CZ 8

350 50 25
                                    

Kamu cantik, kamu pintar, Kamu cerdik, kamu kaya, punya segalanya yang semua cewe punya. Tapi..

-Selera dia yang hampir punah."

***

Zea berdiri di pintu pagar menunggu Arga yang masih menakutkan motornya, bertepatan dengan itu ada Ica yang baru turun dari motor sepuh ayahnya, terlihat dari bodinya yang sudah memudar. Zea melihat bagaimana uca diperlakukan oleh ayahnya, dipeluk, diperlakukan bagai ratu, waw dia juga ingin merasakannya.

Setelah itu Ica berlari k arah Zea, “Hai, lagi nunggu apa?, Kenapa gak masuk?”

“Ayah Lo sayang banget sama Lo pastikan?”

“Yahkan namanya Anak cewe satu satunya, mana ada yang gak sayang sama anaknya?, Lagian ayah juga cinta pertama kita kan?”

“Tapi mengapa ayahku berbeda?” ujar Zea dengan bibir bawahnya terlihat maju beberapa senti.

Ica memukul bahu Zea, “Anak broken home yah?, Gak apa apa yang penting gak broken money.”

Zea melirik Ica tajam, “Lo kalau punya uang banyak tapi selalu disiksa sama orangtua Lo gimana?”

“Emangnya orangtua Lo suka berbuat kekerasan?” tanya Ica. “wah gak bisa dibiarin ini, kita harus KUA—“

“KUA tempat buat kawin!, Emang Zea mau kawin, ha?. Bawanya itu ke KPK!, Konstitusi perempuan dan keluarga!” bantah Arga yang baru datang.

“Otak kalian taru dimana sih?!, tadi udah bener KUA untuk urus nikah, tapi KPKnya salah, KPK mah kumpulan orang orang yang menangkap pejabat yang makan uang rakyat, korupsi mamanya. Makannya namanya KPK yang artinya Konsitusi pemberantas korupsi, hadehhh..”

▫️▫️▫️



Zea duduk di pinggir lapangan futsal outdoor sekolah. Setelah jam pertama bahasa Inggris dan setelah selesai istirahat mereka masuk ke jam kedua yaitu olahraga.

Pak Budi hanya menjelaskan cara permainan serta teknik dan rangkaian materi bermain bola futsal setelah itu dia membiarkan mereka bermain sendiri dan langsung berjalan ke ruang guru dengan alasan sedang sakit.

Kini bukan mereka bersama sama bermain futsal, tetapi lapangan sudah dikuasai para laki laki dan tidak membiarkan satupun siswi untuk ikut bermain, terkecuali Icha.

Yah ica juga ikut bermain, memiliki sikap tomboy, gampang berbaur dengan siapa saja, banyak laki laki yang suka mengajaknya bermain karena pribadi Icha yang tidak Baperan. Walau mereka sering mengajaknya bermain permainan laki laki, namun jika Icha dibully tidak ada satupun dari mereka yang membantu. Jika ditanya mereka akan menjawab, 'Icha hebat dalam berkelahi jadi jika dia memang tidak melindungi dirinya sendiri buat apa kita menjadi pelindung di siang bolong padahal dia saja tidak berniat untuk melindungi diri sendiri?' Ica memang hebat beladiri, hanya sedikit yang tau, karena Ica yang tidak terbuka.

Salah satu teman Ica Rian bertanya pada Ica, "Temen lu bisa main futsal?, Ajak dia kalau bisa, gio keluar kakinya keseleo."

"Entah," jawab Ica sambil menggendikan bahunya.

Rian melempar bola futsal itu kencang ke arah Zea, bukan tepat sasaran malah makan Tuan.

Zea menunduk berusaha menyili bola futsal itu, namun beberapa menit dia mengangkat wajahnya saat tidak mendengar pantulan bola. Alih alih melihat pelaku yang melemparnya, malah dia melihat Alvarez dengan seragam olahraga di depannya.

"Ngajak orang main bisa ngomong baik baik ga?, atau Lo mau gue ajarin cara ngomong yang baik?"

Rian menggeleng kepalanya bertanda tidak ingin diajar oleh Alvarez karena dia tau nasibnya akan beda cerita, "Dia bisa main bola gak?"

Alvarez berganti menatap Zea yang tengah memasang wajah polosnya, "Bisa main bola futsal gak?" Zea menggeleng.

"Ayo main, gue ajarin."

"Bukannya sakit?"

"Kuyy kita main bareng!" Ajak Ica

Dengan ragu ragu Zea bangun dari duduknya dan bersama sama dengan Alvarez menuju lapangan.

Mereka memulai pertandingan dengan kubu pertama yang berisi Zea Alvarez, dan Ica serta teman kelas yang lain, kubu kedua ada Rian dan kawannya.

Alvarez menggiring bola perlahan, lalu mengoper nya pada Zea, bukannya menendang bola tersebut, Ia malah berlari menghindar, dan membiarkan bola tersebut keluar lapangan.

"Tau main gak?" Bentak Rian dan langsung mendapat gelengan dari Zea.

