part 6 (partner day2)

69 7 2
                                    


hari kedua Eby menjadi partner lukis Calvin memang tidak ada yang spesial. tetap sama seperti kemarin. tapi kini Calvin menyuruh Eby untuk melukis karya Eby sendiri sedangkan Calvin yang akan menilai hasil lukisannya nanti.

"bagusnya lukis apa kak?" tanya Eby pada calvin.

"nggak tau" jawab Calvin seperti biasa. Cowok itu malah sibuk mengotak-atik ponselnya.

Eby mendengus kesal karena tidak puas dengan jawaban calvin. sebenarnya salah Eby juga bertanya pada kulkas. kini Eby memperhatikan Calvin sambil berfikir apa yang akan menghiasi kertas kosong ini dengan warna-warna yang indah. sampai ide cemerlang terlintas di otak gadis itu.

Eby mencolekan kuasnya ke cat dan mulai melukis dengan lincahnya disana. dengan telaten Eby mewarnai gelap terang agar gambarnya terlihat hidup. dia tidak mau kalah bagus dengan banyaknya lukisan-lukisan Calvin disini. Eby ingin hasil karyanya ini akan dipajang dengan bangga di ruang seni.

"TADAA! SELESAI KAK!" pekik Eby riang saat gambar lukisannya jadi dengan sempurna.

Calvin yang mendengar pekikan itu pun bangkit dan berjalan mendekat ke arah Eby. Wajahnya tampak terkejut sekaligus heran saat melihat apa yang dilukis gadis itu. tanpa sadar kedua sudut bibir Calvin terangkat menghasilkan senyum tipis disana.

"kenapa kak Calvin senyum-senyum?" tanya Eby.

"gak usah g'er!" Calvin memalingkan wajahnya, senyum manis nya pudar dan berganti dengan wajah datar.

"kenapa lo lukis gue? terobsesi, hm?" tanya Calvin sambil menaikkan sebelah alisnya, manik matanya menatap Eby yang masih terduduk manis didepannya.

"dih, kak Calvin tuh yang g'er! Eby lukis kak Calvin ya karena Eby ga punya ide lagi. jadi waktu Eby lihat kak Calvin jadi pengen lukis aja. lagian disini gak ada tuh muka kak Calvin" celetuk Eby panjang lebar.

"tapi lo lukis tanpa seizin gue" 

"emang harus izin?"

"ya harus"

"kayak seleb aja harus izin" cicit Eby pelan saat Calvin mulai berjalan menjauh. kini Eby memperhatikan Calvin yang memakai Hoodie hitam andalannya. Calvin lalu berjalan ke arah sofa dan mengambil tas hitam miliknya.

"kemana kak?" tanya Eby heran. ini baru jam 01.36, kemarin saja mereka selesai latihan pukul 04.00 tepat. tidak lewat dan tidak kurang.

"pulang" sahut Calvin sambil berjalan keluar. Calvin berhenti di ambang pintu, lalu menoleh ke arah Eby yang tidak berkutip sama sekali.

"mau disini terus?" tanya Calvin. Yang ditanya hanya planga-plongo sebelum bangkit dan membereskan barang-barangnya.

Eby berlari kecil menyusul Calvin. kini Eby dan Calvin berjalan sejajar. eh ralat— lebih tepatnya Eby berlari kecil untuk menyamakan langkah kecilnya dengan langkah lebar Calvin.

"kak, tumben pulangnya cepat? kenapa?" tanya Eby.

"ada urusan" ucap Calvin.

"urusan apa?"

"ck, gausah kepo!" ujar Calvin tegas. Eby mengerucutkan bibirnya sebal, lalu mulai berjalan sesuai kemampuannya. menyamakan langkah dengan Calvin akan menguras tenaga Eby dengan Cepat.

Eby menyilangkan tangannya didepan dada "orang Eby cuma nanya, jawab baik-baik apa salahnya" gerutu Eby pelan. merasa kesal karena Calvin sangat tidak ramah tadi.

"gausah dongkol!" suara Calvin membuat Eby bungkam. padahal Eby berbicara sangat pelan. emang pendengaran anak pak Bintara ini tidak bisa diragukan lagi.

Eby bersenandung kecil, seperti biasa gadis itu berjalan sambil memperhatikan lapangan sekolahnya yang luas. masih banyak anak-anak osis yang belum pulang. sebagian dari mereka ada yang menyapu halaman sekolah.

"Amara!!" sorak Eby sambil melambaikan tangannya, ternyata Amara juga ikut andil dalam membersihkan lapangan. Amara tersenyum lalu ikut melambaikan tangannya ke arah Eby.

"semangat nyapu lapangannya!" ledek Eby, tampak dari kejauhan Amara mencibir.

"iya! semangat juga pdkt nya!" ujar Amara. membuat Eby melotot ke arah cewek itu. Amara tampak terkikik sebelum melanjutkan aktivitas menyapunya.

tanpa sadar, Eby menginjak tali sepatunya yang terlepas karena tidak mengikatnya dengan benar. membuat keseimbangan gadis itu tak terkendali.

"akkhh!" pekik Eby, matanya terpejam pasrah. dia yakin kali ini dia akan terjatuh dan mencium lantai.

bruk!

Eby terjatuh mencium lantai, tapi itu tidak terjadi karena seseorang sudah lebih dulu menangkap tubuh mungilnya.

"gausah merem lagi!" suara itu— tanpa ragu Eby membuka kedua matanya. yang pertama kali gadis itu lihat adalah wajah tampan tanpa ekspresi dan mata tajam menusuk dari Calvin. lama Eby terdiam, tapi ketika sadar dengan cepat Eby berdiri sebelum calvin berubah pikiran dan membiarkannya jatuh begitu saja.

"m-makasih kak" ucap Eby, jantungnya sudah berdetak tak karuan. Calvin tak menjawab sama sekali. Cowok itu malah meninggalkan Eby begitu saja.

Eby menatap punggung Calvin yang mulai menjauh, lalu mengedikkan bahunya tak peduli. toh, Calvin memang suka tidak jelas seperti itu, pikir Eby.

Gadis itu lalu mengikat tali sepatunya dengan benar, sebelum hal seperti tadi terjadi.

𝙂𝙡𝙤𝙬 𝙪𝙥 𝙬𝙞𝙩𝙝 𝙘𝙖𝙡𝙫𝙞𝙣Where stories live. Discover now