44. Skala Richter & King of Brain

1.3K 392 151
                                    

⚠️ ADEGAN TIDAK UNTUK DITIRU! ⚠️

⚠️Warning: Blood ⚠️

Kalau ada typo, tolong ingetin ya, makasih <3
Jangan lupa komen xixi.

πππ

"Kamu hanya bisa melihat seluruh kejadian dari sudut pandangmu. Maka dari itu, kamu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi jika peristiwa tersebut dialami juga oleh orang selainmu."
IQ (F=m.a)

"Tiga hari, Bora belum pulang juga?"

Pertanyaan itu kembali dilontarkan oleh Idaline setiap pagi pada Elee di kamarnya. Elee hanya mengangguk saja dengan tangan yang sibuk memijat kaki Idaline. "Lebih baik begini untuk sementara. Bora pasti  cukup terkejut."

"Sepertinya, kita harus mengembalikan Bora kepada Chelzea. Dan Chelzea mengembalikan Utkarsa kepada kita. Trayi sudah tidak ada. Sudah tidak ada alasan untuk melanjutkan pertukaran," balas Idaline.

"Trayi sudah tidak ada karena Mami mengulang kesalahan yang sama. Kalau tahu begini, dari awal tidak usah Elee antisipasi dengan segala macam pertukaran seperti ini!" Elee berhenti memijat kaki Idaline. Dia kembali tersulut emosinya saat mengingat putri bungsu kandungnya meninggal beberapa bulan lalu.

"Harusnya kamu juga menjual Trayi pada Nakula."

"Elee juga mau membesarkan anak kandung Elee sendiri! Cukup Utkarsa yang dibesarkan oleh orang lain."

"Lalu, kamu menyalahkan Mami lagi?" tanya Idaline dengan penuh penekanan.

"Iya. Mami selalu saja bertindak tanpa memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Mami selalu saja berbicara, menekan seseorang dan ucapan Mami, mencabik mental seseorang yang dinasehati oleh Mami. Sama seperti Papi, Elina, Kak Eygra dan Kak Elnaz!"

Lagi, Elee membuka kembali kenangan kelamnya di masa lalu. Mengingat kembali bagaimana satu persatu anggota keluarganya pergi.

Ranajaya—papinya, Elina—kembarannta dan Elnaz—kakak keduanya, yang pergi dari dunia ini karena mereka kalah dari peraturan, dan Eygra—kakak pertamanya yang memilih untuk memutuskan ikatan karena sudah muak dengan semua peraturan yang dibuat Idaline.

Idaline berdecih. "Elina tidak akan pergi kalau bukan karena Bora anak yatim yang bodoh itu! Antisipasi kamu justru yang memulai semuanya, Elee! Dan kamu masih melempar kesalahan kamu pada Mami?"

"Kalaupun Elina tidak menyelamatkan Bora waktu itu, atau Bora yang mengacaukan semuanya. Mami pasti akan menghukum Elina seperti Mami menghukum kak Elnaz, kan?"

"Elnaz beda, dia yang mengambil Ranajaya dari saya, Elee!"

"Papi pergi bukan karena Elnaz, Mi, tapi karena peraturan Mami sendiri. Papi hanya melindungi anaknya sendiri. Papi masih punya hati untuk menghargai keputusan Mami dengan tetap melindungi anak-anaknya. Sekarang Elee tanya, Mami sendiri masih punya hati?"

Setelah melontarkan pertanyaan itu, Elee beranjak pergi meninggalkan Idaline sendiri yang sedang memikirkan jawaban dari pertanyaan Elee.

Semua luka Elee dimulai saat pengumuman IQ Classification tahun 2000. Waktu itu, Eygra yang mendapatkan mahkota. Sedangkan Elnaz kalah, meskipun tetap masuk ke dalam tiga besar.

Waktu itu, Idaline masih fokus kepada dua anak sulungnya. Idaline belum terlalu menekan si kembar—Elee dan Elina. Padahal, tanpa ditekan olehnya, Elee dan Elina sudah cukup tertekan tiap kali melihat kakak-kakaknya diberi hukuman dan peringatan.

IQ (SELESAI)Where stories live. Discover now