Epilog

5 1 0
                                    

Malam itu seorang pria berjalan ke arah hutan sembari mengingat kembali saat-saat dimana ia dan sahabatnya berlatih ilmu bela diri bersama.

Tak terasa sudah seminggu kau pergi, aku memang tidak rela. Namun tak apa, yang terpenting kau tenang di sana.

Batin Nemo terus berjalan hingga ia berada di tempat dimana sahabatnya tersebut meninggal.

Nemo diam mematung, tatapannya terpaku ketika pandangannya tertuju pada ikat kepala Paijo.

"Andai saat itu aku bisa menyelamatkan mu mungkin sekarang kita masih bersama."

Tiba-tiba terdengar suara wanita yang tak asing baginya dari arah belakang.

"Mas, sedang apa kau disini?"

Nemo menoleh ke arah suara tersebut. Ya, wanita itu adalah Dhanawati, istrinya.

"Kirain siapa. Aku cuman mencari udara segar." Nemo tengadah menghela nafas panjang.

Dhanawati mengangguk sembari tersenyum manis.

"Mas, apa kamu merindukannya?" Tanya Dhanawati.

"Ya, tentu saja." Nemo berujar dengan dada yang terasa sesak ketika Dhanawati menanyakan hal tersebut.

"Aku..., juga merindukannya," Jawab Dhanawati menunduk.

Nemo berbalik badan, ia melangkahkan kakinya hingga tepat berada dihadapan istrinya yang menunduk.

"Sudah seminggu lamanya kita berpisah dengannya. Tapi entah kenapa, luka ini tak kunjung mengering." Sambung Dhanawati dengan suara yang bergetar.

Tak tega melihat istrinya menangis, Nemo mendekapnya. Dhanawati membalas dekapannya dengan membenamkan wajahnya.

"Semakin kita rindu kepadanya, semakin berat langkahnya menuju Khayangan. Maafkan aku, yang sudah menuruti kemauannya." Ujar Nemo seraya membelai rambut Dhanawati.

"Itu bukan salahmu, Mas. Itu salahnya yang sudah berhianat." Ujar Dhanawati yang lega, karena telah meneteskan air matanya.

Nemo tersenyum, kemudian menggandengnya pulang.


"Ajining Diri Seko Lathi, Ajining Roso Seko Prasetyo"
.
.
"Cerminan Diri Dari Lidah, Cerminan Rasa Dari Kesetiaan"

Solah [END]Where stories live. Discover now