5. Awal Pertemuan

1.8K 336 71
                                    

Genre ini sulit banget buatku 😭😭
Tapi aku ingin keluar dari zona nyaman, menantang diri jadi lebih baik, cieee... Bijaknya aku 😆😆😆

Maaf baru bisa up, padahal janjinya kemarin malam, heee...
Selamat membaca, ramaikan ya... Buat motivasi emak nulis, semangat lagi tepar, kendor... 😵😵😵

***

Waktu itu Rosy masih dua puluh enam tahun, belum lama mendapatkan STR (Surat Tanda Registrasi) dan baru saja memiliki SIP (Surat Ijin Praktek) sebagai dokter. Maka dia dan teman-temannya sepakat untuk merayakannya dengan berdansa di sebuah kelab di Jakarta. Walau sesungguhnya ada yang sampai bertukar jadwal di tempat kerja masing-masing demi malam kebersamaan itu.

Rosy ingat dengan baik, dia sedikit mabuk saat keluar dari kelab tersebut yang menjadi tujuan Rosy dan teman-temannya. Menolak diantarkan oleh Kamila sahabatnya, karena gadis itu juga terlihat sama mabuknya dengan Rosy. Sementara teman-teman yang lain diantar pasangan masing-masing.

Kebetulan Gerald yang kala itu sudah hampir dua tahun jadi kekasihnya tengah terbang ke Singapura karena tengah mengunjungi temannya yang sakit. Rosy maklum, gerald memang menempuh sekolah kedokterannya di negara singa tersebut, jadi Rosy sudah biasa kalau sebentar-sebentar Gerald akan terbang ke sana. Apalagi setelah menikah, ibu Gerald yang kewarganegaraan asli Singapura kembali tinggal di sana dengan suami barunya.

Kalau banyak yang berpikir seharusnya dokter tidak minum karena tahu bahayanya bagi kesehatan, maka kalian salah besar. Dokter juga manusia, sesekali butuh asupan alkohol agar tetap waras menjalani rutinitas yang ternyata sangat melelahkan. Menjadi dokter tak seindah angan saat menuliskannya sebagai cita-cita saat kecil dulu.

Apalagi satu tahun belakangan saat menjalani suka dukanya seorang internship. Harus siap 1x24 jam tanpa tidur, makan, ke toilet bahkan untuk bernafas sekalipun terasa berat. Beberapa kali Rosy ingin menyerah, bagaimana perjuangannya melihat hantu-hantu rumah sakit yang menakutkan, bahkan ada yang terang-terangan mengganggu di saat genting seperti tiba-tiba muncul saat Rosy hendak memeriksa pasien. Tapi dia akan selalu ingat kembali motivasi di awal masuk sekolah kedokteran. Mengingat perjuangan sampai di titik ini tidak mudah, maka Rosy terus berjuang mengatasi ketakutannya hingga dia mulai terbiasa. Apalagi ada Gerald yang selalu membantunya dalam setiap hal.

Keluar dari kelab, Rosy dikuntit pria muda dengan kerusakan wajah sebesar lima puluh persen. Tangan dan kaki pada sisi yang sama juga tampak remuk hingga berjalan pun harus terpincang-pincang karena kakinya harus terseret. Sumpah, hantu sialan itu berhasil menakutinya hingga ke jalan raya. Walhasil dia merasa menabrak seseorang ketika fokusnya terbelah antara si hantu pincang muka rusak sebagian yang duduk di jok belakang mobilnya, dengan jalanan.

Rosy terpaksa turun demi melihat siapa yang dia tabrak. Rosy mengintip di bawah mobil, nyatanya itu hanya hantu gepeng korban kecelakaan yang menganggunya. Ah, ingin sekali Rosy protes pada Tuhan, kenapa harus dia yang punya kelebihan seperti ini.

"Hay cantik..." Rosy menoleh kaget pada sumber suara yang terdengar sangat dekat dengannya. Beberapa pemabuk, bau alkohol yang lebih kuat dapat Rosy cium dari radius satu meter. Rambut warna pirangnya tampak tidak serasi dengan kulit gelap tak terawat salah satu preman itu. Membuat Rosy jijik dan tanpa sadar mencebik, fashion tahun berapa ini anak muda, begitu yang terlintas dalam pikiran Rosy.

"Mau apa kamu?" Rosy menyentak tangan kurang ajar salah satu pria preman yang menoel bokongnya

"Galak banget sih, ayok ngamar yok... Tuh depan ada losmen. Kita main berlima mau ya?"

"Bajingan, gue bukan psk, sialan!" Umpak Rosy marah. Secara alami dia membawa dirinya untuk segera menjauh dari tempat itu. Namun preman itu meraih tangannya kasar.

Boss Gangster dan Bu Dokter IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang