19. Yang tersisa hanya seorang Geraldin

1K 293 82
                                    

Luaama ya aku ga update? heee
Doain lancar biar kek jaman waktu si Cuwa, aku bisa namatin satu cerita ga sampe 3 bulan 😆😆😆
Tenqyu udah nungguin Bapaknya Garry ya 😘😍😍😍

__________

Ada asap hitam menguap dari tubuh pria bertopi gelap itu. Sepertinya dia adalah arwah penasaran. Haruskah Rosy menunghubungi Steve, agar merasa tak takut lagi. Tapi selain Steve masih sakit, Rosy juga tidak ingin melihat orang yang pasti akan besar kepala kalau terang-terangan dirinya membutuhkannya.

Bagaimana mencari orang sakti yang mampu menyegel penglihatannya, sungguh dirinya tak tahan kalau selalu begini.

Rosy tidak bisa memikirkan tempat pertemuan yang lain selain di pemakaman Gerald. Rosy ingin tahu siapa yang ada di dalam peti apabila Gerald masih hidup. Rosy juga penasaran akan bagaimana nanti ekspresi Gerald saat melihat makam ini. Itu apabila Gerald mau datang menemui dirinya?

Pria dengan asap pekat itu mendekat dalam satu kali hembusan. Asap mengepul tiba-tiba menghadang dirinya dan membentuk sesosok tubuh. Wajah sosok yang marah terlihat begitu keruh, entah siapa pria ini. Mengapa ada di sisi makam Gerald?

Jangan-jangan dia ini adalah...

"Akhirnya kamu datang tanpa penghalang" itu ucapan pertama si makhluk serba hitam ini. Topi, kaca mata, serta pakaian yang menempel sepertinya adalah hal terakhir yang dikenakan ketika meninggal.

Sedang Rosy auto memundurkan langkahnya penuh antisipasi. Tak ingin sampai hal tidak diinginkan terjadi. Rosy akui jika ada Steve, itu adalah pilihan paling baik saat ini.

"Kamu wanita yang selalu menangisi si brengsek yang meletakkan tubuhku pada nisannya."

Rosy diam saja, menatap nisan itu dingin. Sekuat yang dia bisa, tak akan bibirnya mengucapkan walau sepatah pada arwah gentayangan itu.

"Aku tahu kamu mendengar ku. Suamimu itu bajingan, jangan lagi datang kemari, aku muak mendengar keluh kesahmu. Percuma, suamimu itu tidak di sini. Sebagai gantinya tolong katakan sesuatu pada ibuku, katakan aku minta maaf, aku mencintainya."

Jadi hantu ini tahu Gerald? Rosy pura-pura tak terganggu dengan aura gelap itu. Bagusnya udara di sekitarnya masih terasa normal, sepertinya aura keji si hantu memang tidak ditujukan padanya.

"Seseorang memintaku membunuhnya, setelahnya aku yang diserang untuk menggantikan dia di sini."

Rosy mencerna setiap kalimat yang berputar di inderanya itu. Jadi Gerald membuat kontroversi untuk membuat alibi?

"Dia datang ke pemakaman ini bersama pria yang memberiku perintah membunuhnya. Apa namanya kalau bukan bajingan? Mereka sengaja bersengkokol dan memanfaatkan diriku. Sialan, aku benar-benar ingin mencekiknya kalau dia datang lagi."

Rosy mencekram dadanya, air matanya menggenang tanpa bisa ditahan, tatapannya penuh kesedihan pada nisan Gerald. Apa masalah Gerald sampai harus seperti ini? Apakah hanya karena seorang wanita?

"Ros..."

Rosy menegang, suara yang dulu pernah mewarnai harinya itu terdengar nyata. Ragu-ragu dia menoleh ke arah sumber suara, hanya karena takut yang dia dengar sebuah halusinasi belaka. Tapi ketika Rosy menoleh, Gerald berdiri di sana dengan sehat dan bernafas.

Terkesiap perempuan ayu itu karenanya. Kekasih, suami, sahabat, sekaligus dady dari putranya benar-benar hidup. Gerald hidup dan dia baik-baik saja. Sampai Rosy merasa perlu untuk memastikan apakah kedua kakinya menapak tanah. Memandangi postur Gerald yang sempurna tanpa cela dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Boss Gangster dan Bu Dokter IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang