"Di drop out mampus lo," sambung Magenta yang sedari tadi adem ayem memakan permen karetnya.

Manggala menyuruh Gista berhenti memijat kakinya karena cewek di sampingnya itu terus-terusan menatapnya dengan tatapan tajam seolah ingin menelannya hidup-hidup.

"Gitu kek dari tadi," dumel Gista kemudian turun dari kasur untuk bergabung bersama yang lainnya.

Gista mengambil tempat duduk di sebelah Devan dan Ganes. Begitu duduk dia langsung mencomot keripik pisang dari tangan Ganes.

"Heh! Punya gue, Gis!" Ganes melotot.

"Bodo amat," balas Gista cuek sambil terus memasukkan keripik itu ke mulutnya.

Lagian sudah dibilang dari tadi untuk menyisakan keripik pisang untuknya malah dihabiskan. Bikin Gista badmood saja. Apalagi kini yang terisa hanyalah keripik kentang dan singkong balado.

"Oh, iya, gimana perkembangan kasusnya, Bang?" tanya Manggala teringat akan Revan yang melaporkan  Mahen ke polisi.

Devan menghela napas mendengar pertanyaan itu. "Gue juga nggak tahu, Gal. Kayaknya bakalan sulit."

"Memangnya kenapa, Bang?" tanya Anika ikut bersuara.

"Kita nggak punya bukti yang kuat mengenai kasus penjebakan itu. Kasusnya juga udah lama."

Devan melepas jaket Balapati menyisakan kaos hitam yang melekat aps di tubuhnya. "Dan korbannya tinggal Wira, Kanaya yang korban utamanya udah nggak ada. Itu bakalan sulit buat ngungkap semuanya."

"Soal penusukan Manggala... " Devan menghela napasnya sesaat. Ada jeda sebelum ia kembali melanjutkan.

"Om Revan sama gue memutuskan buat damai."

Semua terkejut mendengar pernyataan Devan. Jelas-jelas Mahen sudah dengan sengaja menusuk Manggala. Tapi, Revan dan Devan malah memilih jalan damai?

"Damai?!" Gista menyorot tajam lelaki  berambut gondrong itu.

"Lo kira semudah itu buat damai sama mereka, Bang?!"

"Oke! Kalau emang kasus Kak Naya nggak bisa dilanjutin lagi gue terima, udah saatnya gue berdamai sama masa lalu dan biarin kakak gue tenang di sana," kata Gista.

"Tapi, tetep aja gue pengin Mahen di penjara. Mereka itu udah nyulik Kak Rania sama Anika. Mahen juga udah nusuk Manggala, Bang. Apa itu belum cukup buat jeblosin bajingan itu ke penjara?" Nada bicara Gista terirat amarah.

Gista seolah lupa ia sekarang berada di mana.

"Tenang, Gis. Tenang dulu.... " Kaivan mencoba mennangkannya.

"Gimana gue bisa tenang kalo Om Revan malah milih damai. Gue tahu Mahen itu kayak apa. Dia itu ambisius dan nggak mudah nyerah. Dia pasti bakalan berulah lagi sama Balapati!"

"Gis... maksudnya Kaivan itu lo disuruh tenang karena ini di rumah orang. Nggak enak kalo sampe orangtuanya Manggala denger," ujar Anara mencoba memberi pemahaman pada Gista dan barulah cewek berkuncir kuda itu bungkam.

Devan menguncir rambut gondrongnya menggunakan karet gelang hitam yang tergeletak di bawah meja belajar Manggala yang tepat berada di sebelahnya. Lalu, mengeluarkan ponsel untuk menunjukkan percakapannya dengan Revan semalam pada Gista.

Di dalam percakapan itu keduanya membahas mengenai ayah tiri Mahen yang menuntut balik atas luka di tubuh putranya yang diakibatkan oleh Gista dan Devan. Memang selama satu minggu kemarin Mahen juga masih dirawat di rumah sakit sehingga penyelidikan kasus yang dilaporkan oleh Revan ditunda sementara waktu dan barulah kemarin dilanjutkan kembali di kantor polisi.

GISTARA (END) Where stories live. Discover now