03

5.8K 1.4K 209
                                    

[Name] mengulas senyum. Senyum penuh nestapa lebih tepatnya.

"Hei, bisakah kalian lebih ramah pada seorang fans berat Attack on titan?"

Sebuah moncong senapan laras panjang menempel di dahi [Name]. Seketika [Name] mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Ia harus patuh daripada mati dengan kepala berlubang.

Bisa-bisa cerita ini langsung tamat.

Mana baru part tiga pula.

"Diam! Dan tetap angkat tanganmu!"

Baru saja [Name] duduk manis, berdebat dengan para tokoh utama.  Mikasa, Jean, Armin, dan Connie perihal Eren dan kematian Sasha. Dia langsung di grebek oleh sepleton pasukan militer macam habis melakukan perbuatan zina.

Iris [Name] menatap sang ratu yang tengah duduk. Kalau di fikir-fikir [Name] ini hebat juga. Tiap kali datang ia langsung di lempar ke hadapan Historia.

Kalau orang lain mah langsung di jebloskan di penjara.

Hah, tuhan. Gini amat masuk isekai. [Name] membatin.

"Yo, Historia. Bagaimana kabarmu?"

SKSD untuk menghindari hukum penggal ya? Pintar juga kau [Name].

Iris mata [Name] mengedar, menatap satu persatu orang-orang yang berada di sekelilingnya.

Oh, wow.

Seperti sebelumnya, pasukan pengintai dan pasukan militer datang untuk mengintrogasinya.

Tapi kemana om cebol kesayangan kita? Hange juga tidak ada.

"Wah, kalian sangat antusias menyambutku, ya."

Historia diam. Tatapannya menatap lurus sepasang netra [eyes colour] yang nampak begitu jernih kala terpantulkan cahaya.

Historia merasa bahwa gadis didepannya itu aneh. [Name] tetap santai dan tetap bersikap kurang ajar walaupun ia ditodong oleh senjata senapan laras panjang.

Seorang komandan militer berkepala botak melangkahkan kaki mendekati [Name].

Siapa namanya?

Ah, ya! Komandan Pixis! [Name] nyaris saja lupa.

"Bagaimana kau tau—"

"Kau tolol, ya?"

Tanpa etika [Name] memotong perkataan sang komandan. Nada bicaranya terkesan datar dan syarat akan rasa kesal.

Lagipula siapa yang tidak kesal setelah mendengar pertanyaan berulang?

Beberapa orang terlihat mengernyitkan alis. Murka dengan sikap kurang ajar sang gadis. Pixis sendiri terkejut dengan mulut frontal [Name] yang tidak kenal waktu dan tempat.

"Kau mau bertanya kenapa aku bisa tahu bahwa tahanan marley itu kabur? Begitu, kan? Kau pasti mulai menganggapku mata-mata 'kan?"

Pixis diam. Orang-orang mulai saling berbisik. Historia sendiri masih tetap bungkam dan memilih melihat situasi sebelum menyimpulkan.

"Ayolah, sudah ku katakan saat itu, bukan? Kalian semua memiliki daya ingat yang rendah atau bagaimana?"

Tolong tenang, [Name], tenang. Kau ada didepan orang-orang penting. Setidaknya untuk saat ini bersikap selayaknya gadis yang baik.

"Atau kalian terlalu dimabukan oleh wine mahal itu?"

Oh? Tidak perlu tenang, [Name]. Lanjutkan saja kekasaranmu. Saya suka.

Walau wine itu sudah menjadi rahasia umum, sangat janggal jika orang asing macam [Name] bisa mengetahuinya.

Secara [Name] itu dikatakan bukan warga Paradis atau Marley. Dan juga bagaimana bisa ia muncul dan hilang secara random pun masih menjadi misteri.

"Jaga bicaramu."

Tidak bisa. [Name] gatal ingin memaki seluruh orang yang ada di ruangan.

"[Surname]-san."

Suara Historia mengalun lembut, membuat [Name] menaruh atensinya pada sang ratu.

"Jika sebelumnya kau tau tahanan Marley akan kabur. Itu artinya sekarang kau tau dimana mereka, bukan?"

[Name] mengangguk. Beberapa pasukan militer tersenyum senang. Akhirnya tahanan marley sialan itu bisa mereka jebloskan ke penjara setelah membunuh salah satu penjaga.

"Kalau begitu tolong katakan dimana posisi mereka. Dan katakan siapa yang akan mati nanti, [Surname]-san."

Iris biru dan [eye colour] beradu. Ah, [Name] merasa bersalah karna ia ingin sedikit mempermainkan Historia dan para pasukan militer.

"Tidak. Aku tidak mau."

Iris mata [Name] menajam kala melirik pasukan militer yang makin mendekatakan moncong senjata pada kepala sang gadis. Mereka tersentak, refleks menjauhkan senapan dari [Name].

"Kalian akan tahu sendiri nantinya."

[Name] tidak ingin mengubah cerita. Jika mereka tau siapa yang akan mati, mereka pasti akan langsung menjaga ketat orang itu. Dan akibatnya jalan cerita AOT akan melenceng dari yang seharusnya.

Sementara itu jika [Name] mengatakan dimana posisi Gabi dan Falco sekarang, nantinya mereka akan ditangkap lebih cepat dari seharusnya.

Dampaknya Gabi tidak bisa mendapatkan karakter development karna berada di keluarga Blouse.

Mereka berdua adalah karakter penting, terutama Falco.

[Name] tidak ingin menodai masterpiece Hajime Isayama, tahu. Karna beliau adalah author favorite [Name].

Walaupun psikopat.

Kaki jenjang sang gadis melangkah mendekati jendela. Pasukan militer yang berniat menembak [Name] langsung dihentikan oleh Historia. Mereka diam, menyaksikan [Name] yang tengah membuka tirai.

Senyum miring terpatri di bibir tipis [Name].

Bagai deja-vu, sosok [Name] yang membelakangi cahaya terlihat begitu penuh misteri. Sepasang netra [eyes colour] menatap tajam sekeliling.

Sekilas [Name] menatap perut Historia yang membesar.

Dari depan gerbang terlihat para orang-orang yang tengah berbicara pada sang komandan pasukan pengintai, Hange.

[Name] yakin, beberapa jarak dari ruangan ini ada para pasukan pengintai yang tengah mengintrogasi para anggota baru.

Anggota pasukan pengintai yang membocorkan informasi terkait di kurungnya Eren Yeager.

"Kalian semua tidak perlu menunggu lama."

Senyum yang misterius. Sepasang mata jernih yang seakan tahu segalanya.

Ah, ini dia. Sang pelintas dimensi telah kembali.








































"Karna apa yang aku katakan akan terjadi sebentar lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Karna apa yang aku katakan akan terjadi sebentar lagi."

ISEKAI | AOT X ReadersWhere stories live. Discover now