"Gawat, Pa. Markas Balapati diserang sama anak Gandaruka," ceplos cowok itu membuat ketiga orang yang tengah berpelukan itu mengalihkan atensi padanya.

"Kok bisa?" tanya Gista ikutan panik.

"Gue nggak tahu, Gis." Cowok itu memasukkan ponselnya ke dalam jaket. "Ganes harus ke sana sekarang, Pa, Ma."

"Ganes, jangan!" cegah Wina apda putranya yang hendak melangkah pergi.

"Kondisi kamu belum pulih. Wajah kamu saja masih babak belur seperti itu. Mama nggak mau kamu kenapa-napa, Nak."

"Tapi, Ma. Balapati sekarang lagi diserang Ganes harus ban—"

"Kamu tetap di sini, Ganes!" titah Wira memotong ucapan putranya.

"Biar Devan dan yang lainnya yang urus semua ini."

----

"Shit! Kita telat," umpat Devan ketika memasuki markas Balapati yang sudah mirip kapal pecah.

Dia memasuki ruangan besar itu diikuti oleh Manggala, Magenta, dan Kaivan. Karena usai salat magrib tadi Janu langsung mengantarkan Anara pulang.

Vas bunga, guci, dan benda-benda lainnya pecah dan berserakan di mana-mana. Meja dan kursi letaknya juga tak beraturan. Banyak balok kayu berserakan di lantai.

Dua puluh lima anggota Balapati yang duduk lemas di ruangan itu semuanya tampak baik-baik saja. Hanya ada sedikit lebam di wajah mereka. Namun, mereka semua tetap meringis kesakitan. Ringisan yang terdengar dari mulut mereka menaikkan emosi Devan. Laki-laki itu mengepalkan tangannya dengan sorot mata tajam memindai ke segala penjuru.

Brak

Devan menendang kursi di sebelahnya dengan keras. "Mau menghancurkan Balapati? Hah?!" sentaknya dengan wajah yang memerah.

"Ap-apa maksud lo, Bang?" tanya salah satu di antara mereka.

Devan membidik seseorang itu dengan tatapan tajamnya. "Kalian baru menghubungi kami setelah mereka menyelesaikan kekacauan ini?"

"Enggak, Bang. Kita tadi langsung hubungin kalian waktu mereka baru dateng. Enggak mungkin kita biarin mereka ngehancurin markas, Bang. Kita udah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, kita kalah jumlah," ujar cowok berambut pirang itu memberi pembelaan.

"Iya, Bang. Kita semua dihajar sama anak Gandaruka karena mereka marah, katanya kemarin malem ketua Balapati ngehajar Danar sampe masuk rumah sakit," timpal seorang cowok berambut cepak menjelaskan apa yang terjadi.

Devan memicingkan matanya. "Ketua Balapati? Dari mana mereka tahu kalau yang ngehajar itu ketua Balapati?"

"Dari kalung yang dia pake, Bang. Seseorang itu pake kalung turun temurun milik ketua Balapati."

Manggala, Magenta, dan Kaivan mengerutkan dahi mereka. Kalung turun temurun ketua Balapati itu adalah kalung berbandul katana kecil yang menyilang. Memang hanya ketua Balapati lah yang memiliki kalung itu.  Tapi, siapa ketua mereka sebenarnya kenapa dia semisterius ini?

"Jadi, ketua Balapati itu mulai memuculkan diri, Bang. Kayaknya dia tahu kalau kita lagi ada masalah sama anak Gandaruka." Kaivan beropini.

GISTARA (END) Where stories live. Discover now