CZ 21

239 37 5
                                    

"Entahlah mungkin aku tidak punya pilihan dalam hidup ini, selain menuruti kemauan mereka," -Zea

***

20. Anak OSIS dan contekan.

"Siapa yang taruh minumam di loker Zea?" Tanya Alvarez

Arga menaikan alisnya, dia yang tadinya sedang lahap memakan mienya berhenti dan mendongak menatap Alvarez. Lama ia menatap Alvarez, lalu menunjuk Rafa di meja sebrang dengan dagu, "Sahabat Lo noh."

Alvarez menyeringit ia mengikuti arah tunjuk Arga, seketika ia terkejut, Rafa? Jangan bilang wanita yang Rafa ceritakan padanya adalah Zea?

"Ayah Lo cariin siapa? Ada anak OSIS obral Abrik data siswa," ujar Arga. Lagi lagi Alvarez berbalik dan terkejut.

"Gue nggak tau itu? Lo tau dari mana?" Alvarez ikut terkejut.

Arga menyuruput jus lemon yang ia minum, "Coba Lo nanya tuh ketua OSIS di tempat sampah belakang, moga-moga dia masi bisa ngomong," ujar Arga.

Tanpa basa basi Alvarez bangkit. Tujuannya adalah pergi ke tempat sampah belakang, ia penasaran apa yang ayahnya cari, dan mengapa Arga memukul ketua OSIS? Apa ada yang dia sembunyikan.

"Al!" Panggil Zea di pintu kantin saat berpapasan dengan Alvarez namun nihil Alvarez sama sekali tidak menoleh.

Ia menyeringit dahinya, ia menoleh kembali ke depan mendapati Arga. Arga mengangkat tangannya tinggi tinggi memanggil Zea.

Zea menepis pikiranya, dan langsung berjalan ke Arga. Sudah lama ia tidak bertemu Arga. Setelah sampai ia menarik kursi di depan arga, "Ga, dari mana ajah kok nggak keliatan?"

"Kerja." Jawab Alvarez sembari menghembuskan asap rokoknya sembari bermain game di ponselnya.

Zea mencibir dengan bibirnya, "Kerja apa coba?"

Arga melepas rokok menginjak rokok itu kasar, "Bisa diam nggak?!" Sentaknya.

Zea menelan ludahnya melihat Arga marah, ia lupa jangan mengganggu Arga saat bermain game. "Maaf.."

Arga menghembuskan nafasnya berat sembari meraup wajahnya kasar melihat wajah Zea yang melemas, "Lo udah makan?"

Zea menggleng.

"Tunggu sini!" Arga bangkit dan hendak pergi memesan makanan, "Nyusahin ajah Lo!" Sarkasnya.

"Somay yah ga!"

▫️▫️▫️

Zea melangkah masuk ke rumahnya lesu, bukan terjadinya hal buruk tapi ia lelah berjalan pulang sekolah. Setelah beberapa kali ia pulang sendiri itu adalah hukuman dari ayahnya. Entah salahnya apa karena Dimata ayahnya semuanya ia salah, David memang gemar nenyiksa.

Di ruang tamu ada Vanya, Oma dan ibunya yang sedang asik bercengkrama. Zea berhenti sedikit menunduk tanda untuk menghormati.

"Zea, Zea kapan kamu bisa kaya Vanya sih?" Ujar Omanya, "Dekil banget sih, Vanya kalau pulang sekolah bersih tuh, kok kamu kayak gini sih?"

"Baru habis olahraga Oma.."

"Tapi kan kamu harus jaga penampilan kamu di depan banyak orang!" Timpal Omanya.

"Diluar kenalan kalian nggak kenal Zea, jadi per--"

"Zea!" Sentak ayahnya, "Kamu punya sopan satun tidak huh? Oma kebih tua dari mu, jangan membentah ucapan dia!"

Strict Parents [HIATUS]Where stories live. Discover now