09

1.5K 338 270
                                    

Guys di mohon untuk vote, komen ya jangan jadi silent reader. Yang belun follow akun wattpad Nana, tolong follow ya.

Happy reading ❣️

Jungwon membuka pintu apartemennya yang tidak di kunci, iya karena Niki berada di dalam. Ia mempunyai kartu apartemen Jungwon sehingga ia juga bisa masuk Tampa izin Jungwon, dahulu Jungwon sering kali melukai dirinya. Jadi Niki harus siap siaga.

"Nikii" Jungwon memasuki ruangan dengan tergesa-gesa.

Niki muncul dari kamar Jungwon, ia menghampiri Jungwon yang mukanya berekspresi ingin di jelaskan lebih detail.

"Niki! Lo serius ketemu Heeseung Hyung?! Lo serius???" Jungwon menghampiri Niki, ia memegang bahu temanya dengan perasaan campur aduk.

"Aduh, santai Napa santai" Niki menepis tangan Jungwon yang ada di bahunya, karena menurutnya meganggu.

"Jawab Ki!" Niki terseyum ke Jungwon, ia menganggukkan kepalanya.

"Iya Jun, Heeseung Hyung satu kantor sama kita. Dia di kirim dari Indonesia untuk bertukar kerja sama Kim Dae. Gua juga ga nyangka, perusahaan yang kita bangun ternyata bekerja sama, sama perusahaan Heeseung Hyung kerja" Niki menepuk-nepuk pundak Jungwon, "Lo bisa liat anak kandung Lo Jun, Lo bisa"

Air mata Jungwon mengalir Tampa permisi, ia sangat bahagia. Sekian lama dia mencari keberadaan yera dan juga anak-anaknya akhirnya Jungwon bertemu dengan mereka.

"G, gue bisa liat anak gua Ki, gue bisa liat mereka sebelum gua pergi"

~with you~

Suasana di meja makan keluarga Heeseung kali ini tidak ada yang bicara, baik Shuyang yang diam karena suasana canggung, Dean yang marah pada ayahnya, dan Daniel? Anak itu tidak sekolah, ia di skors sama sekolahnya selama 3 hari, dan sekarang dia berada kamarnya.

Jihan melihat anak-anak dan suaminya berganti, ia sadar jika suasana ini canggung akibat dirinya kemarin

"Bang Dean, kamu suka udang kan? Ini ayo nambah. Bunda udah—"

"Abang kekeyangan Bun, gausah nambah" Dean menghentikan kegiatannya bundanya yang ingin menaruh udang ke piring Dean. Setelah Dean kembali memakan, makanannya.

Jihan menyandarkan punggungnya ke bahu kursi, "Shuyang" Shuyang yang merasa terpanggil ia menatap bundanya. "Besok kita ke rumah nenek dari ayah kamu, kamu sen—"

Heeseung terbatuk ketika mendengar ucapan istrinya, ia tersedak sama makanya sendiri.

"Aduh, kamu makan hati-hati dong" Jihan memberikan kan segelas air pada suaminya.

"Kita ke rumah nenek? Beneran? Wahh akhirnya Shuyang bisa ketemu nenek. Selama di Indonesia Shuyang belom pernah ke rumah nenek, kita cuma Vidio call doang!" Shuyang Sangat senang mendengarnya, neneknya sangat baik padanya. Terlebih lagi ketika Shuyang ingin sesuatu pasti neneknya akan membelikannya dan mengirimnya dari Korea.

"Kamu senang sayang?" Shuyang mengangguk antusias, ia sangat ingin ketemu nenek dan kerabatnya. Semenjak lahir ia tidak pernah tau saudara, nenek bahkan kakeknya.

"Nanti Shuyang mau make baju baru yang bunda beliin di Indonesia ya Bun" Jihan tertawa gemas melihat si bontot yang terlihat lucu, ke antusiasnya membuatnya sangat gemas di mata Jihan.

"K, kamu serius, mau kerumah mamah?" Jihan menatap suaminya yang sepertinya tidak senang, ia tau Heeseung tidak suka pergi ke tempa mamahnya dengan nembawa dirinya.

"Iya tadi aku di hubungin sama adik kamu yang nomor 2, katanya besok ada acara keluarga" Heeseung terdiam mendengar penjelasan istrinya, bukanya ia benci mamahnya. Justru ia sanga merindukan mamahnya, selama ini ia pulang ke Korea sesekali menemui ibunya melepas rindu Tampa membawa istri dan anak-anaknya. Ia takut jika mamahnya memaki-maki istrinya lagi.

