PRESENT : Thirty One.

244 63 6
                                    

“Kenapa hanya aku yang dilupakan?”

Hari ini pun pertanyaan Chan masih sama. Namun, tak ada satu pun orang yang mampu menjawabnya. Para dokter bahkan hanya bisa beri dua tepukkan di pundak Chan dan beberapa kata penguat tak mengubah apa-apa.

Chan benar-benar tak mengerti dengan apa yang Yeeun alami saat ini.

Kalau pun ingatan gadis itu berkurang sebab efek dari pengobatan yang selama ini ia jalani, kenapa dari sekian banyak orang yang dikenalinya hanya Chan yang dilupakan?

“Chris …”

Dan kenapa gadis itu masih terus memanggil namanya jika ia benar-benar sudah dilupakan?

“Aku di sini, Yeeun. Aku Chris. Chris-mu.”

Ingin sekali Chan meneriakkan kalimat itu setiap Yeeun memberikan tatapan asing saat Chan mendekati. Ingin sekali Chan meneriakkan kalimat itu agar Yeeun kembali mengingatnya.

Namun, sebesar apa pun Chan menginginkannya, Chan takkan pernah mampu meneriakkannya.

Chan hanya akan diam. Menahan tangis dan rasa sesak di ujung ruangan. Ia tak sanggup lagi mendekati Yeeun. Tak sanggup dengan tatapan asing yang terasa begitu menyakitkan.

Pun Chan tak ingin mengganggu. Baginya sudah cukup hanya dengan melihat Yeeun yang membuka matanya dan berkomunikasi dengan keluarganya.

Meski tidak berkomunikasi dengannya.

×××

Di hari berikutnya, pertanyaan yang sama kembali muncul. Namun, bukan lagi Chan yang mempertanyakannya.

“Tapi kemarin Eonnie masih mengajakku bicara, kok!” adalah Hannah yang mempertanyakannya dengan suara gemetar dan air mata yang menggenang di pelupuk. “Ini pasti ada yang salah, ‘kan, Oppa? Eonnie pasti akan mengingat kita lagi, ‘kan?”

Chan tentu tak dapat menjawab semua pertanyaan yang Hannah ajukan sebab ia sendiri belum mendapatkan jawabannya. Satu-satunya hal yang bisa Chan berikan hanyalah pelukan kala sang adik tak lagi mampu berdiri dan menahan tangisnya.

H-hyung …”

Dan itu juga yang Chan berikan pada Lucas di hari lainnya tatkala Yeeun juga melupakannya. Melupakan satu persatu orang yang selama ini menemaninya. Pun dengan Deokmi Ahjumma yang telah lama mengabdi di sampingnya.

“Chris …”

Di hari keempat, Yeeun tak lagi mengingat siapa pun.

“Chris …”

Di hari kelima, Yeeun tak lagi mengingat apa pun. Hal itu membuatnya tak lagi bisa melakukan apa pun.

Gadis itu tak lagi menyambung ketika diajak bicara. Gadis itu tak lagi menyahut ketika namanya dipanggil. Pun tatapan matanya tak lagi fokus. Pandangannya yang kosong terus tertuju pada langit-langit.

“Chris …”

Satu-satunya hal yang bisa gadis itu lakukan ketika membuka matanya hanyalah memanggil nama Chris, nama Chan, dengan suaranya yang kian lama kian memelan.

“Aku di sini.”

Dan tak ada apa pun lagi yang bisa Chan lalukan selain menggenggam tangan Yeeun dengan erat untuk pastikan gadis itu tetap di sini.

“Lihat aku, hmm? Aku di sini. Chris-mu di sini, Sayang.”

Adalah bohong jika Chan mengatakan bahwa ia tidak takut.

Adalah bohong jika Chan mengatakan bahwa ia tidak kalut.

Saat ini Chan sungguhan takut. Sangat ketakutan. Chan takut panggilan gadisnya akan berhenti. Chan takut gadisnya akan pergi. Chan takut gadisnya akan meninggalkannya seorang diri.

Sebab ia belum siap jika harus kehilangan gadisnya sekarang.

Saat ini Chan sungguhan. Sangat kalut. Terlebih saat matahari tak lagi nampak dan hari telah sepenuhnya gelap, saat Yeeun tiba-tiba saja menjerit, mengerang kesakitan, dan menangis begitu keras.

“Yeeun-ah, kamu baik-baik saja? Ada apa? Apa yang sakit? Park Yeeun, jawab pertanyaanku!”

Gadis itu tentu tak dapat berikan respon atas semua pertanyaan yang Chan ajukan. Bahkan hingga dokter dengan para perawatnya tiba dan Chan diseret keluar, gadis itu masih hanya terus mengerang.

“Yeeun-ah …”

Tubuh Chan meluruh begitu saja di depan pintu kamar yang tertutup. Tangis memilukannya kembali pecah memenuhi lorong rumah sakit malam itu.

“Kumohon … Bertahanlah sekali lagi untukku, Yeeun … Kumohon …”

Cha mengepalkan kedua tangannya sebelum mengubah posisinya menjadi bersujud di depan pintu kamar yang tertutup itu. Di sela-sela tangisnya yang memilukan, Chan terus memohon pada Tuhan agar mau memberikan satu lagi kesempatan untuk Yeeun.

×××

“Enggak! Sekali saya bilang enggak maka selamanya akan enggak!”

“Chris.”

“Enggak, Pa! Yeeun masih bisa bertahan! Yeeun masih akan baik-baik saja! Yeeun masih akan sembuh! Jadi gak ada yang boleh menandatangi surat ini, gak ada yang boleh melepaskan alat-alat itu dari Yeeun, dan gak ada yang boleh mengikhlaskannya!”

Chan dengan segera beranjak dari ruang dokter kemudian bergegas kembali ke kamar Yeeun tanpa mau mendengarkan apa pun lagi. chan tak lagi peduli dengan semua yang dokter itu katakan.

Selama ini Chan menjalani kehidupan dengan baik, Chan tak pernah menyakiti siapa pun, dan seharusnya Tuhan mendengarkan semua permohonannya semalam.

Yeeun masih bisa bertahan. Yeeun masih akan baik-baik saja. Yeeun masih akan sembuh nantinya.

Meski dokter telah menyangkalnya. Meski dokter telah menjelaskan jika kanker yang diderita Yeeun sudah merusak organ-organ inti gadisnya.

Meski dokter telah mengatakan bahwa gadis itu sudah kalah. Harapannya telah tiada. Seberapa keras pun usaha yang dilakukan hanya akan berakhir sia-sia karena gadis itu hanya tinggal menuju ajalnya, Chan tetap tak mau mendengarkannya.

“Yeeun-ah …”

Chan hanya mau percaya jika keajaiban itu ada. Seperti gadisnya yang masih ada.

Pip.

Seperti gadisnya yang masih hidup.

Seperti gadisnya yang masih hidup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy New Year everyone~!

Karena chapter ini lebih dikit dari biasanya chapter depan alias chapter terakhir bakal aku update 3 hari lagi, sooooo nantikan ya^^


oh ya buat temen-temen yang suka sama cerita Stand by Me sejauh ini bisa berikan dukungan mulai dari Rp1,000 di-Trakteer (link di bio) dukungan kalian akan sangat berharga untukku🍀

Anw thank you, love you, and see you 💕

Stand by Me - Stray Kids FanfictionWhere stories live. Discover now