20

3.3K 843 145
                                    

Pada akhirnya apa yang paling tidak mereka inginkan terjadi. Keserakahan Marley memicu terwujudnya sumpah raja sebelumnya. Para titan yang terlelap dari tidur panjang kini telah bangun, pergi beramai-ramai menghancurkan para orang-orang di seberang samudra sana.

Sebentar lagi akan ada pesta manusia geprek.

Mari bertepuk tangan untuk Pak Hajime kita yang luar biasa, berkat Pak Hajime Mikasa dan Eren tidak bisa ciuman di season tiga lantaran beliau merasa malu menggambarnya.

Tapi, gambar sadis gitu bisa ya, pak?

"Tak kusangka dia akan membantai semua orang diluar dinding. Tapi, kalau mereka lenyap, maka semua dendam akan lenyap juga...."

Jean adalah orang yang rasional. Dia jelas tau serangkaian hal mengerikan yang terjadi di dunia ini, semuanya tidak lebih dari hukum sebab-akibat.

Sama seperti yang tertulis di hukum newton III yang berbunyi, "Gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama dengan arah terbalik, dan segaris."

Simplenya, Aksi = Reaksi. Jika tidak ada sebab maka tidak akan ada akibat.

Walaupun begitu, kedua hal tersebut memiliki satu kemiripan.

Sama-sama membuat [Name] sakit kepala.

"Ini keterlaluan, ini pembantaian masal."

Armin jelas berbeda dengan Jean. Dia yang cinta kedamaian tidak mungkin terima dengan fakta yang disuguhkan didepan mata. Eren yang ia kenal tidak akan melakukan ini, Eren yang dulu tidak akan melibatkan anak kecil dan orang yang tidak bersalah saat perang.

Benar, itu adalah Eren yang dulu.

"Eren mencegah Zeke yang mencoba mesterilkan kita dengan rencana euthanasia, dia mencegah mengorbankan Historia untuk menjaga kekuatan founder. Dengan kata lain, dia mengorbankan orang-orang diluar dinding untuk mengorbankan kita."

Mikasa, Armin, dan Connie bungkam, tidak mampu membalas ucapan Jean. Perkataan muka kuda itu logis, tidak bisa dibantah sebab memang begitulah faktanya.

Hanya saja, sampai saat ini saya masih bingung apa tujuan Historia hamil.

Jean terdiam sebentar, atensinya berpusat pada Falco yang mulutnya sengaja ditutupi dengan kain.

"Orang yang akan diuntungkan dari pembantaian masal ini... adalah kita."

Ingatan masa lalu datang, saat dimana mereka bersama-sama membangun jalan kereta. Gelak tawa masih mengudara, bersama Sasha yang dulu masih ada. Dibawah naungan senja mereka semua saling mengutarakan pendapat masing-masing. Tentang Connie dan Jean yang berdebat mewarisi titan Eren hingga kebodohan Sasha dan Connie.

"Karena kalian penting bagiku... lebih dari siapapun...."

Serta wajah Eren dan Mikasa yang memerah untuk pertama kalinya.

Para titan mulai bergerak memakan pasukan pengintai lainnya, sontak saja membuat mereka semua terkejut. Armin menyangka bahwa Eren bisa mengendalikan para titan dengan foundernya agar mereka tidak memakan sekutu, namun ternyata tidak.

"Apa yang akan kau lakukan pada anak itu,  Jean?"

Kini Falco telah berubah menjadi salah satu dari sembilan titan. Tentu saja Jean tidak akan membiarkan anak ini jatuh ke tangan yang salah. Jean akan memberikan anak ini pada orang yang tengah menjadi titan, dengan begitu mereka bisa selamat.

"Berikan dia pada ibuku dari Desa Ragako."

Pernyataan yang bagus, tapi hal itu tidak akan disetujui dengan mudah oleh Armin. Pemuda pirang itu mulai membuka mulut, berniat mengutarakan pendapatnya.

"Zeke bilang, anak itu adalah prajurit baru... orang yang seperti adik bagi kelompok prajurit Reiner. Kalau kita membunuh orang yang dekat dengan mereka, nanti akan ada konflik baru antara Reiner dan Cart titan."

Armin terus berusaha membuat Connie mengerti bahwa pilihan itu bukanlah pilihan yang bijak. Kelompok mereka dan Kelompok Reiner sudah terlalu sering membunuh satu sama lain. Armin tidak ingin ada masalah baru saat dunia tengah kacau seperti ini.

"Jadi, ibuku bukan masalah?"

"Bukan begi—"

"Apa kau tau apa yang kufikirkan saat kembali ke desaku?!"

Belum juga Armin menyelesaikan perkataannya, Connie sudah berteriak murka. Jemari tangannya menarik kerah baju Armin erat sembari berteriak persis didepan wajah sang rekan.

"Karena kau memakan Berthold, kau bangkit kembali 'kan?! Jadi, jangan hentikan ibuku untuk kembali—"

"Jangan lakukan itu."

Suara familiar mengalun, membuat nafas Connie tercekat. Sosok gadis berhelaian surai [hair colour] terlihat duduk diatas atap. Satu tangannya menekuk, menjadi tumpuan tangan yang tengah memegang pedang.

"Apa maksudmu?! Kau juga menganggap ibuku yang menjadi titan bukanlah masalah?!"

Netra [eye colour] nya menatap lurus kedepan, mengamati para pasukan yang berada didalam mulut titan. Connie makin murka saat sang gadis hanya terdiam, mengabaikan dirinya yang tengah ditelah amarah.

Dia hanyalah orang asing. Orang asing yang tidak pernah mengerti kehidupan pahit yang mereka alami.
Bagi Connie, [Surname] hanyalah orang asing yang dengan seenaknya masuk ke dalam lingkaran kehidupan mereka.

"Kau tidak tahu apapun, [Surname]! Saat itu terjadi kau bahkan tidak ada disana—"

"Aku tau segalanya."

Connie tidak mampu melanjutkan kalimatnya saat melihat netra milik sang gadis bergulir kesamping, meliriknya dengan tatapan tajam. Darah yang mengalir dari mata sebelah kanannya memberikan efek visual yang menakjubkan. Begitu pula dengan angin pertempuran menerbangkan helaian surai indah miliknya, disertai debu-debu disekitarnya.

Ketika jemari lentik [Name] bergerak menyisir poninya kebelakang, mereka bisa melihat darah mengalir dari luka didahinya.

"Aku tidak akan mengulang perkataanku ini lagi, Connie."










































































"Jangan pernah lakukan itu dan percayalah padaku

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Jangan pernah lakukan itu dan percayalah padaku."







































[A/N]

Funfact ; saya sempat lupa sama book ini, EHE.

ISEKAI | AOT X ReadersOnde histórias criam vida. Descubra agora