"Jihan, ayo bicara sama aku" Heeseung menarik lembut tangan istrinya, ke kamarnya. Sedangkan Shuyang sana Dean hanya melihat kepergian ayah dan bundanya.

Heeseung menutup pintu kamar, ia menarik kembali tangan Jihan dan duduk di tepi ranjang bersama istrinya.

"Sayang, kamu yakin mau ke rumah mamah? Kamu inget kan terlahir kali kamu hamil terus ketemu mamah. Kamu di permalukan di sana, rekan bisnis keluarga aku, saudara-saudara aku. Menyaksikan kamu di permalukan sama mamah" Jihan merenung, ia mengingat kejadian itu semua ketika ia hamil Dean dan juga Daniel. Ia di permalukan sama ibu dari suaminya di depan banyak orang kala itu.

"Enggak kok, aku yakin mamah udah berubah. Lagian ga baik memutus hubungan sama keluarga. Kamu udah putusin untuk jauh dari keluarga kamu, terus kamu juga gamau bekerja di perusahaan keluarga kamu. Itu cukup merenggangkan hubungan keluarga kamu Heeseung, itu ga baik." Jihan menangkup pipi suaminya, "lagian ya,  saat kita Vidio call, mamah engga marah sama kembar. Justru mamah beliin mereka barang, yang mereka mau"

Heeseung menghela nafasnya, ia takut jika Jihan ketemu ibunya justru semakin trauma. Cukup kemari Jihan tidak bisa mengendalikan dirinya, jangan terulang lagi.

Jihan menepuk-nepuk pipi suaminya, yang terdiam Entah memikirkan apa.

"Tenang aja, aku gapapa kok. Lagian kalau ada apa-apa nanti kan, aku ada kamu. Aku ga sendirian, lagian nih ya tadi Shuyang happy banget akhirnya bisa ketemu neneknya" Heeseung menganggukkan kepalanya, benar juga kata isterinya ini saat yang tepat untuk memperkenalkan anak-anaknya pada keluarganya.

"Yaudah nanti kita ketemu sama mamah ya" Jihan tersenyum ia menganggukkan kepalanya.

~with you~

"Mana sih!" Daniel membongkar meja belajar kembarannya, ia mencari casan handphone milik Dean untuk men charger handphonenya. Casan miliknya hilang entah kemana, ia lupa menaruhnya.

Ekspresi Daniel terseyum senang, ketika ia menemukan apa yang ia cari. Ia mengambil casan milik Dean dari laci, setelahnya ia menutup laci itu.

Daniel ingin pergi dari kamar Dean, tetapi matanya melihat dompet yang asing menurutnya di atas meja belajar, Daniel tau itu dompet bukan milik Dean, karena dompet Dean sama dengan dompetnya di belikan sama bunda ketika mereka ulang tahun.

Daniel mengambil dompet tersebut, setelahnya ia membukabya.

"Anjir si Dean nyuri?" Daniel terkejut ketika melihat KTP orang yang ada di dompet, ia mengambil KTP pemilik dompet itu.

"Ya— yang Jungwon" Daniel mengeja setiap huruf nama dari KTP, "mukanya ga asing deh, kaya pernah ketemu"

"Daniell" Daniel terkejut ketika suara ayahnya memanggil dari luar kamar, ia menjatuhkan KTP yang ada di tanganya.

Heeseung tidak menemukan Daniel di kamarnya, tetapi ketika ia menoleh ke samping. Ia mendapatkan kamar putranya nomor satu pintunya terbuka lebar.

Heeseung menghampiri kamar putranya yang terbuka, dan sesuai dugaannya benar saja Daniel ada di sana.

"Niel, kamu ngapain?"

TBC.

Hayo part Jungwon udah mulai ada tuh, siapa yang kangen sama Jungwon nih? Udah Nana turutin ya...

By the way karena Nana gabut, ayo komen kalian tinggal dari daerah mana aja nih? Kalau Nana di Jakarta Selatan.

Target vote 125 + komen 140

Ayo dong udah pada mulai pelit vote nih, jangan lupa spam komen ya nanti Nana bacain kok satu-satu.

See you next chapter ❣️


with you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang