Chapter 14: Penghianatan II

8 1 0
                                    

Yaksha yang berdiri menerima lontaran tubuh Nemo yang terpental, langsung membantingnya ketanah. Adegan Smackdown antara Yaksha dan manusia terjadi setelahnya.

Dipukulinya wajah Nemo, ia berusaha menahan pukulannya dengan tulang kering tangannya.

Tenaga Paijo memang bukan tenaga manusia biasa, dia memang sudah dimasuki energi Yaksha melalui cakaran dan cabikan di punggungnya. Selain itu, akhir-akhir ini Paijo selalu berkata kasar.

Batin Nemo seraya mendorong tubuh Yaksha yang besarnya dua kali lipat dari tubuhnya.

Nemo membalikkan arahnya, kini Nemo yang berada diatas tubuh Yaksha itu. Nemo mengembalikan pukulan yang diberikannya kepada Nemo. Setelah itu Nemo lari menjauh dari kerumunan para Yaksha.

Nemo terhenti disuatu tempat, dimana terdapat pohon jati yang berusia 30 tahun. Ia bersandar dibawahnya, seketika nemo teringat akan fungsi kalung rajah yang diberikan kepadanya sebagai jimat.

Kalung ini.... Ah benar juga.

Batinnya seraya memegangi liontin kalung yang dikenakannya. Nemo beranjak dari duduknya, ia menengadah memandangi pohon jati yang ada dihadapannya.

*****

Ki Dharman dan Ki Jaka sampai di Alun-alun. Alih-alih menemukan kedua putra angkatnya, Ki Dharman hanya menemukan mayat dan darah.

"Apa? Dimana Nemo dan Paijo." Tanya Ki Jaka.

"Ki Dharman menyuruhnya kesini kan?" Sambung Reyyan.

"Seharusnya mereka ada disini." Sahut Ki Dharman sama-sama bingung.

Mereka bertiga melihat seseorang berdiri diantara ratusan mayat yang tergeletak dengan memikul barongan. Terbesit di pikiran Ki Dharman dan rekan-rekannya itu untuk menghampirinya.

"Maaf, Nisanak." Ujar Ki Jaka menepuk bahu orang tersebut.

"Ah, iya?" Orang itu menoleh.

"Dhanawati!" Teriak Ki Dharman dengan nada agak tinggi setelah mengetahui bahwa orang itu adalah putrinya.

Ki Dharman berjalan menghampiri Dhanawati.

Waduhh... Gawat ni... Gawat gawat... Aku ketahuan..

Batin Dhanawati panik.

Ki Dharman menjewer lembut telinganya.

"Sudah kubilang kau diam saja dirumah." Ujar Ki Dharman agak pelan.

"Wah, wah, sejak kapan kalian menikah?" Tanya Ki Jaka menyela pembicaraan Ki Dharman dan Dhanawati.

"Hee?? Menikah? Bukan, bukan begitu..." Sahut Dhanawati.

"Wah parah sih, kok gak ngundang kita? Kita juga kan butuh makan, iya gak romo?" Ujar Reyyan.

"Iya nih, tega banget, ya?" Sambung Ki Jaka seraya toss dengan Reyyan.

"Dia putriku." Terang Ki Dharman.

"Hah?!" Ki Jaka dan Reyyan kaget hingga tercengan.

"Pu-putrimu?" Tanya Ki Jaka.

"Heh, udah dong, ributnya nanti aja. Kita lagi panik nih!! Kita harus cari warga yang masih bisa diselamatkan, selain itu Mas Nemi dan Mas Paijo kan harus ditemukan sebelum terlambat!!" Ujar Dhanawati.

Solah [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora