restoran masih terngiang-ngiang dikepala Armin. Tentang betapa luar biasanya kehidupan di dunia [Name]. Disana penuh dengan kemudahan dan kebebasan.

Itu adalah dunia yang semua orang disini inginkan.

Hidup bahagia dan bebas.

Namun mengapa sepasang netra [eye colour] itu selalu menampilkan sebaliknya? Seakan-akan dia terjebak di suatu tempat.

Dan tersiksa disana.

"Menurutmu?"

Moncong pistol terasa begitu dingin ketika menyentuh dahi Armin. Connie, Jean, dan Mikasa spontan menodongkan senjata mereka kearah [Name].

"Sudah kuduga kau akan bekerja sama dengan Zeke!"

Teriakan Connie tak terelakan. Merasa emosi dengan sosok [Name] yang justru menodongkan senjata ke arah rekan, Armin.

Tidak, tidak, sekarang mereka sudah bukan lagi rekan.

"Jangan bilang alasan kau datang ke hutan itu untuk menemui Zeke?"

Iris mata Armin melebar ketika mendengar kalimat yang dikeluarkan oleh Jean. Apakah memang benar jika alasan [Name] begitu terburu-buru mencari lokasi hutan itu adalah karena Zeke?

Jika iya, mungkin [Name] memang sengaja melakukan itu untuk memastikan lokasi Zeke berada.

Tetapi, kenapa para Yeagerist justru membutuhkan bantuan Hange sebagai penunjuk arah?

Dan juga apa maksud dari perilaku [Name] salama ini? Mata jernihnya itu selalu menatap tajam Eren, seakan-akan dia adalah musuh yang meski dihancurkan.

"Tidak mungkin kau melakukan itu, iyakan?"

Iris biru bersiborok dengan iris [eye colour]. Dalam diam Armin meringis dalam hati ketika melihat mata kanan sang gadis terus mengeluarkan darah.

"[Surname]... apa kau benar-benar akan terus berada disana?"

Genggaman [Name] pada pistol mengerat. Pertempuran makin sengit, yang harus [Name] lakukan saat ini adalah mengulur waktu.

Benar, mengulur waktu.

"Aku selalu merasa kau seperti menahan diri tiap waktu. Seperti kau tidak bisa melakukan sesuatu yang kau mau."

Armin selalu merasa bahwa gadis didepannya itu memiliki sesuatu yang selalu menahannya. Seperti pengekang yang cukup kuat untuk membuat gadis serampangan macam [Name] berfikir keras ketika akan melakukan sesuatu.

Terkadang, Armin mendapati [Name] bergumam sendiri seraya menatap tajam suatu objek tertentu.

"Apa... kau akan terus menuruti hal yang mengekang kebebasanmu?"

DEG.

"Jika aku memberikanmu kebebasan, apakah kau mau menuruti satu perintahku?"

Selama ini [Name] tidak pernah memikirkan hal ini. Yang bisa ia lakukan adalah tidak ikut campur dalam setiap hal yang ada.

ISEKAI | AOT X ReadersWhere stories live. Discover now