part 2 (Partner)

94 7 6
                                    


Kriett~

pintu lemari tua itu perlahan terbuka, Eby menarik nafas dalam saat udara segar masuk ke dalam pernapasannya. lehernya tidak bisa berbohong kalau memang di dalam sana panas, buktinya leher Eby berpelu, Eby berbalik menutup pintu lemari pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara.

"ga usah berisik dong, Eby capek tinggal didalam sini" gumam Eby disela-sela kegiatannya.

"ngapain?"

"allahuakbar! upss!" Eby terkejut bukan main, dan dia pikir beberapa orang pasti mendengar pekikan nya tadi. reflek cewek itu menutup mulut dan melotot ke arah Calvin. kalau kepergok sama OSIS sih Eby masih bisa ikhlas lahir batin, kalau ini? ahh dia merasa waktu hidupnya di bumi akan berakhir. ck, berlebihan dikit ga apa-apalah ya haha.

"astagfirullah, kenapa sih ya allah. Eby sial banget hari ini" sesal Eby merasa gadis yang paling malang hari ini.

melihat Eby tidak menjawab pertanyaannya tapi malah sibuk berucap istighfar membuat Calvin merasa jengah sendiri. tanpa peduli dengan Eby lagi Calvin berjalan ke meja guru dan mencari-cari sesuatu di atas sana. yang sudah pasti berkas penting mamanya.

Eby menatap Calvin bingung. ini baru pertama kalinya Calvin memasuki kelas anak IPA. Eby tidak tau penyebabnya,mungkin Calvin Phobia dengan IPA yang terlalu banyak menghitung?

"C-Calvin" Eby memberanikan diri memanggil Calvin walaupun sisa nyalinya tinggal sedikit. Calvin tidak menjawab, melainkan menatap tajam Eby.

"g-ga usah laporin Eby ya, Eby ga ikut upacara gara-gara Eby ga bawa topi" jelas Eby gugup.

"Terserah gue"

Deg.

dua kata yang mampu membuat Eby berkeringat dingin,fakta bahwa Calvin anak pemilik sekolah membuat Calvin jauh lebih berkuasa dibandingkan Pak Nendi. dan siapa Eby yang menyuruh-nyuruhnya?

"Calvin, Pleasee" ucap Eby memelas. tangannya bergerak memohon dan matanya menampilkan Puppy Eyes. Jurus andalan Eby untuk meluluhkan hati seseorang. tapi ini Calvin.

"kita ga kenal, jadi ga usah nyuruh" Tegas Calvin.

walaupun sudah telak dua kali, itu tidak membuat Eby menyerah untuk membujuk Calvin.

Calvin tampak sudah menemukan berkas mamanya dan hendak berlalu pergi.

"sekarang Calvin udah kenal Eby, please. Calvin juga ga upacara"

"ga usah samain gue sama lo!"

pupus sudah harapan Eby. dia pikir Calvin adalah anak yang ramah karena wajahnya yang terlihat seperti soft boy yang baik hati. namun ternyata yang diomong dari orang-oramg 100% benar. Calvin sedingin kulkas.

Eby hanya mencebikkan bibirnya sedih. matanya sudah berkaca-kaca. namun Calvin tetap Calvin. Calvin berlalu pergi tanpa berucap sepatah katapun.

"Huaaa! Eby bakal masuk BK. Amara!!"

°°°

"jadi, Calvin beneran ga maapin lo?" tanya Amara. Eby hanya mengangguk lesu, keluar kepergok tidak keluar mati. batin Eby sebal.

"Tapi ya kalau Calvin laporin lo, mungkin Bu Widia-guru BK. udah kesini. buat panggil lo" jelas Amara. benar juga, ini sudah jam istirahat pertama belum ada suara panggilan untuknya. apa Calvin emang tidak melapor?

ternyata Eby salah memahami karakter Calvin. batin Eby senang.

"Panggilan kepada Ebyna Allyventin segera menemui Pak Nendi di ruang kepala sekolah sekarang!"

𝙂𝙡𝙤𝙬 𝙪𝙥 𝙬𝙞𝙩𝙝 𝙘𝙖𝙡𝙫𝙞𝙣Where stories live. Discover now