PAST : Twenty Six.

396 109 16
                                    

Recommendation : 'Lego House' by Ed Sheeran or play the multimedia while reading.

×××

Entah untuk yang keberapa kali ombak berdebur, menghantam pasir serta karang-karang di sepanjang pantai sebelum kembali tergulung ke lautan.

Suara deburan tersebut bagai melodi indah yang mengiringi senandungan Chan di bawah naungan langit yang perlahan berubah warna menjadi kemerahan. Hari memang sudah memasuki senja, matahari di depan sana sudah mulai meninggalkan singgasananya, tetapi baik Chan maupun Yeeun masih tampak betah duduk di atas selembar tikar di tempat yang sama seperti sebelum-sebelumnya.

Yeeun memandangi Chan di sampingnya. Kedua tangan pemuda itu tampak sibuk menyatukan satu demi satu potongan lego—yang menurut gambar pada pembukusnya—berbentuk rumah sederhana, sesederhana lagu yang sejak tadi disenandungkannya. Senyum tipis senantiasa menghiasi wajahnya, begitupula dengan lesung pipi yang sesekali menunjukkan eksistensi.

Dari dulu, Chan tidak pernah berubah. Selain tingginya yang bertambah, tubuhnya yang sedikit berisi dengan otot-otot hasil olahraganya, serta rambut-rambut halus yang tumbuh di bawah hidung serta dagunya. Sisanya Chan masih sama dengan Chan yang datang sembari memeluk Treasure Box kesayangannya di pelukan, di sore, sepuluh tahun yang lalu.

Chan masih tak pernah absen mendatangi rumah keabuan milik Yeeun. Chan masih setia menemaninya bahkan disaat ia tak sanggup membuka mata. Pun Chan masih bersedia mendorong kursi rodanya dan membawanya ke tempat-tempat yang ia inginkan di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa semester akhir.

Dari dulu, Chan tidak pernah berubah.

“Aku tahu aku tampan, tapi diliatinnya biasa aja dong. Nanti kalau makin suka, gimana?”

Dan ya, Chan masih sama menyebalkannya seperti dulu. Setidaknya di mata Yeeun.

“Ge’er!” dengus Yeeun, tak lupa dengan satu potongan lego yang dilayangkan ke kening Chan.

Pemuda itu sontak mengaduh. Namun aduhannya yang terkesan dibuat-buat itu mengundang gerlingan sebal dari Yeeun sebelum kembali layangkan satu potongan lego ke kening Chan. Kali ini lebih keras hingga Chan benar-benar mengaduh.

Ugh … Sakit beneran nih …”

“Rasain.”

“Kayaknya bakal benjol, deh. Berdenyut, sih.”

Yeeun dengan cepat alihkan pandangan untuk melihat Chan yang terlihat kesakitan dengan salah satu tangannya yang bergerak mengusap-usap keningnya.

“Beneran sakit?” tanya Yeeun khawatir.

Dengan bibir mengerucut, Chan beri anggukan kepala sebagai jawaban yang membuat Yeeun mencondongkan tubuh untuk memeriksa kening Chan. Meski sedikit, warna merah di kening Chan terlihat begitu kontras dengan kulitnya yang putih.

Namun, semua kekhawatiran Yeeun menguap begitu saja ketika Chan berkata, “Coba cium, deh. Pasti nanti sakitnya langsung hilang.”

“Kamu mau aku pukul?”

Detik berikutnya tawa Chan meledak. Kedua tangannya terangkat untuk dijadikan tameng perlindungan diri dari potongan-potongan lego yang sontak Yeeun layangkan padanya.

“Aku bercanda, Yeeun.”

“Diam! Enggak usah ngomong sama aku, dasar nyebelin!”

Tawa Chan masih terus mengudara. Tak ada lagi potongan lego yang dilayangkan. Yeeun kini memilih alihkan pandangan ke depan dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Gadis itu kesal, tetapi entah kenapa terlihat menggemaskan di mata Chan. Sama seperti dulu.

Stand by Me - Stray Kids FanfictionTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon