Bukan hanya mereka saja yang mendapat lontaran pujian. Manggala juga. Si badboy puitis itu juga tengah dicari-cari oleh betina Cantaka karena sudah satu minggu lebih tidak tampak hidung bangirnya itu di sekolah.

"Ayang Beb Manggala gue kemana, Bu Ketua?!"

"Yah, formasi cogannya kurang satu! Si kasep Manggala nggak ada."

"GISTA! SAMPEIN SALAM GUE KE MANGGALA! SEMOGA DIA CEPET SEMBUH!"

"AAA! MANGGALA NGGAK ADA PADAHAL GUE KANGEN PUISI LO!"

Mendenger itu semua Gista hanya memutar bola matanya malas. Dalam hati ia mendumel tidak jelas akan tingkah Manggalaciuous yang baginya alay itu.

Manggala itu bukan artis, tapi banyak banget sih penggemarnya? Jangan-jangan tuh anak pake pelet online lagi, batinnya bertanya-tanya.

Berjalan menaiki tangga menuju lantai dua, langkahnya terhenti ketika Bianca and the gank menghadangnya.

Cewek berambut curly itu menatapnya tajam dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada. Matanya menatap tak suka pada Gista  yang tampak santai mengulum permen kakinya.

"Gue mau bicara sama lo," ujar Bianca   mengutarakan tujuannya menghadap Gista.

"Lo yakin mau bicara sama Gista? Lo lagi nggak nyari mati, kan, Bi?" ejek Janu yang sedari dulu tak pernah suka dengan Bianca.

Bianca melirik Janu tak suka. "Gue nggak bicara sama lo ya, jamet. Jadi, stop ikut campur urusan orang."

Mendengar kata 'jamet' telinga Janu langsung berdiri. Entah, kenapa ia tidak suka dipanggil jamet oleh selain Anara. Rasanya membuatnya kesal setengah mampus.

"Heh! Ulet bulu titisan dakjal! Lo ngatain gue?!"

Janu bersiap maju untuk adu bacot dengan Bianca, namun ia ditahan oleh Kaivan. Cowok bermata sipit itu mengapit kepala Janu di bawah ketiaknya.

"Dibilangin nggak usah ikut campur malah ngeyel. Mau lo digeprek sama Bu Ketua?" lirih Kaivan lalu melepaskan kepala Janu.

Kaivan tahu Gista tidak suka urusannya dicampuri oleh orang lain. Maka dari itu, ia mencegah Janu sebelum cowok itu terlibat adu bacot yang bisa menaikkan emosi Gista.

"Mau lo apa, Bi?" tanya Ganes mewakili Gista.

"Gue mau bicara sama Gista," jawab cewek bersoflents hijau itu.

"Bicara apa?" sahut Gista dingin.

Bianca melirik kedua temannya lalu tersenyum. "Gue mau bicara penting, tapi nggak di sini."

Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket Balapati yang ia kenakan. Gista lantas mengangguk.

"Oke."

"No!" Sebuah teriakan melengking dari seorang cewek dengan model rambut seperti tokoh ten-ten dalam kartun Naruto menghentikan langkah  Gista.

"Jangan mau, Gis! Si Biancabe itu pasti mau jahatin lo! Jangan mau dikibulin sama si cabe, Gis!" seru Anara yang berada di anak tangga paling bawah. Cewek itu tidak bisa naik karena terhalang oleh beberapa anak Balapati yang lain.

"Eh, minggir lo minggir cungkring! Gue mau lewat!" Anara pun mulai menaiki tangga.

Gista yang melihat itu menatap Kaivan dan Janu. "Jagain jangan sampe ikutin gue," ujarnya kemudian menatap Ganes lalu mengangguk untuk meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja, sebelum akhirnya ia mengikuti kemana langkah Bianca membawanya pergi.

"Heh! Gis! Tungguiin! Gue ikut!" Anara ingin menerobos tubuh Janu dan Kaivan. Namun, tak muat. Dan lengannya malah dipegangi dua cowok yang berada di undakan di atasnya itu.

GISTARA (END) Where stories live. Discover now