"Gausah dibentak anjing, dia bisa main tapi belum diajar ajah," ujar Alvarez.

"Yaudah lu sama dia ke mana kek, gausah main kalau belum bisa, ajarin dulu tuh anak baru ngajak main!" Ujar Rian.

Ica kembali dengan bola di tangannya, "Udah gausah debat, lagian cuman masalah kecil, Ayo main lanjut."

"Aku berhenti, mau belajar cara mainnya dulu," ujar Zea dan langsung berlari kecil pergi menjauh.

"Mau diajarin siapa, ha?" Alvarez menahan tangan Zea.

"Minta Arga ajarin," jawab Zea lalu dengan cepat berlari pergi karena malu.


▫️▫️▫️


"Gaaa!" Panggil Zea.

Arga menoleh ke arah Zea lalu berdiri meninggalkan Selina dan pergi ke Zea, "Hmmm?"

Zea menarik tangan Arga kebawa agar dia bisa membisikan Arga sesuatu, "Nanti ajarin main futsal yah?"

"Ajarin siapa?" Zea menunjuk dirinya.

Arga menegakan badannya dan menatap Zea dengan alis yang hampir bertemu, "Buat apa?, Buat bisa main sama Alvarez gitu?, Udah berapa kali gue omong biar gak dekat dekat sama Alvarez, ha?"

Zea menggeleng kepalanya, "Siapa yang bilang?"

Arga merogoh kantung celananya mencari ponsel, setelah ia dapatkan dia menunjukkan ke Zea room chat nya dengan Alvarez, "Mau bohong?"

Zea melihat Chat Arga dan Alvarez dimana Alvarez yang melapor pada Arga untuk tidak mengajari Zea karena Zea punya niat untuk mengalahkannya dalam taruhan.

"Taruhan apa coba?" Imbuh Arga.

"Ngga ih, Zea mau belajar karna gak tau main, biar bisa main bareng Ica bukan taruhan sama Alvarez!" Jelas Zea.

"Masa gue gak per--"

"Alvarez dari keluarga Leonard itu?" Tanya Selina yang dari tadi menguping.

Mereka berdua menoleh pada Selina, "Bisa gak nguping?, Atau mau gue tendang lu ke kolam, ha?" Kesal Arga.

"Gak bisa!, Sekarang lu kasih tau kek gue siapa Alvarez yang dimaksud Zea?!" Keukuh Selina.

Selina dan Arga adu tatap membuat kepala Zea pusing tujuh keliling. "Udah--"

"Eh ini kenapa ribut ribut?, Mari makan bareng, yang lain udah nunggu tuh di meja makan," ujar mamahnya selina.

Selina memutuskan kontak matanya dengan Arga lalu menghentak hentak kakinya kesal, "Nggak sebelum Arga kasih tau Alvarez yang dimaksud Zea siapa?"

"Apa kepentingan lu sama Alvarez coba?" Tantang Arga.

"Dia crush gue yang belum bisa gue gapai, tapai cuman saat ini besok besok berubah, udah pasti lah."

Arga tertawa, "Maaf setau gue Alvarez selera nya tinggi, bukan kek lu yang udah pasaran," ujar Arga

"Maksud lu?"

"Nanti lu tau sendiri lah." Arga menarik tangan Zea untuk pergi ke meja makan.

***

Mereka kini makan malam bersama di rumah Zea, katanya ada yang ingin opanya biacarakan bersama ana anaknya, jadi mereka kumpul di sini.

"Tadi kamu mau minta apa sama Arga?' tanya ibunda Selina setelah semuanya sudah selesai makan dan hampir bubar.

"Mau tanya teman Zea yang namanya Alvarez itu siapa?" Adu Selina manja pada ibunya.

"Yah kalau gak mau dikasih tua gak usah paksa dong!" Ujar Arga.

"Gak bisa!"

"Siapa Alvarez?, Sampai kamu tidak ingin memberitahukan Selina tentang anak itu?" Tanya Ayah Zea tajam. Padahal dia sudah tau siapa Alvarez.

"Teman," jawab Zea.

"Gue gak yakin itu teman, jangan jangan lu ada hubungan spesial sama Alvarez?, Wahaha jangan sampai nih yah," imbuh Selina tanpa merasa bersalah sedikitpun, dia tau sifat ayah Zea yang gampang marah, mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Ngga, dia cuman teman, kalau gak percaya tanya Arga," elak Zea.

Semua menatap Arga, "Bener cuman teman," jawabnya.

"Kalau cuman teman, kasih nomor Alvarez, mana ada cewe mau kasih nomor cowonya kan?"

Semua menatap Zea seperti menuntut Zea untuk memberikan nomornya.

"Dih--"

Zea mengambil ponselnya di saku celana piyamanya, tanpa basa basi dia membuka kunci ponselnya lalu diberikan pada Selina, "Cari sendiri."

-Terimakasih yang udah baca sama Vote Coment nya, jangan luba ramaikan part ini juga🦋-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


-Terimakasih yang udah baca sama Vote Coment nya, jangan luba ramaikan part ini juga🦋-

Strict Parents [HIATUS]Where stories live. Discover now