Chapter 11: Dhanawati?

7 3 0
                                    

"Jadi kamu benar-benar menerimanya ya? Mwehehe..." Yaksha tersebut tak menyangkanya.

"Iya, lantas apa yang harus aku lakukan?" Sahut Paijo belum menoleh kebelakang.

"Pertama, jangan pernah lihat ke belakang."

"Baik, lalu?"

"Beritahu aku, tempat tinggal Ki Dharman."

Paijo memberi tahu tempat tinggal Ki Dharman tanpa berfikir panjang dengan lengkap dan jelas.

"Sudah?" Tanya Paijo.

"Belum, syarat satunya, kamu bawa Nemo kehadapanku, karena dia yang diwarisi kekuatan Alpha."

Hah? Ke-kekuatan Alpha Yakhsa? Nemo sialan!!

Batin Paijo.

"Bagaimana caranya?" Paijo bingung.

"Begini...."

*****

Nemo yang sedang bersemedi sangat tenang menikmati suara riuh angin yang bertiup. Suara gemericik air embun pagi membuat keadaan Nemo sangat rileks.

Ditengah ketenangannya, tiba-tiba Nemo merasakan rasa sakit layaknya cakaran Yaksha yang langsung menembus tulang dipunggungnya. Ia spontan teriak karena rasa sakitnya tidak karuan.

Tch... Apa ini?? S-sakit sekali

Batin Nemo yang tetap menjalankan semedi tanpa bicara, membuka mata, dan beranjak dari tempat duduk.

Rasanya seperti cakaran panglima Yaksha

Batinnya kembali.

*****

Dibalik tampangnya yang berkarisma dan kesaktian yang tiada tanding, Ki Dharman tetaplah manusia biasa. Ki Dharman mengepel teras rumahnya yang tak terlalu besar, bisa dibilang sederhana seraya bersiul ria.

"Kalau rumah bersih, nyaman ditempati, Mbah Jum juga jenak tinggal disini." Guman Ki Dharman, seketika menjadi "Bapak rumah tangga".

Tiba-tiba kuda coklat tua dengan surai pebat yang ditunggangi oleh seorang gadis memasuki pekarangan rumah Ki Dharman. Ki Dharman spontan menoleh kearahnya.

Kuda tersebut berhenti tepat didepan Ki Dharman. Ki Dharman menyimpan alat pel yang dipegangnya, gadis itu menghampiri menghampiri.

"Maaf, kisanak. Apa kisanak mengenali orang bernama Ki Dharman?" Tanya gadis itu.

Aura Ki Dharman berubah dingin. Ia membalas tatapan dingin gadis tersebut dengan tatapan yang lebih dingin.

"Dengan saya sendiri." Sahut Ki Dharman dengan dingin.

Gadis itu tersentak kaget mendengar perkataan Ki Dharman yang diucapkannya dengan tegas dan mantap. Gadis itu langsung bersempok didepan Ki Dharman.

"Kanjeng Romo." Gadis itu menangis.

Apa? Kanjeng Romo? Kamu....

Batin Ki Dharman

Ki Dharman menjadi orang yang hangat, aura kebapakannya terpancar dihadapan gadis itu. Ia memberdirikan gadis tersebut.

"Kanjeng Romo? Sebenarnya siapa kamu, Nisanak?" Tanya Ki Dharman.

"Kanjeng Romo sudah tidak mengungatku?" Tanya gadis itu sembari mengusap air matanya.

Saat menatap mata gadis berbaju lurik itu, seketika Ki Dharman mengingat anaknya yang pernah dihanyutkannya di sungai Progo.

Ah? Dhanawati?!

Solah [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora