CZ 4

510 65 28
                                    

Zea mengedipkan matanya beberapa kali, matanya sudah sangat berat, dia mengantuk. Namun ia masih memaksakan untuk mengerjakan tugas yang tiap hari tidak berkurang bahkan hanya bertambah. Yah berpikir dari pada harus dimarahi dan mendapat pukulan dari ayahnya lebih baik ia memaksakan diri saja, lagian punggung nya belum sembuh total.

Tangan bergerak lincah mengerjakan semua soal, jari jarinya sudah sangat sakit dan sekali kali keram namun anak ini tidak mau berhenti, bahkan sedikitpun. "Ahhh!" Ia melepas bolpoin nya kasar lalu berjalan ke kamar mandi miliknya.

Dia membuka kran wastafel, namun mengatur suhu air yang panas. Ia membutuhkan tangannya dengan air panas, kebiasaan yang Zea lakukan ketika tangannya sakit dan sudah stres belajar terus menerus tanpa kata istirahat, tidak jarang tanganya terluka karena terus menerus terkena air panas, Namun ia tidak bisa lepas dari hal ini, cuman mencuci tangan dengan air panas yang membuat sakit pada tangannya mereda. Kebiasaan nya ini tidak ada yang tau kecuali dirinya sendiri, air nya bukan mendidih, tapi juga bukan hangat, jadi tangannya tidak melepuh.

"Ssst.." Ia mematikan kran lalu membilas dengan air biasa, tangannya melepuh lagi. Ia pergi mengambil salaf khusus untuk luka melepu, lalu dioleskan nya dengan merata di tangannya.

"Gak kaya biasa deh, aku baru mencuci sekali kenapa dia langsung melepuh?" ia pergi duduk di meja belajar, kini dia tidak bisa mengerjakan tugas lagi, tidak apa apa ini tugas yang disekolah tentu saja ayahnya tidak tau. Besok juga bisa ia kerja, jika berangkat ke sekolah lebih awal.

***
Bunyi langkah kaki milik Zea menggema di setiap koridor yang lewati, ia menghirup dalam dalam udara pagi yang bersih ini. Sekolah masih sangat sepi, hanya ada beberapa anak yang piket yang datang sepagi ini.

Tidak ia rasa, langkah kakinya membawanya dengam cepat ke kelas. Zea memasukan kepalanya terlebih dahulu, melihat kemiri dan kanan, tidak ada orang. Ia melangkahkan kakinya masuk, "Lalallalaaaaaaa!" Suara nyaring yang ia buat menggema di kelasnya.

Bukan iseng atau apa, tapi ini ia lakukan untuk mengusir setan di pagi hari, mungkin ada setan yang tertinggal tadi malam di sini, siapa tau kan?

Zea duduk di kursinya, membuka buku yang dimana ada tugas yang belum selesai, lalu mengerjakan nya. Tanganya kemarin sudah membaik akibat salep yang ia taruh, cuman masih ada sedikit tanda melepuh di sekitarnya.

Tidak lama ia mengerjakan tugas pintu kelasnya dibuka kasar oleh anak lelaki kemarin, itu membuat Zea terkejut. Anak dengan seragam berantakan berjalan ke arahnya membuat Zea panik bukan main. Jangan bilang dia kerasukan setan?

Zea ketar ketir di tempatnya. Ia harus lari tapi bagaimana?

"Bangun!" suara serak laki laki itu tampak memerintahnya.

"Ha?"

"Budek Lo?, Bangun!" ucap sekali lagi.

Cepat cepat Zea membereskan barang-barangnya. Da pindah ke tempat yang kemarin ia duduki. Tunggu sebentar, bukannya kemarin laki laki itu yang menyuruhnya untuk pindah kebelakang?, Kenapa sekarang laki laki itu menyuruhnya pindah kembali?

"Sebentar, bukannya kemarin Lo yang suruh gue pindah karna itu tempat Lo?" tunjuk Zea pada kursi yang kemarin.

"Bisa nurut tanpa membantah gak?" ujarnya dingin dan terdengar menyeramkan.

Strict Parents [HIATUS]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt