Chapter 05: Ditya Kala Gendir Penjalin

11 2 0
                                    

Nemo menaikan dagunya kemudian menatap mata Yaksha Cakil yang sedang bersedekap membesungkan dadanya.

"Lantas, apa tujuanmu keluar dari gerbang Yaksha dan menuju ke hutan ini?" Tanya Nemo.

"Tujuanku mencari keberadaan Ki Dharman Nogowesi!" Teriaknya didepan wajah Nemo.

Apa tadi? Ki Dharman Nogowesi? M-maksudnya Romo? Tapi buat apa?

Batin Nemo. Ia kembali bertanya kepada Yaksha bernama Ditya Kala Gendir Penjalin itu.

"Tapi, buat apa kalian incar Ki Dharman?" Tanya Nemo lebih dalam lagi.

"Kamu gak perlu tahu bocah baj*ng*n!! Sekarang kembalikan energi Yaksha-ku!!..." Teriaknya mencoba merebut kendi yang dipegang Nemo.

"Maksudmu ini?" Tanya Nemo mengacungkan kendi tersebut.

"Ambil terus buka sendiri, tumenggung Yaksha jangan manja!!" Teriak Nemo berlari mundur dan melemparkannya ke arah Yaksha tersebut.

*****

Setelah berlari lumayan jauh dari Tumenggung Yaksha itu, ia bersandar pada pohon yang rimbun. Menyeka peluh yang bercucuran dari dahinya. Nemo membuka baju luriknya, kini hanyalah kaos lengan pendek yang ia kenakan.

Sial, aku harus ikuti Yaksha Cakil atau pulang memberitahukan hal ini kepada Romo?

Batinnya sambil mengatur nafas.

Ah, Yudis?! Apakah Yudis di mangsa, atau dia di sandera?

Batinnya kembali memikirkan nasib teman barunya. Nafasnya masih tidak teratur karena berlari tergopoh-gopoh menghindari amukan komandan perang dari kaum Yaksha.

"Sebaiknya aku ikuti Cakil. Siapa tau nanti ada informasi lebih lanjut." Gumam Nemo yang langsung berdiri, mengikatkan baju luriknya di pinggang, kemudian berjalan cepat menghampiri Yaksha yang bernama Ditya Kala Gendir Penjalin.

*****

Sesampainya ditempat Yudis di sandera, Nemo mengendap-endap dibalik semak-semak yang cukup lebat. Mengamati pergerakan Yaksha-yaksha itu dan mendengarkan pembicaraannya.

Percakapan mereka mulai terdengar. Terlihat oleh bola mata Nemo yang terbuka lebar, Yudis yang didudukkan dihadapan Yaksha Cakil, si Tumenggung Yaksha itu terlihat merintih kesakitan.

Kedua tangannya dibelenggu oleh dua Yaksha yang berbadan besar. Kembali dengan sifat angkuhnya, Cakil menginjak pundak Yudis dengan tangan bertolak pinggang.

"Apa informasi yang kamu dapat selama kamu menjadi telik sandi, payah?!!" ujar Cakil, berbicara didepan wajah Yudis yang terlihat lemah.

"A-aku bertemu seorang pemuda bernama Nemo-" Perkataannya dipotong seenak jidat oleh Cakil.

"Nemo, hah?! Tadi aku hampir saja kehilangan status tumenggungku karena bocah sialan itu!! Apa yang kau dapat dari dia?!!" Cakil kembali bertanya kepada Yudis.

"Dia berasal dari desa Selo Jembar." Yudis mengatakannya dengan ringkih, terlihat ketakutan akan kaum Yaksha itu.

"Selo Jembar, hah?! Lalu apa lagi selain itu?!" Cakil kembali menekan kakinya ke pundak Yudis.

"Dia, dia mengenalnya." Saut Yudis.

"Telik sandi tak berguna!!!...." Cakil menusuk jantung Yudis layaknya menusuk pelepah pisang.

Solah [END]Where stories live. Discover now