Chapter 03: Lemah Ala

19 7 6
                                    

Paijo berjalan menghampiri Nemo, merangkul Nemo layaknya seorang adik dan kakak.

"Gimana lukamu yang waktu itu? Hmm?" Paijo menepuk-nepuk bahu Nemo yang menggendong tas berisi perbekalannya.

"Ya, kayak gini." Nemo membalasnya dengan senyumnya yang ramah.

Mereka berjalan sembari bersenda gurau. Ditemani embun pagi dan pohon kelapa yang meneteskan embun pagi, padi-padi di sawah yang hijau bergoyang tertiup angin.

Menyapa petani yang berjalan menuju ke sawah dengan caping yang mereka gunakan. Mengangguk dan tersenyum, seraya berkata "Monggo, Bu, Pak".

Udara segar yang dihirup sangatlah menyejukan pikiran. Saat menarik nafas, maka akan terasa sejuk dan menghilangkan beban di pikiran.

*****

Suara gemericik air terdengar jelas di telinga, sungai yang jernih terlihat sejuk bila dipandang. Terlihat siluet Ki Dharman yang terbentuk oleh terbitnya matahari, sedang berdiri bersedekap di pinggir sungai.

"Sial, harusnya kita lebih pagi dari Romo." Belum apa-apa, Paijo ngedumel karena kalah pagi dengan Romonya.

"Harusnya kita lewat rute kebun kelapa 'kan?"

"Ya, tapi pemandangan sawah di pagi hari terlihat bagus."

Nemo dan Paijo menghampiri Ki Dharman yang menatap serius aliran sungai. Serius banget sih liat airnya, kaya natap masa depan, batin Nemo dan Paijo.

"Masa depan siapa yang di tatap, mo?" Tanya Ki Dharman yang bersedekap membelakangi Nemo dan Paijo.

"Lho?" Ujar mereka nyaris bersamaan, ternyata Ki Dharman bisa mendengar suara hati orang lain?

"Ah, nganu, nggak kok. Gak ada apa-apa." Sahut Nemo.

"Apa persiapan kamu buat hari ini?, mungkin akan jadi hari yang berat karena ini pertama kalinya kamu ke Alas Sengkolo."

"Sarapan? Itu termasuk persiapan 'kan?" Nemo sedikit bercanda agar tak begitu tegang.

"Bercandalah sepuasmu disini, sebelum ketakutan di Alas Sengkolo, iya 'kan, Paijo?"

"Eh, Romo?! Jangan gitu dong." Sahut Paijo yang sedang duduk manis di pinggir sungai.

Nemo menatap Paijo yang terlihat malu setelah kalimat yang dilontarkan Ki Dharman tadi. Apa Paijo pernah gagal di misi ini? Apa ini adalah misi? Entahlah, Nemo hanya menuruti perintah Ki Dharman.

"Yaudah, nih, bawa buat bekal kamu di Alas Sengkolo." Ki Dharman memberikan kendi kecil kepada Nemo yang diambilnya dari tumpukan kemenyan di dalam toko kemarin.

"Isinya apa?" Tanya Nemo sambil mengguncang-guncangkan kendi itu.

"Gak ada isinya" Sahut Ki Dharman dengan santainya.

"Lho? Lha terus?"

"Nanti juga kamu tau fungsinya apa. Dah sana berangkat, kalo bisa, besok pagi sudah sampai di lokasi yang dituju." Ujar Ki Dharman yang tumben-tumbenan baik hati dan murah senyum.

"Paijo,"

Paijo menoleh ke arah Ki Dharman dengan pandangan kesal gara-gara ucapannya yang tadi.

Solah [END]Where stories live. Discover now