CZ 13

270 39 32
                                    

"Ehem!" Zea berdehem di depan Alvarez yang kini sedang melamun sembari memainkan bolpoin.

Alvarez mendongak menaikan kedua alisnya.

"Itu pekerjaan nya dah selesai belum, hm?" ujar Zea.

Alvarez menggeleng kepalanya, "Susah."

Zea menghembuskan napasnya berat, "Ini ajah dibilang susah, gimana mau masuk universitas impian? Apalagi ngerjain soal di papan tulis ajah masih dibantu." Zea menarik buku buku tersebut untuk ia jelaskan cara kerja pada Alvarez.

"Om gue donatur salah satu Universitas swasta, gak perlu repot repot belajar!" Ujar Alvarez santai.

"Kamu pikir tanpa tes untuk masuk kuliah karena ada orang dalam bisa?, Gak semudah itu ferguso!"

"Apasih yang gak mudah buat gue?" Ujar Alvarez dengan sombongnya.

"Kerja soal matematika, fisika, kimia, biologi, dan masih banyak lagi." Zea membuka lebar lebar tangannya menunjukkan seberapa banyak kebodohan Alvarez.

"Tapi gue ganteng kan?"

Zea diam sebentar, binggung ingin menjawab apa. Alvarez terkekeh, lalu tangannya bergerak mengacak ngacak rambut Zea, "Lemot!"

"Aaaaa!" Teriak Zea panik membuat Alvarez terkejut dan menarik tangannya.

Zea buru buru merogoh sakunya lalu menggeluarkan alat semprot dan menyemprot tangan Alvarez, "Tangan kamu bau alkohol!"

Alvarez yang tadinya sedikit terkejut langsung berubah datar, ia melirik jam yang tertempel di dinding, "Jam kita udah selesai kan?"

Zea ikut melihat, "Tapi satu materi pun kamu belum kuasai?"

"Gak perlu." Ia meraih tasnya lalu pergi. Moodnya yang tadinya baik baik saja kini berubah dratis kala selesai mengacak rambut Zea, memang benar dia masih terperanjat dalam masa lalu nya.

Zea menyeringit alisnya, Kenapa Alvarez seperti wanita yang moodnya selalu berubah secara tiba-tiba? Apa jangan jangan?

Tuk!

Zea memukul kepalanya sendiri, ini akibatnya menonton Drakor berlebihan!

Ia mulai membereskan barang barangnya lalu keluar dari perpustakaan menuju ke pintu gerbang tuk pulang.

Zea melangkah dengan santai sampai ia ke halte depan, ia membuka ponsel Samsung merek lama yang hanya sepanjang hp Nokia itu untuk menghubungi siapapun untuk menjemput nya pulang, ia menggunakan ponsel ini karena ponsel yang satunya masih ada di tangan ayahnya.

Belum sempat ia menelpon seseorang, namun sudah ada mobil dengan DH yang sangat ia kenali, mobil sport Lamborghini milik Arlon siapa yang tidak tau?

Dengan antusias ia menaiki mobil tersebut, ia paling senang ketika mobil ini yang menjemputnya darimana pun karena Arlon akan membawanya jalan jalan kemanapun, dan membelikan apapun yang ia inginkan, masalah ditanya Ayahnya Arlon punya seribu jawaban untuk pertanyaan itu.

Zea membuka pintu depan tempat penumpang, ia masuk lalu duduk di sana dengan senyum lebar membuat Arlon di sebelahnya tersenyum hangat, "You ready?"

"Yes, I am ready brother!" Ujarnya antusias.

Arlon menancap gas mobil hingga mobil itu melaju dengan kencang membuat Zea memekik kegirangan, tangannya memutar radio mobil mencari lagu favorit nya di sini, setelah merasa lagi yang ia cari ia sudah dapat ia bersenandung berusaha menyambung kan dengan nada yang sudah lama ia lupakan.

"Yeahh.. yey Beby.."

"I kno--"

Lagu tersebut mati, Arlon yang mematikan nya membuat Zea menatap Arlon protes, "Kenapa dimatiin?!"

Strict Parents [HIATUS]Where stories live. Discover now