Chapter 45

1.2K 301 54
                                    

"Mianhae ne Hyung harus menyeretmu ikut" bukan sepenuhnya salah Hoseok sebenarnya. Seandainya Jimin tak dengar pembicaraanku dengan Hyung saat itu pasti ia tak akan ikut campur begini, aish!. Batin Hoseok kesal. Seandainya ia lebih berhati-hati malam itu. Malam dimana ia menyadari sesuatu yang bisa dikatakan sangat terlambat. Tanpa sadar ia menginjak pedal gas semakin dalam membuat mobil semakin melaju kencang.

Jimin tersentak kaget. Saat ingin menjawab pernyataan Hoseok mobil yang melaju membuatnya terserang panik.

"Hyung stop! Hoseok Hyung mobilnya! Ini bukan salahmu Hyung astaga! HYUNG AWAS AGHHHH!"

Ckitt.....

*******

1 minggu berlalu. Semua kembali normal seperti diawal. Hanya sedikit perbedaan antara sang tokoh utama dengan yang lain—yang dulunya berperan sebagai teman, sahabat serta Hyungnya. Mereka yang membuatnya tertawa bebas untuk pertama kalinya, merasakan hangatnya memiliki teman. Tapi sekarang? Lihat mereka bagaikan orang asing.

Jika bertemu maupun berpapasan hanya melengos pergi tanpa menoleh bahkan melirik, seperti sekarang contohnya.

Jeon Jungkook bungsu keluarga Jeon. Namja tampan dengan tubuh bak model dengan warna rambut yang kini berganti dari blonde menjadi coklat sedang melangkah tenang melewati koridor.

Bel baru saja berbunyi dan perutnya meronta meminta diisi maka dengan terpaksa ia bangkit dari kursinya meninggalkan puluhan tatapan yang menatapnya dengan tatapan bersalah. Bersalah? Tentu karna kini satu sekolah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi 3 minggu lalu terhadap Min Yoongi.

Penjelasan langsung darinya saat upacara berakhir mengejutkan seluruh sekolah. Penjelasan dimana ia terpeleset karena sebuah minyak goreng yang diletakkan sengaja oleh seseorang dan Jungkook yang sebenarnya ingin menolong menjadi kambing hitam. Peletakkan kamera yang disengaja membuat Jungkook seolah-olah mendorong sang senior hingga menimbulkan kecaman. Tentunya penjelasan itu cukup untuk membungkam mereka semua dan segera meminta maaf atas bully yang mereka berikan. Dan Jungkook ia hanya mengangguk singkat.

Memaafkan namun urung untuk kembali menjalin sebuah pertemanan. Bully singkat yang ia dapatkan cukup membuat traumanya kembali bangkit.

Jungkook menghela nafas panjang. Sungguh ia malas jika harus melewati koridor tatapan bersalah yang dilayangkan seluruh murid membuatnya risih. Ini bahkan sudah 1 minggu kenapa kalian terus menatapku begitu hah?!. Ingin rasanya ia meneriakkan hal itu. Dan satu alasan lainnya karna Jungkook tak ingin bertemu orang-orang itu. Tapi sepertinya Dewi Fortuna sedang tak berpihak padanya karna nyatanya kini ia harus berpapasan dengan orang-orang itu. Meski begitu ia tetap melangkah maju. Hingga—

Wush

Mereka saling melewati begitu saja. Tak ada sapaan, tak ada senyuman. Mereka berjalan kearah kelasnya. Ia tau mereka akan menjemput siapa. Dada Jungkook sedikit berdenyut. Bukankah ini yang ia mau? Bukankah ia sendiri yang membuat mereka menjauh? Ia sudah bersiap sejak awal namun nyatanya ia tak sekuat itu. Tangannya yang berada didalam saku mengepal erat.

Disertai kekehan kecil ia bergumam, "Kau bisa Jung!"

Sedikit rasa bersalah hinggap dihatinya. Apa ia terlalu kasar hari itu?

"Jungkook kau sadar! Syukurlah Hyung senang—pergi" Jungkook menyela pekikan gembira Taehyung dan Seokjin. Nada dinginnya membuat seisi ruangan tertegun.

"Ka-kau bilang apa? Ah Hyung pasti salah—kubilang pergi! Pergi dari ruangan ku brengsek!" Desis Jungkook tajam disertai umpatan. Yang sukses membuat Taehyung mematung, dengan tangan bergetar ia melepas tangan Jungkook yang berada dalam genggamannya. Tak hanya Taehyung yang lain pun ikut terperangah. Ditambah tatapan benci yang Jungkook layangkan membuat mereka merasa tak nyaman.

SIXTH SENSE [BTS VER.] [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon