Chapter 15: Tumenggung Gugur

7 1 0
                                    

Di dalam pendopo padepokan, Ki Dharman beserta rekan-rekannya sedang kebingungan memikirkan Nemo dan Paijo yang menghilang entah kemana. Mereka memikirkan cara bagaimana cara mengetahui posisi Paijo dan Nemo saat ini.

"Adhimas, bagaimana jika diterawang melalui tanah? Aku pikir mereka berdua memijak tanah, tidak mungkin untuk terbang bukan?" Tanya Ki Jaka sambil mengelus punggung Ki Dharman yang khawatir akan keberadaan kedua putra angkatnya.

"Dan mungkin ada suatu getaran atau gelombang dari pusaka yang mereka kenakan, karena itu masih terhubung dengan cincin bermata biru yang anda kenakan." Sambung Reyyan.

Ki Dharman terdiam sejenak, coba untuk memahami apa yang mereka katakan.

"Iya, aku paham," Gumam Ki Dharman.

Semua pandangan tertuju padanya. Ki Dharman menyuruh Ki Jaka, Reyyan, dan Dhanawati untuk mengambil beberapa perlengkapan yang dibutuhkannya.

Setelah semua siap, Ki Dharman melakukan mediumisasi kepada hawa yang ada disekitarnya. Mengandalkan ketukan bendhe yang dipukul dengan ritme beraturan.

Tung... Tung... Tung....

Bendhe mulai dipukul, Ki Dharman memejamkan mata sembari meraba tanah yang terhubung dengan Nemo dan Paijo.

Setelah sekian lama Ki Dharman berkonsentrasi, akhirnya ia melihat suatu bayang-bayang cepat yang melintas dimatanya.

"Tunggu." Ujar Ki Dharman.

"Adhimas?" Sahut Ki Jaka.

"Tolong, tolong percepat ketukannya." Ujar Ki Dharman yang memegangi matanya yang terpejam.

Ketuka bendhe yang dipukul oleh Dhanawati semakin cepat ritmenya, sesuai dengan pinta ayahnya.

Tiba-tiba, Ki Dharman tersentak bangun dari mediumisasinya. Seolah ada yang menabraknya.

"Adhimas? Apa yang kamu lihat?" Tanya Ki Jaka menggali informasi lebih.

"Nemo, kalung yang ku wariskan kepadanya." Sahut Ki Dharman dengan nafas terengah-engah.

"Tenang, atur dulu nafasnya." Ujar Reyyan.

Dhanawati menyodorkan segelas air putih kepada Ki Dharman. Ki Dharman menerima air itu kemudian diteguknya hingga habis.

"Aku lihat Nemo, kalung rajah yang sudah kuwariskan kepadanya beserta ajiannya." Ujar Ki Dharman setelah lebih tenang.

"Lalu?" Tanya Ki Jaka.

"Wajah Yaksha, tubuh Nemo yang terlihat kelelahan, keris yang terbang. Hanya itu." Sahut Ki Dharman.

"Apa ada latar tempat yang Romo lihat?" Tanya Dhanawati.

"Sungai." Jawaban seadanya yang singkat, padat dan jelas.

"Apa Ki Dharman melihat Paijo? Atau kata kunci yang didapat soal Paijo?" Tanya Reyyan.

Ki Dharman menggeleng sembari mengusap-usap matanya yang terasa panas. Hal biasa setelah mediumisasi.

"Sekarang kita harus menggabungkan gambar-gambar singkat yang didapat oleh Romo." Ujar Dhanawati.

Suasana hening sejenak setelah Dhanawati berkata seperti itu. Semua terlihat serius berfikir.

"Tunggu, aku bisa ambil sebagian kesimpulan," Ujar Ki Jaka.

Semua pandangan terarah kepada Ki Jaka.

"Nemo dan Wajah Yaksha kan? Aku pikir Nemo menggunakan ajian dari kalung yang kau berikan," Sambung Ki Jaka.

Semua masih terdiam setelah mendengar perkataan Ki Jaka.

"Mungkin." Sambungnya kembali.

"Sebentar," Ujar Ki Dharman.

Solah [END]Where stories live. Discover now