16

1.4K 284 115
                                    

Happy reading ❣️

Daniel menatap ke arah jendela sekolah nya, ia masih memikirkan kejadian 3 hari lalu saat bertemu Jungwon. Sebenar nya ia sedang berfikir, untuk apa ia berfikir sekeras ini, toh belum tentu Jungwon itu ayah nya kan? Lagian Jungwon juga belum mengetahui hal lebih lanjut soal itu.

Daniel menghela nafas panjang, 3 hari ini pun ia begitu diam sama keluarga nya sendiri, yang bahkan Daniel sendiri hanya mendengar kata ayah nya setengah saja waktu di rumah sakit, bukan berati Heeseung itu bukan ayah nya kan? Meski kata-kata nya masih sedikit ambigu untuk nya.

Daniel jadi bertanya-tanya pada diri nya sendiri, kenapa juga ia asal menyimpulkan seperti itu? Kenapa juga waktu itu hati nya bergerak pada sosok yang di dompet itu? Pusing sudah Daniel memikirkan nya.

Tuk...

Daniel meringis kesakitan ketika spidol yang di lempar guru nya, tepat mengenai kepala nya. Dan berhasil banyak mengundang tatapan teman-temannya di kelas.

"Lee Daniel! Kamu tidak mendengar kan saya berbicara hah!" Daniel mengelus kepala nya yang masih nyeri, sial sekali guru nya malah bikin tambah pikiran saja.

Tidak ada kata-kata dari Daniel, yang mengucapkan maaf. Membuat guru itu semakin sebal menatap anak tengik yang sedang sibuk mendumal.

"Keluar kamu sekarang! Atau saya yang keluar!" Nyenye, keluar tinggal keluar, ribet banget nih nenek peot meski berat hati Daniel lebih memilih keluar kelas, kasihan juga pada teman-temannya yang membutuh kan asupan pelajaran. Meski Daniel yakin 85% orang di kelas nya males belajar semua.

Daniel tidak ada tujuan sekarang, entah kemana ia berjalan menyusuri koridor sekolah nya.

Tapi sekarang ia berniat ingin ke ruang UKS, untuk apa lagi selain tidur? Lagian di ruang UKS tempat paling nyaman untuk bolos selain kantin.

Daniel memilih melewati jalan koridor ruang musik untuk sampe UKS, emang agak jauh jalan nya sih untuk sampai ke sana, tapi kalau ia melewati lapangan yang jarak nya dekat dengan UKS. Ia akan bertemu dengan kembaran nya nanti, Daniel tau sekarang Dean ada pelajaran olahraga, meski Daniel gatau kapan jadwal nya sih. Tapi berhati-hati lebih baik bukan? Dari pada ia bertemu Dean dan mengadu pada bunda nya, jika diri nya di keluar kan dari kelas saat pelajaran berlangsung. Mati sudah Daniel.

Daniel sedikit berlari kecil, ketika ia hanya melewati dua kelas lagi untuk sampai ke UKS. Tapi langkah nya harus berhenti mendadak, ketika ia melihat Dean yang megendong yena di belakang bahu nya, sedang berlari membawa yena ke ruang UKS dalam keadaan tidak sadar kan diri.

Detakan jantung Daniel seketika berdegup lebih kencang, Tampa berfikir panjang Daniel segera berlari ke ruang UKS. Menghampiri yena dan juga Dean.

Daniel mendorong kencang pintu UKS, hingga petugas PMR dan Dean ikut terkejut menatap Daniel di ambang pintu.

"Yena! Kenapa dia?" Daniel mendekati bangsal di mana Yen di tidur kan, Dean yang melihat Daniel sepertinya orang kesetanan melihat yena hanya menaikan kedua alis nya.

"Yena cuman pingsan doang, mungkin dia belum makan, makanya pas olahraga ambruk" Daniel menarik kursi, ia duduk di sebelah yena yang sedang di tangani tugas PMR.

"Lo kok ada di sini? Bukan nya Lo lagi belajar ya?" Dean semakin curiga sama kembaran nya, ga biasa nya Daniel begini sama orang ga di kenal, bahkan kalian tau kan? Daniel ini orang nya sangat kasar pada prempuan maupun laki-laki.

Daniel menatap Dean yang menatap curiga, mati gue ngapain juga gue kesini Daniel meneguk ludah nya sendiri, ia memikirkan alasan apa yang pas.

with you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang