10. Apa kau menghamili mami dan menghasilkan aku?

2K 353 134
                                    

Hallo, ada yang kangen aku?
Happy reading 😘

****

10. Apa kau menghamili mami dan menghasilkan aku?

Rosy sedang beruntung, karena di saat bersamaan pintu ruang kerja Steve digedor secara brutal. Seseorang yang babak belur memegangi dadanya, pria kesakitan itu tengah dipapah seseorang yang lain. Darah merembes dari hidung si pria terluka, bahkan dari bibirnya yang sobek tertinggal bekas muntahan darah segar. Setelah masuk ke dalam ruangan, pria itu menjatuhkan diri ke lantai hanya untuk memohon ampun pada Steve.

Rosy mendesah antara lega bisa menghindari pertanyaan si gila Steve  dan kesal kenapa dia harus berurusan dengan orang-orang yang mudah sekali terluka. Seolah nyawa sangat murah bagi para gangster ini.

"Kenapa dia, Martin!" Steve tak menutupi kemarahannya. Dia membentak dua orang yang masuk ke dalam ruangan dan beberapa orang lain di belakang mereka.

Ya ampun, Steve memang minta dijahit mulutnya, pikir Rosy.

Pertanyaan itu dia tujukan pada pria yang membantu memapah temannya tadi. Kurang ajar, kenapa kalian tidak memilih waktu yang tepat. Aku sedang ingin mengulik informasi penting, barang kali firasatku benar, bocah tengil itu memang keturunanku. Kecamuk tak terbendung dalam kepala Steve. Hanya saja dia melihat ketegangan di wajah bawahannya itu.

"Maaf bos, dia tertinggal di rumah Mami, orang-orang Frederick menghajarnya." Pria yang dipanggil Martin itu mengangkat suara, walau tak berani menatap langsung pada Steve yang tiba-tiba berdiri tegak, melupakan punggungnya yang semestinya harus dibawa tengkurap sepanjang hari.

"Bodoh! Kenapa kamu tidak lari atau pura-pura mati sekalian. Kenapa membiarkan dirimu penyok begini, Rudi!" Punggung Steve terlihat naik turun, kentara pria gila itu sedang meredam amarahnya.

"Tadinya saya mau mengamankan barang-barang bos yang tertinggal di sana. Tapi kalau saya ngumpet di sana bos, berarti mereka akan menemukan identitas bos. Jadi saya dan Burhan memancing mereka keluar dari rumah mami, bos." Jawab pria lemah itu, sebelum dia terbatuk.

Rosy sebenarnya ingin segera bilang pada Steve bahwa dilarang menahan orang yang mengalami luka dalam seperti itu. Tapi 'Mami? Sejak kapan sih aku jadi mami mereka. Kenapa berasa aku jadi induk germo?' Rosy mengeluhkan semua ketidakpuasan itu dalam hatinya. Baru dua hari mengenal Steve, kenapa dia mesti terlibat jauh dengan para preman Jakarta. Iya Rosy menyamakan gangster dengan preman. Menurut Rosy itu tidak ada bedanya.

Darah terlihat di telapak tangan pria bernama Rudi itu saat dia mengusap mulutnya. Jelas dia mengalami cidera paru-paru, seharusnya dia tidak boleh banyak bicara sekarang, penanganan yang cepat dan tepat benar-benar di perlukan kalau mau selamat.

"Sekarang Burhan mana!" Steve mengeluarkan suara rendah dari sela-sela gigi. Rosy merasa heran dengan Steve, dalam kondisi begitu bisa-bisanya dia terlihat biasa saja? Apa punggungnya tidak sakit, batin Rosy.

Rosy segera berjalan menuju Garry yang berdiri kaku melihat seseorang yang penuh luka dan lebam di hadapan mereka. Garry memang sama sekali tidak terlihat takut, tapi sebagai ibunya Rosy paling tahu Garry sedang gelisah. Rosy tidak mau kalau Garry sampai mengalami fase yang sama saat melihat Steve beberapa hari lalu. Bagaimana kalau pada pria yang baru datang itu Garry juga meminta pria itu menjadi Dadynya? Rosy bisa gila. Rosy akan menjadwalkan Garry ke psikolog segera. Takut trauma kehilangan Gerald tiga tahun silam mempengaruhi perasaannya.

"Anu bos itu, Burhan ketangkap Bos." Desah Rudi kesusahan.

"Timo!" Teriak Steve murka. Memanggil pria yang di panggil Tim sejak pertama kali Rosy bertemu. Suasana gelap seketika terasa dalam ruangan itu. Bahkan kini punggung Steve telah ternoda darah. Artinya pria itu harus berhenti berteriak kalau tidak mau jahitan di punggungnya itu lepas.

Boss Gangster dan Bu Dokter IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang