Chapter 09: Semedi

12 4 0
                                    

Ki Dharman beranjak dari duduknya, kemudian berjalan masuk ke dalam padepokan. Ki Dharman hendak membereskan bekas semedinya.

Nemo menatap Paijo dengan tercengang. Demikian pula Paijo yang membalas tatapan Nemo dengan tamparan yang perlahan.

"Sakit gak?" Tanya Paijo.

"Sakit, Jo." Sahut Nemo.

"Jiahahay..., kita gak mimpi." Paijo kegirangan.

"Padahal baru aja kita ngomingin persemedian." Sahut Nemo yang ikut senang.

"HOE!! JANGAN BERISIK UDAH MALEM! INI WAKTUNYA ORANG ISTIRAHAT!!" teriak Ki Dharman dari dalam pendopo yang sedang membereskan peralatannya.

Nemo dan Paijo berdesis. Sstt...

"Udah mending sekarang kita pulang aja, besok baru teriak-teriak sepuasnya." Ujar Paijo yang saking senangnya.

"Yaudah, aku pulang." Sahut Nemo.

"Yah, yah, kok gitu sih?" Ujar Paijo.

"Lha terus suruh ngapain?"

Paijo hanya diam menatap Nemo.

"Aku pulang ya?"

"Yaudah"

"Kamu kok gak jelas gitu sih, kamu kalo seneng emang saliwang ya?" Tanya Nemo.

*saliwang: hilang ingatan, agak menuju ke "gangguan mental/jiwa"

"Iya-iya, enggak." Jawab Paijo.

Tertukar, kini Nemo yang menatap Paijo.

"Apa?" Tanya Paijo.

Nemo menggelengkan kepalanya.

"Yaudah, sana pulang." Ujar Paijo.

"Arghh, makin malem makin gak jelas, udah ah, aku pulang. Ngantuk." Sahut Nemo.

"Yaudah pulang, aku juga mau pulang kok." Sahut Paijo.

Mereka berdua pulang ke rumahnya masing-masing.

*****

Kukuruyukk...

Ayam berkokok di atas atap rumah Nemo pada pagi hari yang tak begitu cerah. Nemo bangun dan menyeduh segelas teh manis hangat kegemarannya, ditambah singkong rebus yang ditanamnya di belakang rumah.

Paijo datang dengan semangat menghampiri Nemo yang sedang sarapan kemudian duduk di sebelahnya.

"Mo, ayo berangkat." Ujar Paijo yang tumben-tumbenan berpakaian rapi.

Udheng yang terikat rapi di kepalanya, baju lurik yang terkancing, terlihat tampan bila penampilannya seperti itu.

"Sarapan lebih penting kan? Nih sarapan dulu, sengaja aku masak lebih biar kita gak kelabakan kalo ada ujian." Ujar Nemo menyuguhkan singkong rebusnya.

"Aku udah sarapan, Mo." Sahut Paijo.

"Yaudah, kalo gitu aku bangun pondasi dulu biar kokoh berdiri." Balas Nemo di sela kunyahannya.

"Lho, lho... Emang gak kelamaan kalo bangun pondasi? Kita mau semedi, bukan nguli." Sahut Paijo agak sewot.

"Gak gitu konsepnya, Tuan Muda...," Balas Nemo sebelum meneguk teh hangatnya.

"Dah, yok, berangkat." Ujar Nemo sesudah menelan tegukannya.

"Kuy" Balas Paijo yang bersemangat.

Kira-kira kenapa ya? Aku masih kepikiran kok sifat Paijo berubah. Biasanya dia gak pernah ngomong kasar, kok sekarang dia lebih sering ngomong kasar ya?

Solah [END]Where stories live. Discover now