20. Seperti Kucing Birahi

1.3K 290 66
                                    


Happy reading jangan lupa ramaikan juga 😘😘

____________

Berhari-hari Rosy tenggelam dalam kecewa, Gerald satu-satunya pria yang dia cintai ternyata hanya seorang gay. Mungkin dia memiliki kecenderungan biseksual, karena dengannya bukan berarti mereka tidak pernah bercinta sama sekali. Maka Rosy jadi paham sekarang Gerald bukan lemah sahwat, tapi karena dirinya tak cukup bisa membuatnya berhasrat. Ketidakmampuan Gerald di ranjang bukan karena dia tidak mampu, tapi karena Rosy seorang wanita.

Menangis memang bukan penyembuh lara, Rosy hanya benci dibohongi. Andai Gerald berbicara baik-baik, mana mungkin Rosy tak mengerti dengan ketertarikannya yang aneh itu.

Kalau Gerald bisa menerima dirinya yang tengah berbadan dua, mengapa dia tak bisa menerima Gerald yang orientasinya menyimpang. Dia akan berusaha, asal Gerald bahagia, itu cukup untuknya. Kalau begini, hatinya jadi remuk dan sakit. Dia dikhianati karena seorang pria. Dia dikalahkan pria. Rosy menyeka air matanya, kemarahan tumbuh dalam hatinya bercampur dengan kekecewaan mendalam.

Jadi selama ini ia tak cukup mengenal Gerald? Kembali air mata membanjiri pipi Rosy.

Gerald sialan! Pantas dahulu saat Rosy bilang hamil karena one nigth stand, Gerald melarangnya menghilangkan Gerry. Ternyata hanya karena dia sendiri tak mampu ereekssi* untuk menghamili Rosy. Penyesalan yang dia pupuk karena merasa telah menodai dan mengkhianati cinta suci mereka, ternyata tidak ada artinya. Karena kebohongan Gerald jauh lebih parah dari dirinya.

Rosy tak habis pikir, bagaimana tujuh tahun itu Gerald menyimpan rahasianya sendiri? Bagaimana bisa Gerald mengasihinya dan menyayangi Gerry seperti putranya? Apa itu tulus? Kalau tidak tulus, bagaimana bisa terlihat begitu alami? Adakah setitik saja cibta di hati Gerald untuknya? Sepertinya berita kematian Gerald lebih mudah diterima dari pada kenyataan kalau Gerald seorang penyuka sesama jenis.

Gerald, rintihnya dalam hati. Mengapa tidak sejak awal saja kamu meninggalkan aku. Kamu tidak seharusnya bertanggung jawab atas Gerry, kalau ternyata untuk menutupi kebohonganmu sendiri. Rosy ingin meraung, andai tak takut mamanya yang sudah sepuh itu khawatir.

Sepuluh hari berlalu, Gerry beraktivitas seperti biasa. Bukan tidak ada kecurigaan dari bocah pintar itu. Rosy hanya menutupinya, bilang dia sedang tak enak badan jadi tidak akan ke klinik atau pulang ke rumahnya sebelum benar-benar pulih. Nyatanya Rosy tidak ingin melihat rumah kenangan itu, Rosy juga merasa tidak berhak lagi mengelola Hasan Medika yang pemilik aslinya masih hidup dan bernafas.

Kimm mesum is calling...

Bedebah itu mau apa lagi? Pikir Rosy. Sekali lagi Rosy menyeka air matanya, berdehem untuk menetralkan suaranya yang serak karena terlalu banyak menangis.

"Ya steve,"

"Aku merindukanmu, aku punya kejutan untukmu." Suara Steve terdengar riang antusias. Rosy yang tak tertarik, menarik selimutnya sebatas leher.

Patah hatinya masih belum sembuh, hatinya belum bisa menerima kalau Gerald lebih memilih seorang pria dari pada dirinya. Itu merupakan aib paling me yang meraupi wajah Rosy. Penghinaan terberat yang pernah Rosy terima ketika sifat kewanitaannya dikalahkan justru oleh kemaskulinan. Rosy ingin berteriak memaki, memangnya siapa pria yang membuat Gerald melakukan penghinaan ini padanya?

"My Rosy, kamu masih di situ? Kamu baik-baik saja?" Steve pura-pura tidak tahu apa yang dilakukan Rosy sepuluh harian ini. Gerry melaporkan semuanya. Selepas menemui Gerald di kuburan laknat si banci itu, yang dilakukan Rosy hanya diam termangu. Wajahnya kehilangan aura, mendung bagai awan gelap yang hendak mengeluarkan guntur. Jadi dengan bijak dirinya mengirim Rosy dan Gerry kembali pulang ke Jakarta sementara dirinya konsentrasi pada kesembuhan punggungnya.

Boss Gangster dan Bu Dokter IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang