04

5.8K 1.4K 289
                                    

Suara teriakan para pendemo terdengar nyaring di depan gerbang. Puluhan warga paradise meminta kebebasan, menuntut para militer untuk melepaskan sang kunci perdamaian kekaisaran baru Eldia, Eren Yeager.

Dari balik kaca gedung, sang panglima berdiri kokoh. Dibelakangnya terdapat Armin dan Mikasa yang tengah duduk.

"Aku tidak bisa mengizinkan kalian menemui Eren."

Iris mata keduanya melebar, terkejut dengan penolakan yang diberikan oleh sang panglima.

Pria tua itu mulai menjelaskan semuanya. Alasan-alasan mengapa Armin dan Mikasa dilarang menemui Eren. Mengabaikan fakta bahwa mereka bertiga adalah sahabat sedari kecil.

Situasi saat ini memaksa para militer untuk berhati-hati.

Karna perkataan gadis asing itu mulai menjadi kenyataan.

Perpecahan di pulau paradise merunjuk pada demo besa-besaran yang mendukung fraksi Yeager. Dan yang lebih penting, perpecahan itu sendiri juga dimaksudkan untuk menjelaskan kondisi militer saat ini, terutama pasukan pengintai.

"Itu apa?"

Sebuah kursi aneh menjadi sumber pertanyaan Mikasa. Kursi merah dengan desain yang cukup mencurigakan.

"Bukan apa-apa."

Atensi Mikasa berpusat pada kursi itu. Dalam diam dia merasakan sesuatu yang aneh.

"Karena tidak ada tempat untuk menyimpannya, tadi aku menyuruh prajurit baru untuk membawanya kesini."

~

Semilir angin menerbangkan dedaunan. Sosok gadis terlihat tengah duduk santai di jendela. Iris [ hair colour]-nya menatap para pendemo.

Saat ini Mikasa dan Armin pasti tengah berbicara bersama sang panglima. Sementara itu Hange sedang bersama Onyakopon dan beberapa pasukan relawan.

Dari atas sana, ia bisa melihat para warga paradise. Kemudian iris matanya bergulir ke samping, menatap para prajurit baru yang pergi meninggalkan gedung militer.

"3..."

"... 2."

Angin bertiup, menyelinap di ventilasi jendela. Lalu menerbangkan surai [hair colour] yang tergerai cantik.

"...1"

BOM!

Suara ledakan memekakan telinga, panasnya api melahap bangunan. Para pendemo dan pasukan militer sontak terdiam, membeku selama beberapa saat.

Bagai slow motion, sebuah tubuh terpental keluar dari ruangan sang militer. Kemudian jatuh tepat didalam gerbang, didepan para pendemo.

Iris mata Hitch melebar, seketika ia merasakan mual. Hitch langsung mengalihkan pandangan, menuju Mikasa dan Armin yang keluar dari arah gedung.

"Hitch, apa yang terjadi?"

Hitch berusaha menjelaskan. Bohong kalau ia tidak merasa shock dengan kejadian didepan mata.

"Tiba-tiba saja dari ruangan panglima...."

"Panglima bagaimana?!"

Mikasa memotong perkataan Hitch. Iris obsidian Mikasa mengedar, mencari sosok sang panglima untuk memastikannya selamat.

"...hah?"

Sosok panglima dengan kondisi yang mengenaskan tergeletak di tanah. Tubuhnya terkena ledakan hingga hanya bagian pinggang keatas yang tersisa. Salah satu pasukan militer menutupi mayat sang panglima menggunakan jaket yang ia kenakan.

ISEKAI | AOT X Readersजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें