CZ 7

383 50 23
                                    

Orang tua kamu sudah setuju, ayah mu yang menandatangani persetujuan nya,” ujar guru tersebut sambil memperlihatkan kertas dengan tanda tangan ayahnya.

Mulut Zea terbuka lebar, ia tidak menyangka jika ayahnya akan menyetujui hal ini, apalagi melihat ekspresi ayahnya yang sangat stres sesudah membaca surat tersebut.

“Jadi kamu sudah siap kan?” Tanya guru tersebut.

“Nggak tau,” ia menggendikan kedua bahunya.

“Eh Alvarez, sini!” Panggil guru tersebut, saat melihat Alvarez yang melewati ruangan guru.

Alvarez berjalan lengang ke dalam ruang guru, dengan baju dikeluarkan dan rambut panjang yang berantakan ia santai masuk ke ruangan maut bagi banyak anak nakal. Sesampainya di depan guru ia melirik Zea lalu menaikan alisnya pada guru seperti bertanya kenapa memanggil nya?

Walikelas mereka menarik nafas frustasi, melihat sikap Alvarez yang tidak takut pada guru dengan berpakaian seperti itu, “Masukan baju kamu ke dalam celana cepat!”

Alvarez melihat Zea, yang juga tengah menatapnya, “Ada cewe di sini, dan sedang melihat saya.”

Perkataan yang diucapkan Alvarez membuat Zea memalingkan wajahnya ke lantai ia menunduk malu, takut dibilang mata kerajanjang seperti Arga.

Alvarez menahan tawanya sambil memasukan bajunya ke dalam celana. Setelah selesai, ”Sudah Bu.”

“Perbaiki rambut kamu,” titah guru itu lagi.

“Apa keperluan ibu?!” kesal Alvarez

Guru tersebut menunjuk Zea yang masih menunduk, “Dia akan jadi mentor kamu, penganti Bu suci.”

Alvarez melihat Zea, “Angkat muka, patah leher Lo nanti!”

Zea mengangkat wajahnya, “Udah?” pertanyaan ambigu yang ia keluarkan.

“Udah dari tadi!”

“Jam berapa kamu suap mengajarkan Alvarez?” guru tersebut bertanya lembut.

“Sepulang sekolah bisa?, Aku malam ada les,” ujar Zea.

“Sebentar ajah gimana?, Kita ada rapat guru soalnya,” ujar Bu Lidya.

“Bisa,” Jawa Zea antusias karena bisa mendapatkan sedikit jam istirahat.

“Ngga Bisa, saya mau bolos,” ujar Alvarez.

“Mau ibu laporkan pada ayah mu?” ancaman terakhir yang diberikan, karena itu yang paling ampuh.
▫️▫️▫️

Kini Zea tengah duduk sambil menatap Alvarez, hari ini adalah hari pertama mereka berdua les privat, setelah mengetahui jika ayah Zea menandatangani surat ijin untuk Zea menjadi mentor Alvarez.

Zea menaruh dagunya di atas meja sembari melihat Alvarez yang tak kunjung selesai mengerjakan soal yang dia berikan, padahal itu yang paling mudah.

Karena kesibukan dan jadwal yang sangat padatnya di rumah maupun di sekolah, Zea diliputi kantuk yang berat, perlahan matanya sayu sayu tertutup, berapa kali kepalanya hampir jatuh karena sangat mengantuk.

Strict Parents [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang